Anda di halaman 1dari 3

Nama : Radha Delfia Roza

NIM : G1E121028

Prodi : Farmasi

Pelatihan Pendidikan Karakter

Sabtu, 25 September 2021

Pemateri : Kol. Pas. Drs. Sujatmiko (Kepala Subdirektorat Kontrapropaganda

BNPT) Materi : “Bahaya Paham Radikal Bagi Generasi Muda dan Bangsa

Indonesia ”

Aksi teror memberikan dampak yang sangatlah luar biasa, baik dari segi bangunan, mental,
dan perkembangan ekonomi.

 Motif aksi teror riset oleh Insep tahun 2012 : 45% disebabkan oleh ideologi agama
 Terlalu fanatik atau berlebih-lebihan dalam agama, dan salah dalam menafsirkan jihad :
20% disebabkan oleh solidaritas komunal
 Ingin mengikuti perjuangan saudara-saudaranya di kawasan timur tengah : 12,7%
disebabkan oleh mob mentality, 10,9% disebabkan oleh balas dendam, 9,1% disebabkan oleh
situasional, 1,8% disebabkan oleh separatism

Adapun definisi Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme, yaitu :

Intoleransi adalah orientasi negatif atau penolakan seseorang terhadap hak-hak politik dan
sosial dari kelompok yang ia tidak setujui.

Radikalisme adalah suatu ideologi dan paham yang ingin melakukan perubahan pada sistem
sosial dan politik dengan menggunakan cara kekerasan atau ekstrem, serta menyuburkan sikap
intoleran, anti-pancasila, anti NKRI, penyebaran paham tarfiti, dan menyebabkan disintegrasi
bangsa.

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa-rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban
dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan (UU No. 5 Tahun 2018).
Penyebaran paham radikal sangat mudah tersebar, baik dari sosial media maupun e-book
yang beredar di internet. Bahkan terdapat propaganda di play store lewat game maupun aplikasi.

Berikut ciri-ciri kelompok Radikal di Kampus :

 Tertutup dan tidak mau terbuka pada pandangan lain, aplagi bagi kalangan yang beda
keyakinan.
 Mudah mengkafirkan orang lain bahkan sesama muslim.
 Ingin menegakkan hukum agama mengajarkan dasar negara yang dipandang thogut atau
pemerintah yang kafir.
 Menempatkan barat secara ideologis-politis sebagai ancaman terhadap kesatuan umat.
 Mengajak keanggotaan, melaksanakan kajian secara tertutup, bahkan harus melakukan
pembaiatan.
 Sebagian mengambil cara non-kekerasan (radikal gagasan), sebagian mengambil cara
kekerasan (radikal terorisme).

Pola Rekrutmen Penyebaran Paham Radikal di Perguruan Tinggi yaitu Modus Penyebaran
Paham Radikal

 Menyusun melalui jalur kajian kerohanian dalam bentuk kelompok pengajian yang
bersifat sporadis (menyebar) yang isi 5 sampai 10 orang. Pengajian ini mudah dalam rekrutmen
namun sulit untuk dilacak.
 Melalui pola-pola mentoring pelajaran agama
 Melalui forum-forum diskusi tentang ISIS, orang tertentu dan khalifah di lingkungan
kampus bahkan hingga lingkungan kost mahasiswa.
 Melalui penawaran tempat tinggal atau kost gratis dengan syarat mengikuti kajian-
kajian mereka.
 Dengan menyamar sebagai pendamping mahasiswa baru, termasuk mencari tempat tinggal
atau kos, membantu menyediakan atau meminjamkan buku-buku perkuliahan.
 Menggiring mahasiswa baru dari daerah-daerah ke forum diskusi dan bicara tentang
Pancasila dan sistem pemerintah berbasis Khalifah.
 Media sosial yang paling banyak digunakan sebagai sarana penyebaran paham Radikal
Peran Mahasiswa Dalam Membendung Paham Kekerasan dan Terorisme

1. Perkuat wawasan keagamaan dengan moderasi beragama yang moderat, inklusif, dan
rahmatan lil 'alamin.
2. Perkuat wawasan kebangsaan dengan menanamkan rasa nasionalisme dan pengamalan
Pancasila serta kecintaan kepada NKRI, sebagai jangkar keyakinan bernegara dan berbangsa.
3. Perkaya wawasan keagamaan dan mendalam minyak melalui sumber atau tokoh
terpercaya dan populer dikenal dengan pandangan moderat atau damai.
4. Bentengi keyakinan diri dengan selalu waspada terhadap provokasi, hasutan, dan pola
rekrutmen teroris baik di kampus, lingkungan, masyarakat, maupun dunia maya.
5. Membangun jejaring dengan komunitas damai, baik offline maupun online untuk
menambah wawasan dan pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai