Disusun oleh :
Disusun oleh :
Firda ( 720710385)
2021
Bahaya Radikalisme Terhadap Integrasi Nasional
A. Pendahuluan
Masalah radikalisme saat ini memang sudah marak terjadi di mana-mana, termasuk di
Indonesia sendiri. Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang
dibuat-buat oleh pihak tertentu mengenai suatu hal, seperti agama, sosial, dan politik,
seakan menjadi semakin rumit karena berbaur dengan tindakan yang cenderung
melibatkan kekerasan. Berbagai tindakan teror yang tak jarang memakan korban jiwa
seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku paham radikal dalam
menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai suatu perubahan.
Gerakan ini merupakan sebuah gerakan politik yang berkedok agama Islam dengan
tujuan membuat sebuah Negara Islam Indonesia. Dalam catatan sejarah gerakan ini
berhasil ditumpas akan tetapi pada era Soeharto gerakan ini muncul kembali dengan
model yang berbeda dan berafiliasi dengan militer dan intelijen dibawah pimpinan Ali
Moertopo dengan beranggotakan mantan-mantan anggota DI/TII dan para simpatisan
lainnya. Radikalisme memilki sebuah eskalasi yang berbeda seiring dengan
perkembangan zaman, ada yang hanya memperjuangkan implementasi syariat Islam
tanpa adanya keinginan untuk mendirikan Negara Islam, namun ada pula yang
mendukung sebuah pendirian Negara Islam yang berlandaskan sebuah kekhalifahan.
Organisasi radikal yang mulai menunjukan eksistensinya adalah MMI (Majelis Mujahidin
Indonesia), HTI (Hizbut Tharir Indonesia), Laskar Juhad dan FPI.
Paham radikal dan paham khilafah menjadi sangat bermasalah di Indonesia karena
berusaha memaksakan kehendak kepada semua orang untuk mendirikan negara atas dasar
agama tertentu. Padahal, masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam agama dan
suku yang sangat majemuk. Pemaksaan kehendak itu tidak sejalan dengan semangat
ideologi bangsa yang mengayomi semua identitas di Indonesia. Dengan kondisi
masyarakat yang seperti ini, akan lebih baik bila setiap elemen bangsa menerima adanya
perbedaan identitas kemudian bisa saling bertoleransi. Hal itu akan menjadi kekuatan
yang signifikan bagi bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan bukanlah aspek yang bisa
dieksploitasi untuk kepentingan politik. Apalagi untuk mereka yang secara terang-
terangan mengaku berseberangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
Terdapat dua faktor yang menyebabkan gerakan radikal di Indonesia : Pertama,
faktor internal yang berasal dari dalam (umat Islam) yang melakukan penyimpangan
terhadap norma agama. Kedua, faktor eksternal yang merupakan akibat dari hegemoni
Barat dimana adanya suatu Komando bahwa perang melawan Barat merupakan suatu
tugas suci. Fenomena yang terjadi yaitu adanya perang antara Afghanistan dan Amerika
Serikat, perang ini membangkitkan semnagat radikalisme di negara lain seperti Indonesia
dan tidak sedikit warga negara Indonesia yang ikut berperang menuju Afghanistan.
Radikalisme muncul di Indonesia, muncul karena perbedaan penafsiran terhadap ideologi
dalam menafsirkan kitab suci. Artinya permasalahan kecil pun dapat menjadi masalah
besar dan akan sangat berpengaruh terhadap perdamaian di negeri ini. Cara pandang
seperti itulah yang dapat menimbulkan perspektif yang berbeda.
Membuat integrasi menjadi lebih sulit terjadi. Seperti yang kita tahu bahwa integrasi
bisa terjadi jika anggota-anggota di masyarakat bisa saling percaya untuk melakukan
interaksi sosial. Aksi radikal memiliki potensi besar untuk mengurangi kepercayaan kita
terhadap orang lain saat berada di tempat umum.
Menimbulkan perpecahan. Tentu saja isu terorisme mendorong banyak orang untuk
melakukan generalisasi buruk terhadap kelompok tertentu yang juga mendorong mereka
untuk mengucapkan ujaran kebencian. Contohnya adalah beberapa orang yang mengatakan
secara terang-terangan bahwa agama X adalah agama yang suka melakukan terorisme
padahal, hal ini tidak benar adanya.
Menimbulkan prasangka buruk. menjadi lebih berprasangka buruk terhadap sesuatu.
Menimbulkan ketakutan nasional. Ketakutan nasional bisa menghambat negara kita
untuk berkembang ke arah yang lebih maju. Bukan hanya takut untuk bergaul dengan
sekelompok orang tertentu, kita juga menjadi enggan untuk melakukan hal-hal baru yang
berguna untuk masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh adanya ketakutan di masyarakat.
Dalam mencegah munculnya gerakan radikalisme ini tentu tidak lepas dari
perannya pemerintah. Karena pemerintah memiliki wewenang dalam mengeluarkan suatu
keputusan atau kebijakkan terutama dalam hal ini yaitu gerakan radikalisme. Dalam hal ini
adapun program pemerintah yang dianggap dapat menangani gerakan radikalisme yang
meliputi program jangka pendek (menangulangi tindakan terorisme, menanamkan nilai-
nilai Pancasila dilembaga pendidikan formal maupun nonformal mengadakan sosialisasi
tentang pencegahan terorisme, mengenalkan dan memberikan pemahaman tentang anti
terorisme) dan program jangka panjang (menanamkan pemahaman tentang sistem dan
langkah-langkah dalam mencegah radikalisme, membuat perangkat nasional). Tentunya
bukan hanya kalangan pemerintah yang harusnya mengambil bagian untuk mencegah dan
mengatasinya, namun seluruh rakyat harusnya juga ikut terlibat dalam usaha tersebut,
terutama kaum pemudi-pemuda. Hal ini dikarenakan kaum pemudalah yang nantinya
merupakan generasi penerus bangsa ini, sekaligus menjadi ujung tombak untuk melakukan
pencegahan dan pemberantasan akan kedua masalah tersebut, yaitu radikalisme agar tidak
menjadi penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan kewenangan. Hal yang paling
mencook untuk dapat mengambil peran dalam mengatasi masalah ini ialah generasi muda,
seperti halnya mahasiswa, yang merupakan agen perubahan bangsa ¡ni. Di samping ¡tu
juga anak-anak yang masih dalam tahap pembentukan pribadinya sehingga memerlukan
bimbingan khusus dan orang tua tentunya agar nantinya tidak terseret dalam paham
radikalisme. Karena paham-paham yang radikal seperti terkadang berada di lingkungan
terdekat kita yang sering kita jumpai.
Sumber :
https://www.antaranews.com/berita/775125/bahaya-radikalisme-terhadap-keutuhan-nkri
https://www.kompasiana.com/rhondyhermawan0966/5df9aa86d541df17c7584192/bahaya-
radikalisme-terhadap-nkri