Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elfira Indriyanti (18/431584/SV/15555)

Jurusan : D3 Agroindustri
Angkatan : 2018

TUGAS STUDIUM GENERALE SERI KULIAH MKWU KEWARGANEGARAAN

Istilah radikalisme, bermakna sebuah paham atau aliran yang radikal (keras), yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Istilah ini
menunjukkan pula sebuah sikap ekstrim dalam aliran politik. Sesuatu yang perlu digarisbawahi
adalah kata “cara kekerasan” dan “sikap ekstrim yang melekat pada penganutnya. Radikalisme
pun dapat terjadi pada konteks agama. Hal ini yang membuat radikalisme dalam bentuk apapun
merupakan salah satu musuh negara. Bahaya persoalan radikalisme bagi kehidupan bersama
dalam konteks beragama, bermasyarakat, dan berbangsa sungguh patut diwaspadai.. Radikalisme
dapat mempengaruhi ide atau pendapat yang berbeda dari suatu kaum yang kemudian mereka
berusaha untuk memancing perbedaan tersebut untuk mengubah segala sesuatu sesuai kehendak
mereka dan menggunakan segala tindakan baik kekerasan sebagai tindakan yang tepat. Bahaya
utama radikalisme dapat memecah belah suatu kelompok baik dari agama, suku, golongan, dan
bangsa, bahkan paling parah dapat menimbulkan perpecahan hingga pertumpahan darah.
Dampak tindakan intoleran, radikalisme, dan terorisme terhadap kehidupan sosial
berbangsa. Jika ada kelompok lain yang tidak sependapat dan memaksakan kehendak atau
pendapat, tindakan ini disebut dengan intoleransi. Tindakan menolak satu kepercayaan dengan
memaksakan kepercayaan lain adalah bentuk intoleransi. Sedangkan terorisme, dalam KBBI,
merupakan tindakan yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuannya, yang kebanyakan tujuan politik; atau praktik tindakan teror itu sendiri.
Teror bisa dilakukan oleh siapapun dan dalam kondisi apa pun untuk menakut-nakuti lebih
banyak orang. Aksi teror yang berdampak pada kerusakan fisik maupun penghilangan nyawa
adalah tindakan yang tentu melanggar hukum dan agama karena menggunakan kekuatan atau
kekerasan terhadap orang atau bahkan properti untuk memaksa segmen apapun. Yang jelas,
semuanya mengarah dan bisa digarisbawahi pada tindakan kekerasan dan semua sepakat bahwa
aksi itu merupakan pelanggaran hukum, agama dan nilai-nilai kemanusiaan. Maka penting untuk
mendeteksi secara dini apa yang berubah dari diri sendiri, keluarga dan teman terdekat. Karena
Intoleransi, radikalisme dan terorisme itu seperti virus yang bisa menular kepada siapapun.
Penyebab kemunculan intoleran, paham serta jaringan radikalisme di indonesia. Pertama
adalah pandangan dari kelompok teroris itu sendiri yang menganggap bahwa mereka sedang
berjihad untuk agama dan Tuhannya. Pandangan ini turut didukung oleh simpatisan yang
berusaha mengaburkan kejahatan terorisme dengan menyalahkan negara dan menyebutnya
sebagai konspirasi. Pandangan ini merupakan bagian dari propaganda dan hasutan organisasi
maupun simpatisan pelaku teror yang mencoba mengaburkan kejahatan tersebut dengan
melabelinya menggunakan istilah agama agar salah dipahami dan dimaknai oleh masyarakat.
Penggunaan istilah agama sebagai kedok bertujuan tunggal, yaitu untuk meraih simpati dan
memperluas dukungan kepada aksi-aksi serupa dan kelompok tersebut. Perlu dipahami, model
propaganda dan kampanye tersebut, dilakukan oleh kelompok tersebut menunjukkan perubahan
model propaganda yang dilakukan oleh kelompok teror secara terang-terangan (bom bunuh
diri). Begitu pun, praktik ini dapat pula terjadi dalam konteks “beragama” di mana ruang-ruang
keagamaan seperti pengajaran agama menjadi ruang ujaran kebencian kepada kelompok lain.
ama. Penggunaan ujaran kebencian sebagai alat mobilisasi ikut digunakan oleh kelompok radikal
untuk menggerakkan masyarakat secara lebih luas dan masif. Upaya provokasi tidak menutup
kemungkinan berdampak pada tindakan kekerasan. Intoleransi dan radikalisme sering disebut
disebut sebagai bibit-bibit terorisme. Kelompok radikal biasanya berusaha menumbuhkan
kebencian terhadap kelompok lain dengan menggunakan ujaran kebencian dan provokasi.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan lebih besar dari masyarakat untuk menekan
keberadaan kelompok lain yang berbeda. Kelompok ini, bahkan menganggap kemajemukan
yang terjadi di masyarakat Indonesia dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi kelompok,
sehingga kelompok-kelompok ini sangat mudah muncul di Indonesia.
Siapa saja yang bisa menjadi seseorang intoleran dan radikal cukup meluas
jangkauannya. Tak ayal sebagian dari generasi muda juga ikut turut berpartisipasi seabagai
golongan tersebut seperti mahasiswa contohnya. Salah satu faktor gerakan ini mampu masuk di
lingkungan kampus adalah pemahaman mahasiswa yang kurang tentang agama dan kurangnya
wawasan kebangsaan yang ada dalam diri sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
terjerumus ke dalam lingkungan di atas karena kurang meluasnya pemikiran tentang apa yang ia
pelajari dalam lingkungan agamanya. Merasa pendapat golongannya lebih baik dan paling benar
daripada golongan yang lain. Faktor dendam karena ketidaksukaan akan golongan seperti suku,
bangsa, agama, bermasyarakat, dan bernegara yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Lemahnya wawasan bangsa dan mengalami penyimpangan dari agama yang ia anut.
Sikap dan karakter untuk memerangi gerakan intoleransi dan radikalisme yang utama
adalah dengan memaksimalkan konten-konten positif dan berfikir lebh dari satu sisi, jadi tidak
hanya terpacu pada ajaran yang selama ini ia pelajari. Selain mahasiswa, para dosenpun harus
diberikan pemahaman secara menyeluruh terkait Islam agar tidak menyebarkan ajaran Islam
yang salah. Ini sebagai langkah awal untuk mencegah ajaran-ajaran yang tidak benar khususnya
di kegiatan-kegiatan yang berbasis islami tertutup, tetapi tidak menutup kemungkinan ajaran-
ajaran ini berkembang juga di agama yang lainnya. Salah satu peran dan kontribusi yang dapat
dilakukan mahasiswa dalam mencegah ajaran-ajaran di atas adalah mahasiswa ikut berperan
aktif dalam membangun opini positif di tengah-tengah masyarakat, dengan memanfaatkan
berbagai media sosial yang ada. Dapat memilah-milah kebenaran informasi yang bertebaran di
media sosial dan tidak mudah percaya bila dari salah satu sumber saja. Mencari kebenaran
informasi yang diterima. Berfikir terbuka dan aktif di berbagai kegiatan atau perlombaan yang
ada. Aktif berkomunikasi dengan dosen dan teman lainnya saat di kelas. Selain itu
interpretasikan sebagai bagian konsep berpikir yang luas dan mendalam tentang pentingnya
berbagai hal yang berkaitan dengan seluruh kehidupan beragama secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai