Anda di halaman 1dari 3

Nama : Afifah Azzahra

NIM : G1E121042

Kelas :B

Mata Kuliah : Farmakognosi

Dosen Pengampu : Diah Tri Utami, S.Si, M.Sc

Tugas Individu : Deskripsi dan Identitas Simplisia

Simplisia Daun Serai Wangi


Deskripsi Simplisia

Tanaman serai wangi termasuk golongan rerumputan disebut Andropogon nardus atau Cymbopogon
nardus. Genus ini meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang menghasilkan minyak
atsiri yang memiliki arti ekonomi dalam dunia perdagangan.Tanaman serai wangi mampu tumbuh
hingga 1-1,5 m.Panjang daunnya mencapai 70-80cm dan lebar 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan
memiliki aroma yang kuat.

Serai wangi merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan di pekarangan dan sela-sela tanaman
lainnya. Biasanya serai wangi ditanam sebagai tanaman rempah atau tanaman obat. Seraiwangi di
Indonesia ada 2 jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu (Ketaren dan Djatmiko, 1978). Jenis mahapengiri
memiliki ciri-ciri daun yang lebih lebar dan lebih pendek, selain itu menghasilkan minyak dengan
kandungan sitronelal 30-45% dan geraniol 65-90%. Jenis lenabatu menghasilkan minyak dengan
kandungan sitronelal 7-15% dan geraniol 55-65%.

Identitas Simplisia

Pemerian :

Bau khas aromatik, rasa agak pedas aromatik.

Mikroskopik :

Serbuk simplisia sereh tampak stomata pada epidermis tipe halter, sel-sel parenkim ada yang berisi
tetes-tetes minyak.

Senyawa Identitas :

senyawa utama penyusun serai adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol.

Pola Kromatografi :

Sampel di analisis menggunakan kromatografi gas yang metodenya di adaptasi dari metode yang
digunakan pada analisis GC-MS. Hasil kromatogram yang dihasilkan menunjukkan 20 puncak yang
teridentifikasi dengan tiga puncak yang paling dominan. Jumlah puncak yang dihasilkan ini sesuai
dengan jumlah puncak yang dihasilkan dari hasil analisis kromatografi gas-spektroskopi massa (GC-MS).
Hasil perhitungan nilai resolusi pada variasi split hanya nilai resolusi antara puncak 5 (puncak utama)
dan puncak 6 yang nilai resolusinya dibawah 1,5, sedangkan untuk puncak utama yang lain nilai resolusi
sudah diatas 1,5. Nilai resolusi pada variasi kenaikan suhu oven menunjukkan nilai resolusi puncak 5 dan
puncak 6 pada variasi kenaikan suhu 5°C, 8°C, 10°C, dan 15°C masih di bawah 1,5 sedangkan pada variasi
kenaikan suhu 2°C nilai resolusi diatas 1,5.

Susut pengeringan :

Susut pengeringan sebesar 91, 8536 %. Nilai ini menyatakan jumlah maksimal senyawa yang mudah
menguap atau hilang pada proses pengeringan. Nilai susut pengeringan dalam hal khusus identik dengan
kadar air jika bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik yang menguap.

Abu Total :

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan ke dalam krus porselin yang
telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus porselin dipijar perlahan–lahan sampai arang habis,
pemijaran dilakukan pada suhu 500-600oC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai
diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan.

Abu Tidak Larut Asam :

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu, dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer
selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dan dipijar
sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan.

Sari Larut Air :

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-
kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu bersumbat sambil dikocok
sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml
filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan
dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC, kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan.

Sari Larut Etanol :

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan di udara, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml
etanol 95% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan
selama 18 jam. Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa
dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95%
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
Kandungan Kimia :

Senyawa yang terdapat di dalam tanaman seraiwangiantara lain mengandung 0,4% minyak atsiri dengan
komponen yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen,β-felandren,
psimen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol, αterpineol, geraniol, farnesol,
metil heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat,
sitronelil asetat, geranil asetat, β-elemen, β-kariofilen, β-bergamoten, trans- metilisoeugenol, βkadinen,
elemol, kariofilen oksida.

Anda mungkin juga menyukai