Anda di halaman 1dari 26

Tes Karakteristik Pribadi

(TKP)
ANTI RADIKALISME
COACH WARNANING
BIOGRAFI
• Nama : Warnaning Isnaini
• Alamat : Purworejo, Jateng
• Almamater:
- S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas
Muhammadiyah Purworejo
- S2 Manajemen Pendidikan Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta
• Pengalaman :
Peringkat 1 SKD Kemendikbud Dikti Universitas
Cendrawasih Jayapura

Telegram : @Admin 1
Instagram : @warnaning_isnaini
ANTI RADIKALISME
 Terdapat kesimpangsiuran dan bahkan kesalahpahaman dalam memahami arti
kata radikal di tengah masyarakat Indonesia. Hal ini karena dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme dimaknai bermacam-macam. Setidaknya
ada dua pengertian mengenai kata “radikal.”
Satu dalam pengertian positif, satu lainnya bermakna negatif. Radikalisme dalam
arti yang positif adalah upaya mencari alternatif penyelesaian secara benar dengan
cara mendalam dan mendasar sampai ke akar-akarnya. Semua perubahan harus
dimulai dengan radikal. Kita merdeka juga karena radikal.

Sedangkan radikalisme dalam arti negatif adalah suatu paham yang menginginkan
sebuah perubahan dengan cara drastis dengan cara kekerasan. Itulah pengertian
umumnya. Sehingga bisa dikatakan, kalau mencari pengertian radikalisasi dalam
pengertian umum, maknanya bisa positif, bisa negatif.
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 12
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-
Undang, kata radikal selalu disandingkan dengan terorisme atau
disebut radikal terorisme.

Radikal adalah setiap upaya membongkar sistem yang sudah mapan


yang sudah ada dalam kehidupan bernegara dengan cara
kekerasan. Jadi menurut hukum, “radikalisme” adalah suatu
tindakan kekerasan untuk anti-Pancasila, anti-NKRI, anti-
kebhinnekaan dan intoleransi, sehingga semua orang yang berbeda
dengannya dianggap salah.

Jadi yang dimaksud dengan “radikalisme” adalah sikap ingin


mengubah sistem yang sudah mapan atau telah disepakati bersama
dengan cara-cara kekerasan.
 Ada beberapa sikap yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikal:
1. Intoleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain)
2. Fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain salah)
3. Eksklusif (membedakan diri dari umat lain pada umumnya)
4. Menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan

 Pandangan dan sikap semacam itu bisa terdapat pada agama manapun. Dalam
komunitas Islam, Kristen, Yahudi, Budha dan Hindu dan agama lain selalu terdapat
sebagian pemeluknya yang radikal. Bahkan radikalisme juga bisa menjangkiti ideologi
sekuler, seperti white supremacy di Amerika Serikat dan ultra-nasionalisme kanan di
Eropa, yang memang sejak awal menggunakan isu superioritas ras. Paham non agama
ini juga mendorong kebencian terhadap kelompok lain yang berbeda, seperti kaum
imigran muslim, hispanik, afrika dan lain-lain.
 Dengan begitu, cukup jelas bahwa radikalisme tidak ada hubungannya dengan agama,
tetapi umat agama apapun bisa terjangkiti radikalisme. Hanya saja, kebetulan karena
di Indonesia mayoritas beragama Islam, maka radikalisme yang menguat itu adalah
radikalisme yang mengatasnamakan agama Islam, walaupun tidak menutup
kemungkinan bisa menjangkiti agama lain.
Pada dasarnya dengan melihat tipe gerakannya individu/ kelompok
radikal dapat digolongkan pada tiga:
 Pertama, radikal melalui gerakan dakwah. Penyebutan ini bukan berarti memberikan
pengertian dakwah itu radikal. Tetapi kelompok radikal ada yang hanya memilih jalur
dakwah dengan ciri intoleran terhadap perbedaan, menyalahkan (mengkafirkan) praktek
keyakinan agama lain dan menjelekkan (membid’ahkan) kelompok yang tidak sepaham
dengan mereka. Gerakan ini memang tidak cukup membahayakan tetapi menjadi tahap
awalan menanamkan sikap ekslusif dan intoleran.
 Kedua, radikal melalui gerakan politik. Kelompok ini dicirikan dengan keinginan mengganti
ideologi negara dengan menegakkan Negara Islam dan/atau Khilafah atau dasar lainnya.
Tindakan mereka merusak kesepakatan pendiri bangsa. Ini radikalisme dalam bentuk wacana
ideologis. Kelompok ini mau melaksanakan ideologi berdasarkan agama tertentu dengan
menolak sistem demokrasi yang ada, mengatakan Pancasila itu sesat dan salah (thaghut),
dan harus diganti dengan NKRI Bersyariah atau negara transnasional dalam bentuk khilafah.
 Ketiga, kelompok teroris. Kelompk ini dicirikan dengan tindakan kekerasannya dalam
melaksanakan pandangan dan pemikirannya yang radikal. Kelompok jihadis mengabsahkan
kekerasan dan pembunuhan orang lain yang berbeda atas nama agama. Kelompok ini tidak
segan menghalalkan darah orang lain yang berbeda keyakinan, dengan keyakinan bahwa yang
dilakukannya adalah jihad suci.
Tahapan perubahan paham hingga terorisme

1. Intoleran memiliki suatu pandangan yang benci


keragaman dan perbedaan. Pada tahap ini
intoleransi masih berujud pada paham. Ini awal
masuk paham radikal. Tidak menghargai perbedaan
dan cenderung menyalahkan orang lain (terpapar
dari sisi pikiran/pemahaman).

2. Radikal adalah suatu sikap yang mulai aktif


menyalahkan orang lain seperti membid’ahkan dan
mengkafirkan dan benci kepada aliran yang berbeda
(terpapar dari sisi sikap).

3. Teroris adalah tindakan yang mulai mewujudkan


radikalisme dalam tindakan dan aksi kekerasan.
Menyikapi perbedaan dengan tindakan pembunuhan.
Faktor yang menyebabkan proses radikalisasi berjalan dari
intoleransi, radikalisme ke terorisme:

1. Pertama, Faktor domestik, yakni kondisi dalam negeri yang semisal


kemiskinan, ketidakadilan atau merasa kecewa dengan pemerintah.
2. Kedua, faktor internasional, yakni pengaruh lingkungan luar negeri yang
memberikan daya dorong tumbuhnya sentimen keagamaan seperti
ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan imperialisme
modern negara adidaya.
3. Ketiga, faktor kultural yang sangat terkait dengan pemahaman keagamaan
yang dangkal dan penafsiran kitab suci yang sempit dan leksikal (harfiyah).
Sikap dan pemahaman yang radikal apabila dimotivasi oleh berbagai faktor di
atas seringkali menjadikan seseorang memilih untuk bergabung dalam aksi
dan jaringan terorisme.
Perbuatan yang Bisa Mengarah pada Radikalisme:
1. Penyampaian pendapat baik lisan maupun tertulis dalam format teks, gambar, audio,
atau video melalui media sosial yang bermuatan ujaran kebencian terhadap Pancasila,
UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI;
2. Penyampaian pendapat baik lisan maupun tertulis dalam format teks, gambar, audio,
atau video melalui media sosial yang bermuatan ujaran kebencian terhadap salah satu
suku, agama, ras dan antar golongan.
3. Penyebarluasan pendapat yang bermuatan ujaran kebencian melalui media sosial
(share, broadcast, upload, retweet, repost dan sejenisnya).
4. Penyelenggaraan kegiatan yang mengarah pada perbuatan menghina, menghasut,
memprovokasi dan membenci Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal lka, dan NKRI.
BENCI sara 34 Panduan Pencegahan Radikalisme di Lingkungan Kerja BUMN dan
Perusahaan Swasta
5. Keikutsertaan pada organisasi dan atau kegiatan yang diyakini mengarah pada
perbuatan menghina, menghasut, memprovokasi dan membenci Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.
6. Penggunaan atribut yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal
Ika, dan NKRI.
7. Pelecehan terhadap simbol negara baik secara langsung maupun melalui media sosial.
 Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena
masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror
manusia lainnya. Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin
negara hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-
kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan. Kelompok-kelompok
tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik.
 Alih-alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru
memperparah keadaan. Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian
masyarakat kelas ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah
percaya kepada tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa
perubahan drastis pada hidup mereka. Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga
dapat menjadi faktor penyebab radikallisme.
 Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan dendam,
semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis. Pendidikan yang salah
merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di berbagai tempat, khususnya
pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan ajaran dengan cara yang salah
dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang
 Indonesia pada dasarnya membutuhkan kebijakan nasional
penanggulangan radikalisme yang berakar dan bersumber dari sumber
daya nasional dan lokal, mengutamakan pendekatan preventif serta
persuasif. Pendekatan preventif memiliki pengertian bahwa penyebaran
gagasan, gerakan, dan tindakan radikalisme semestinya dapat dicegah
dan ditangkal sejak dini melalui deteksi dini dan penguatan daya tangkal
masyarakat. Sementara, pendekatan persuasif memiliki pengertian
merubah cara pandang radikal negatif dan membangun daya tahan dan
daya tangkal masyarakat.

 Sumber:
https://jdih.bnpt.go.id/storage/document/Panduan_Pencegahan_Radik
alisme_di_Lingkungan_Kerja_BUMN_dan_Perusahaan.pdf
LATIHAN SOAL
1. Anda memiliki rekan kerja satu angkatan penerimaan CPNS yang sudah
sangat akrab. Ternyata, saat upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17
Agustus, Anda melihat rekan Anda tersebut tidak melakukan hormat bendera
saat momen penghormatan kepada bendera merah putih. Sikap Anda
adalah…
a.melaporkan kepada atasan dan direktur agar rekan tersebut segera dipanggil
b.melaporkan dan mengusulkan kepada atasan agar rekan kerja tersebut
diberikan pembinaan ideologi Pancasila
c.mendukung rekan kerja Anda karena menghormati bendera adalah thogut
d.mendiamkan saja karena hal tersebut merupakan kebebasan berekspresi
e.langsung menelepon pihak berwajib
 Poin 5: B
 Poin 4: A
 Poin 3: E
 Poin 2: D
 Poin 1: C
pembahasan:
Hormat bendera adalah wujud dari sikap nasionalisme dan pengamalan pancasila.
Sehingga jawaban paling tepat b.melaporkan dan mengusulkan kepada atasan
agar rekan kerja tersebut diberikan pembinaan ideologi Pancasila
2. Anda adalah ASN baru di sebuah kantor pelayanan Anda sementara tinggal di
sebuah kontrakan yang tidak jauh dari kantor.
Di lingkungan tempat Anda tinggal, kepala desa mengusulkan bahwa akan
diadakan kenduri rutin tiap Kamis malam yang bertujuan untuk menangkal
paham-paham radikalisme dan mempererat rasa kebersamaan antar masyarakat
di lingkungan tersebut.
Sikap Anda terhadap rencana kegiatan kenduri rutin adalah…
a.menyetujui usulan tersebut meskipun dengan berat hati karena tidak sesuai dengan
kebiasaan saya sebelumnya
b.menyetujui usulan tersebut dan bersedia mengikuti kenduri rutin tersebut karena
pentingnya upaya mencegah paham radikalisme
c.menyetujui usulan tersebut dan bersedia mengikuti kenduri rutin karena
mengharapkan adanya makanan sesuai kenduri
d.menolak usulan tersebut dan dengan segera meninggalkan ruang rapat karena
menurut saya acara itu tidak penting
e.diam saja dan tidak memperdulikan usulan kepala dsa tersebut karena tidak
berdampak pada kehidupan saya
Poin 5: B
Poin 4: C
Poin 3: A
Poin 2: E
Poin 1: D

Penjelasan:
Kita perlu berperan aktif dalam upaya pencegahan terhadap sikap radikalisme.
Sehingga, jawaban paling tepat adalah b.menyetujui usulan tersebut dan
bersedia mengikuti kenduri rutin tersebut karena pentingnya upaya mencegah
paham radikalisme
3. Sebagai seorang Calon ASN, bagaimana Anda akan menyikapi isu radikalisme
berkenaan dengan kekhawatiran adanya ekspansi ideologi transnasional radikal?

a. Isu radikalisme adalah permasalahan yang baru saja terjadi sebaiknya diadakan
kajian khusus
b. Pancasila harus menjadi pondasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkeindonesiaan.
c. Calon ASN pro aktif mencari berita tentang radikalisme dan dibagikan di sosial
media agar masyarakat waspada
d. Ideologi dan pemahaman radikalisme akan berkurang apabila masyarakat
diberikan pendidikan tentang anti radikalsime secara menyeluruh
e. Meminta pemerintah agar menjaga kedaulatan Negara dari adanya pemahaman
radikalisme
a. 2 b. 5 c. 3 d. 4 e.1

Indonesia berpedoman pada UUD 1945 dan Pancasila sebagai


dasar negara, sehingga jawaban paling tepat adalah opsi B.
Pancasila harus menjadi pondasi dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkeindonesiaan.
4. Tugas dan fungsi PNS adalah sebagai abdi negada dan pelayan
masyarakat. Di Indonesia, dasar Negara kita adalah Pancasila. Untuk
menjadi abdi Negara kita harus loyal dengan ideologi Negara, yaitu
Pancasila. Bagaimana pandangan anda mengenai isu radikalisme yang
sedang marak diperbincangkan di Indonesia saat ini?
a. Memegang teguh Pancasila sebagai ideologi bangsa dan menghargai
perbedaan sebagai wujud Kebhinekaan Indonesia.
b. Memegang teguh Pancasila sebagai ideologi agar tidak terkena
masalah hukum dan berhubungan dengan penegak hukum.
c. Terpaksa berpedoman Pancasila karena tidak ada pilihan lain.
d. Memegang teguh prinsip dan kepercayaan yang sudah diyakini meski
bertentangan dengan pancasila.
e. Menerima sila dari Pancasila yang disukai dan menolak yang tidak
disukai.
Jawaban : ABCED
Pembahasan : Pilihan A yang paling tepat karena Ideologi
Pancasila adalah pandangan atau nilai-nilai luhur budaya dan
religius yang digunakan bangsa Indonesia. Hal itu berarti setiap
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dipegang
teguh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Sebagai seorang warga Negara Indonesia, manakah dari
pernyataan berikut yang anda lakukan saat memperingati
hari G 30 S/PKI di lingkungan tempat anda tinggal?

a. Mengibarkan bendera setengah tiang di depan rumah atau samping


rumah
b. Mengikuti upacara di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
kantor
c. Ikut menonton film G 30 S/PKI yang diselenggarakan oleh Desa di
Balai desa
d. Ikut berduka cita atas meninggalnya Pahlawan Revolusi
e. Mengikuti berita terkini tentang peringatan meninggalnya Pahlawan
Revolusi di Indonesia melalui berita TV
Jawaban : ABCED
Pembahasan : Sebagai seorang warga Negara yang baik, sikap
yang seharusnya ditunjukan dalam perringatan G 30 S/PKI
adalah mengibarkan bendera setengah tiang di lingkungan
tempat tinggal sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Wali Kota Depok mengerahkan seluruh perangkat daerah yang dimilikinya untuk
mencegah upaya penyebaran perilaku LGBT. Beberapa upaya pencegahan itu
antara lain dengan merazia tempat-tempat yang diindikasikan sebagai lokasi
LGBT berkumpul seperti mal, kos-kosan atau apartemen. Jika dipastikan ada
kelompok LGBT Satpol PP akan membawa ke bidang penyuluhan untuk 'dibina'
secara agama. Bagaimana pendapat anda terhadap upaya yang dilakukan oleh
Wali Kota Depok tersebut?

a. Perbutan yang dilakukan oleh wali kota Depok merupakan pelanggaran privasi bagi
pelaku LGBT
b. LGBT tidak melanggar Hak Asasi Manusia dan LGBT bukan perbuatan kriminal
c. LGBT tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan Agama sehingga
pelaku LGBT harus di bina
d. LGBT merupakan perilaku yang tidak beradab dan tidak sesuai dengan pengalaman
pancasila
e. Perilaku LGBT hanya penyimpangan orientasi dan pelakunya tetap harus dilindungi
sesuai dengan Undang-undang
Jawaban : CDBEA
Pembahasan : LGBT adalah pelanggaran norma masyarakat,
agama dan pancasila utamanya sila pertama yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa dan sila kedua Kemanusian yang adil dan
beradab.
7. Perkembangan teknologi yang semakin canggih menjadi salah satu upaya
kaum radikal untuk menyebarkan propagandanya melalui media sosial.
Sebagai milenial yang setiap hari menjadi pengguna utama media sosial,
upaya apa yang anda lakukan agar tidak terpengaruh dengan radikalisme?
a. Membatasi akses media sosial utamanya dalam berita yang berkaitan dengan
politik
b. Menyaring informasi yang beredar di media sosial dan memilah manakah info
yang termasuk berita bohong (hoax) manakah yang merupakan fakta
c. Membuat opini di media sosial tentang bahaya radikalisme yang sekarang
sudah mulai menjangkau anak muda
d. Tidak ambil pusing dan menggunakan media sosial sewajarnya untuk
kepentingan pribadi
e. Meyakini bahwa paham radikalisme tidak akan pernah menjangkiti diri anda
sendiri sehingga tidak perlu bertindak berlebihan
Jawaban : BCADE
Pembahasan : Penggunaan sosial media saat ini menjadi salah
satu jalan bagi kaum radikal untuk menyebarkan
propagandanya. Salah satunya dengan menyebarkan berita
Hoax yang meresahkan masyarakat. Maka, kontrol diri dalam
penggunaan sosial media diperlukan.
“With guns you can kill terrorists, with
education you can kill terrorism”
Malala Yousafzai,

peraih Nobel Perdamaian 2014. Waktu itu usianya masih 17 tahun. Dia
dinobatkan Nobel Perdamaian karena upayanya membela hak anak-anak yang
jadi korban perang. (Sumber: lindau-nobel.org)

Anda mungkin juga menyukai