Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 5B

Distya Nur Rohmah (M0621011)

Nur Ainun Merdekawati (M0621031)

Rischa Oktaviani C.P. (M0621039)

Shinta Septiana (M0621043)

Myrat Kovusov (M0617049)

REVIEW JURNAL

Judul Jurnal : Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem


(Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn.)

Nama penulis : Yuri Pratiwi Utami, Abdul Halim Umar, Reny Syahruni, Indah
Kadullah

Nama Jurnal : Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences

Tahun : 2017

Volume dan Halaman : 2(1) : 32-39

Tujuan penelitian : Standardisasi bahan baku simplisia dan ekstrak daun leilem.

PENDAHULUAN

Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan
obat-obatan kimia, karena obat herbal bersifat alamiah. Sehingga mendorong pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan baku obat. Salah satu tumbuhan obat yang berpotensi untuk
diformulasikan dalam pengobatan adalah leilem (Clerodendrum minahassae Teijsm. & Binn.).
Leilem merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Minahasa. Masyarakat Minahasa
biasanya memanfaatkan daun leilem sebagai bumbu masakan serta sebagai obat sakit perut,
cacingan dan paru-paru. Berdasarkan pendekatan etno-farmakologi diketahui bahwa genus
Clerodendrum memiliki berbagai peranan penting dalam perkembangan pengobatan diantaranya
sebagai antiinflamasi, antidiabetes dan antibakteri. Senyawa fenol yang ada pada daun leilem
merupakan jenis polifenol dengan aktivitas antioksidan yang berpotensi sebagai terminator radikal
bebas. Proses standarisasi daun leilem memerlukan persyaratan bahan baku simplisia atau ekstrak
yang tercantum dalam monografi umum. Namun, bahan baku khusus simplisia dan ekstrak daun
leilem belum tercantum dalam monografi umum. Tujuan dari standarisasi sendiri adalah menjaga
stabilitas dan keamanan, serta mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam simplisia maupun ekstrak.

METODE PENELITIAN

Bahan penelitian

● Daun leilem ● pereaksi ● Besi klorida 1%


● Etanol 70% Dragendorff ● Asam sulfat 2 N
● Etanol absolut ● pereaksi Mayer ● Asam sulfat pekat
● Asetat anhidrat ● pereaksi Wagner ● Asam klorida 2 N
● Akuades ● Kloroform ● Asam klorida pekat
● Natrium klorida ● Medium nutrient ● Asam klorida 0,1 N
● Serbuk magnesium agar ● Kloroform
● Amoniak ● Medium potato ● Kloralhidrat LP
● Toluen dextrose agar

Penyimpanan Simplisia

Bagian tanaman yang digunakan adalah helaian daun yang dicuci bersih dengan air
mengalir, dirajang, lalu dikeringkan dalam lemari pengering selama 3 x 24 jam. Daun yang telah
kering diserbukan tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia.

Penyiapan Ekstrak

Serbuk daun leilem sebanyak 400 gram dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70 %
sebanyak 4 L. Proses penyarian dilakukan selama 3 x 24 jam sambil sekali-sekali diaduk,
kemudian dipisahkan maserat. Proses penyarian diulang dengan jenis pelarut yang sama sebanyak
2,5 L selama 2 x 24 jam, semua maserat dikumpulkan lalu diuapkan hingga diperoleh ekstrak
kental.

Standardisasi Parameter Spesifik

1. Identitas

Pendeskripsian tata nama yaitu nama simplisia dan ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI., 2000).

2. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik eks-trak meliputi bentuk, bau, rasa dan warna. Pernyataan “tidak
berbau”, “praktis tidak berbau”, “berbau khas lemah” atau lainnya, ditetapkan dengan
pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15 menit.

3. Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat.

4. Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dan diamati fragmen pengenal daun
leilem secara umum yang dilakukan melalui pengamatan di bawah mikroskop,
menggunakan kloralhidrat LP (Depkes RI., 2008 ; Eliyanoor, 2012).

Uji Kandungan Kimia

1. Uji Alkaloid
Ekstrak dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5 mL amoniak kemudian dipanaskan,
dikocok dan disaring. Asam sulfat 2 N sebanyak 5 tetes ditambahkan pada masing-masing
filtrat, kemudian kocok dan didiamkan. Bagian atas dari masing masing filtrat diambil dan
diuji dengan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Terbentuknya endapan putih,
cokelat dan jingga menunjukkan adanya alkaloid (Harborne, 1987)

2. Uji Flavonoid
Ekstrak dicampur dengan 3 mL etanol 70 % lalu dikocok, dipanas-kan dan dikocok lagi
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan serbuk Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl
pekat. Terbentuknya warna merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid
(Harborne, 1987).

3. Uji Tanin
Ekstrak disari dengan 10 mL air kemudian disaring, filtratnya diencerkan dengan air
sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 mL dan ditambahkan 2 tetes FeCl 1
%. Terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin
(Harborne, 1987).

4. Uji Terpenoid dan Steroid


Ekstrak dicampur dengan 3 mL kloroform atau 3 mL etanol 70 % dan ditambah 2 mL asam
sulfat pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau
menunjukkan adanya senyawa steroid dan terbentuknya warna kecoklatan antar
permukaan menunjukkan adanya senyawa terpenoid (Harborne, 1987).

5. Uji Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air panas sebanyak 10 mL ditambahkan,
dinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif mengandung saponin
jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit dan pada
penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak hilang (Depkes RI., 1995)

Penetapan Kadar Sari Larut Air

Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5 g dtimbang, masukkan ke dalam labu


bersumbat, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform. Kocok berkali kali selama 6 jam pertama,
biarkan selama 18 jam. Filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas
datar yang telah ditera. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung kadar
dalam % sari larut air (Depkes RI., 2008).

Cemaran Mikroba (Depkes RI., 2000)

Ekstrak sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 mL pengencer yaitu larutan NaCl, dikocok


hingga homogen didapatkan pengenceran 10-1. Tabung sebanyak 3 buah disiapkan, lalu 9 mL
pengencer dimasukkan pada masing-masing tabung. Pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 mL ke
dalam tabung pertama, kocok hingga homogen sehingga pengenceran 10-2 didapatkan,
selanjutnya pengenceran 10-3 dan 10-4 dilanjutkan.

Angka Lempeng Total (ALT)

Tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam masing-masing


cawan petri, kemudian tuang 15 mL media NA (Nutrien Agar) yang telah dicairkan pada suhu
45°C ke dalam tiap cawan petri, lalu digoyang agar suspensi tersebar merata. Setelah media
memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik. Jumlah
koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan uji blangko. Persyaratan menurut BPOM RI (2014)
cemaran bakteri ≤ 10.000 koloni/g

Penentuan Total Kapang

Tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dengan pipet steril ke dalam masing-masing


cawan petri yang berisi 15 mL medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang masih cair pada suhu
45°C lalu digoyang agar suspensi tersebar merata, lalu diinkubasi pada suhu 25°C selama 3 hari.
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan uji blangko. Persyaratan menurut BPOM RI
(2014) cemaran bakteri ≤ 1.000 koloni/g

HASIL

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Identitas Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem

Deskripsi Hasil
Nama Simplisia Clerodendrum simplicia
Nama Ekstrak Kental Clerodendrum extractum spissum
Nama Latin Tumbuhan Clerodendrum minahassae Teijsm. & Binn.
Bagian Tumbuhan Clerodendrum folium
Nama Indonesia Tumbuhan Leilem

Tabel 2. Hasil uji kandungan kimia ekstrak etanol daun leilem


Golongan senyawa Hasil Ket
Alkaloid Mayer Endapan putih +
Wagner Endapan cokelat +
Dragendorf Endapan jingga +
Steroid Berwarna hijau +
Terpenoid Tidak terbentuk warna cokelat antar -
permukaan
Flavonoid Berwarna jingga +
Saponin Terbentuk buih yang tidak mencapai 1 cm -
Tanin Berwarna cokelat +

Tabel 3. Uji kadar senyawa terlarut pada pelarut air dan etanol

Kadar (%) Rerata± SD


Pengujian Sampel
I II III (%)
Sari Larut Air Simplisia 18,639 21,218 19,939 19,932 ± 1,289
Ekstrak 54,252 52,649 49,388 52,096 ± 2,478
Sari Larut Etanol Simplisia 10,720 12,428 12,193 11,776 ± 0,925
Ekstrak 37,258 32,798 35,269 35,108 ± 2,234

Tabel 4. Hasil pengujian susut pengeringan simplisia danekstrak etanol daun leilem

Kadar (%) Rerata ± SD


Pengujian Sampel (%)
I II III
Susut Pengeringan Simplisia 12,520 12,511 12,167 12,399 ± 0,201
Ekstrak 24,717 24,513 24,578 24,603 ±0,104

Tabel 5. Hasil pengujian kadar air simplisia dan ekstrak etanol daun leilem

Kadar (%) Syarat Mutu(%)


Pengujian Sampel Rerata ± SD (%)
I II (BPOM RI, 2014)
Kadar Air Simplisia 1,986 1,999 1,993 ± 0,009
≤ 10%
Ekstrak 7,897 9,635 8,766 ± 1,228

Tabel 6. Hasil pengujian kadar abu simplisia dan ekstrak etanol daun leilem
Kadar (%)
Pengujian Sampel Rerata ± SD(%)
I II III
Kadar abu total Simplisia 27,096 27,494 28,760 27,783 ±0,868
Ekstrak 12,300 11,153 12,364 12 ±0,681
Kadar abu tidak larut asam Simplisia 3,109 5,171 4,447 4,242 ±1,046
Ekstrak 2,6037 2,434 2,517 2,518 ±0,08

Tabel 7. Hasil Pengujian Bobot Jenis Ekstrak Etanol DaunLeilem

Hasil (g/mL)
Pengujian Rerata ± SD (g/mL)
I II III
Bobot Jenis 1,045 1,043 1,055 1,047 ±0,006

Tabel 8. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba Ekstrak Etanol Daun Leilem

Total Cemaran Syarat (koloni/g)


Parameter (BPOM RI, 2014)
(koloni/g)
Cemaran Bakteri 540 ≤ 10.000
Cemaran Kapang 506 ≤1000

PEMBAHASAN

Standardisasi

Daun leilem memiliki potensi sebagai obat antiinflamasi dan antibakteri, sehingga
dilakukan standardisasi bahan baku simplisia dan ekstrak daun leilem untuk menjamin standar
mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. Penetapan standar mutu yang dilakukan meliputi
parameter spesifik dan non spesifik. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah simplisia
dan ekstrak etanol daun leilem. Ekstrak diperoleh dari hasil ekstraksi dengan menggunakan
metode maserasi selama 3 x 24 jam dan remaserasi selama 2 x 24 jam menggunakan pelarut
etanol 70%. Ekstrak kental diperoleh sebanyak 88,003 g dengan persen rendemen sebesar 22 %
(lampiran 6). Simplisia dan ekstrak selanjutnya distandarisasi

Parameter Spesifik

Penetapan standar mutu dengan parameter spesifik meliputi yang pertama pemeriksaan
identitas Yang bertujuan bertujuan untuk memberikan identitas obyektif nama secara spesifik.
Kedua, uji makroskopik bertujuan mencari kekhususan bentuk morfologi dan warna simplisia
daun leilem. Hasil pemeriksaan makroskopik menunjukkan simplisia daun leilem berwarna coklat
kehijauan, berbentuk bundar telur, ujungnya runcing, berpangkal tumpul, permukaannya licin,
bertepi rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang menyirip. Panjang 9,2 – 13,5 cm dan
lebar 5,1 – 5,5 cm. Ketiga, Uji Mikroskopik bertujuan untuk menentukan fragmen pengenal yang
terdapat pada daun leilem, sehingga dapat mencegah pemalsuan simplisia. Dari hasil uji
mikroskopik didapatkan hasil berupa fragmen dari serbuk simplisia daun leilem. Keempat,
Pemeriksaan Organoleptik diperoleh hasil bahwa simplisia daun leilem berbentuk serbuk,
berwarna coklat kehijauan, berbau khas, berasa pahit. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi
kental, berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit. Pemeriksaan organoleptik dilakukan
pengamatan sampel meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Parameter organoleptik ekstrak
bertujuan memberikan pengenalan awal terhadap simplisia dan ekstrak menggunakan panca indera
dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa. Kelima, Uji Kandungan Kimia yang
bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia. Uji kandungan kimia
terhadap ekstrak etanol dan daun leilem didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol daun leilem
mengandung senyawa alkaloid, steroid, flavonoid dan tanin. Keenam, Penetapan Kadar Sari
Terlarut Pada Pelarut Air dan Etanol, bertujuan sebagai perkiraan banyaknya kandungan senyawa-
senyawa aktif yang bersifat polar (larut dalam air) dan bersifat polar – non polar (larut dalam
etanol). Pada simplisia, kadar senyawa yang larut dalam pelarut air dan etanol adalah masing-
masing sebesar 19,932 % dan 11,776 %. Kadar senyawa pada ekstrak yang larut dalam pelarut air
dan etanol adalah masing-masing sebesar 52,096 % dan 35,108 %. Hal ini menunjukkan senyawa
polar yang terkandung dalam daun leilem lebih banyak dibandingkan dengan senyawa non polar.

Gambar 1. Uji Mikroskopik pada serbuk simplisia daun leilem

Parameter Non Spesifik


Uji parameter non spesifik meliputi yang pertama, uji susut pengeringan untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan.Pada penentuan parameter susut pengeringan simplisia dan ekstrak etanol daun leilem
diperoleh nilai susut pengeringan masing-masing sebesar 12,399 % dan 24,603 %. Kedua, uji
kadar air untuk menetapkan residu air setelah proses pengeringan.Kadar air yang diperoleh pada
simplisia dan ekstrak masing masing sesuai dengan syarat mutu yaitu ≤ 10%. Ekstrak kental
memiliki kadar air antara 5 – 30%. Ketiga, uji kadar abu untuk memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.Kadar
abu total dalam simplisia sebesar 27,783 % dan dalam ekstrak sebesar 12 %. Kadar abu pada
simplisia dan ekstrak etanol daun leilem ini cukup tinggi. Tingginya kadar abu menunjukkan
tingginya kandungan mineral internal didalam daun leilem itu sendiri. Semakin tinggi kadar abu
yang diperoleh maka kandungan mineral dalam bahan juga semakin tinggi. .Kadar abu tidak larut
asam dalam simplisia sebesar 4,242 % dan dalam ekstrak sebesar 2,518 %. Tingginya kadar abu
tidak larut dalam asam menunjukkan adanya kandungan silikat yang berasal dari tanah atau pasir,
tanah dan unsur logam perak, timbal dan merkuri. Keempat, penetapan bobot jenis yang ditentukan
dengan menggunakan piknometer untuk memberikan gambaran kandungan kimia yang terlarut
pada suatu ekstrak. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak yang telah diencerkan 5 % dengan air.
Bobot jenis yang diperoleh dari pengenceran ekstrak daun leilem sebesar 1,047 g/ mL. Kelima,uji
cemaran mikroba untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran mikroba
dan jamur melebihi batas yang ditetapkan.Pengukuran bobot jenis ekstrak etanol daun leilem
ditentukan dengan menggunakan piknometer. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak yang telah
diencerkan 5 % dengan air. Bobot jenis yang diperoleh dari pengenceran ekstrak daun leilem
sebesar 1,047 g/ mL.

KESIMPULAN
Parameter spesifik; nama latin dari tumbuhan leilem yaitu Clerodendrum minahassae
Teijsm. &Binn. Simplisia daun leilem (C. Minahassae folium) berwarna coke-lat kehijauan,
berbentuk bundar telur, ujungnya runcing, berpangkal tumpul, permukaannya licin, bertepi rata,
umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang menyirip, panjang rata-rata 11,1 cm dan lebar
ratarata 5,3 cm. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi kental, berwarna hitam, berbau khas
dan berasa pahit. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun leilem memperlihatkan
fragmen berupa hablur kalsium oksalat berbentuk stiloid, berkas pembuluh dengan penebalan
cincin, rambut penutup berbentuk kerucut dan memiliki ujung rambut yang runcing, stomata
dengan sel batu, epidermis atas dengan stomata tipe anomositik serta epidermis bawah berbentuk
poligonal tidak beraturan. Kadar senyawa larut air pada simplisia 19,932 % dan kadar senyawa
larut etanol11,776 %, sedangkan senya-wa yang larut air pada ekstrak 52,096 % dan kadar
senyawa larut etanol 35,108 %. Ekstrak etanol daun leilem mengandung alkaloid, steroid,
flavonoid dan tanin.
Parameter non spesifik; perole-han kadar air pada simplisia dan ekstrak masing-masing ≤
10 %. Susut pengeringan yang diperoleh pada simplisia 12,399 % dan pada ekstrak 24,603 %.
Hasil kadar abu total pada simplisia didapatkan 27,783 % dan pada ekstrak 12 %, serta hasil
kadar abu tidak larut asam pada simplisia 4,242 % dan pada ekstrak 2,518 %. Perolehan bobot
jenis ekstrak 1,055 g/mL. Total cemaran bakteri 540 koloni/g dan total cemaran kapang
sebanyak 506 koloni/g.
Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2017 2(1): pp 32-39

Standardisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem (Clerodendrum


minahassae Teisjm. & Binn.)

Yuri Pratiwi Utami1, Abdul Halim Umar2, Reny Syahruni2, Indah Kadullah1
1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Perintis Kemerdekaan Street Km 13,7 Daya Makassar-
Indonesia
2
Akademi Farmasi Kebangsaan Makassar, Perintis Kemerdekaan Street Km 13,7 Daya Makassar-
Indonesia

Artikel info ABSTRAK


Diterima Daun leilem (Clerodendrum minahassae Teisjm. & Binn) memiliki banyak efek farmakologis sebagai
Direvisi obat tradisional. Bahan baku obat tradisional perlu standardisasi. Standardisasi simplisia dan
Disetujui ekstrak etanol daun leilem dilakukan untuk menetapkan parameter standar simplisia dan ekstrak
etanol daun leilem. Penetapan standar mutu simplisia dan ekstrak meliputi parameter spesifik
Kata kunci dan non spesifik.Ekstrak kental diperoleh dari hasil maserasi daun leilem menggunakan etanol 70%
Clerodendrum minahassae dengan perolehan rendemen sebesar 22%. Pengamatan makroskopik menunjukkan simplisia daun
Teisjm. & Binn.), leilem berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bundar telur, ujungnya runcing, berpangkal tumpul,
Standardisasi
Simplisia permukaannya licin, bertepi rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang menyirip, panjang
rata-rata 11,1 cm dan lebar rata-rata 5,3 cm. Organoleptik dari ekstrak etanol daun leilem yaitu
berkonsistensi kental, berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit. Fragmen pengenal simplisia
daun leilem berupa hablur kalsium oksalat berbentuk stiloid, berkas pembuluh dengan penebalan
cincin, rambut penutup berbentuk kerucut dan memiliki ujung rambut yang runcing, stomata
dengan sel batu, epidermis atas dengan stomata tipe anomositik serta epidermis bawah berbentuk
poligonal tidak beraturan. Kadar senyawa terlarut dalam air pada simplisia sebesar 19,932% dan
Keyword pada ekstrak sebesar 52,096%, sedangkan kadar senyawa terlarut dalam etanol pada simplisia
Clerodendrum minahassae Teisjm.
& Binn sebesar 11,776% dan pada ekstrak sebesar 35,108%. Ekstrak mengandung senyawa alkaloid,
Standardization steroid, flavonoid dan tanin. Kadar air dalam simplisia dan ekstrak masing-masing ≤ 10%. Kadar
Simplicia
abu total dalam simplisia sebesar 27,783% dan dalam ekstrak sebesar 12%, kadar abu tidak larut
asam dalam simplisia sebesar 4,242% dan dalam ekstrak sebesar 2,518%. Susut pengeringan pada
simplisia sebesar 12,399% dan pada ekstrak sebesar 24,603%. Bobot jenis ekstrak sebesar 1,055 g/
ml. Total cemaran bakteri dan kapang pada ekstrak memenuhi syarat dengan nilai masing-masing
sebesar 5,4 x 102 koloni/g dan 5,0 x 102 koloni/g.

ABSTRACT
The leaves of Clerodendrum minahassae Teijsm. & Binn. hasmany pharmacologica leffects as
traditional medicine. Rawmaterialof traditional medicine should be standardized. Standardization
of simplicia and ethanolic extract of C. minahassae leaves was performed to determine the standard
parameters both of simplicia and extract. Determination ofquality standard extract include specific
and non-specific parameters.The extract of C. minahassae obtained by maceration from C. minahassae
leaves (C. minahassae folium) using ethanol with the acquisitionofrendement about 22%. The
macroscopic obsevations showed that simplicia of C. minahassae leaves is greenish brown, egg-
shaped, sharp edges, blunt stem, slippery surface, flat-brimmed, generally there are six pairs of
pinnate bone leaves, the average leghth is 11,1 cm and the average width is 5,3 cm.The organoleptic
of ethanolic extract is thick, brownish-black, has the distinctive smell and tastes bitter. Fragment
identifiers of C. minahassae leaves such as crystalline calcium oxalate with stiloid shaped, file vessels
with thickening ring, hair coverings conical and has a hair tip pointy, stomata with stone cell, the

Koresponden author
Yuri Pratiwi Utami
Email: yuri_pratiwi@yahoo.co.id
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar, Jln. Perintis Kemerdekaan Km 13,7 Daya Makassar, Sulawesi Selatan

32
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

upper epidermis with stomata anomocytic types and lower epidermis with irregularly polygonal.
Content of water-soluble compounds of simplicia is 19,932% and 52,096% of extract, while the
content of ethanol-soluble compounds of simplicia is 11,776% and 35,108% of extract. The extract
contains alkaloids, steroids, flavonoids and tannins​. Simplicia and extract, each containing ≤ 10%
of water. Total ash content of simplicia is 27,783% and 12% of extract, while the acid insoluble ash
content of simplicia is 4,242% and 2,518% of extract. The loss of drying of simplicia is 12,399% and
24,603% of extract. The density of extract is 1,055 g/ml. Total bacterial and fungal contamination of
extract are qualified, with the values are 5.4 x 102 colonies/g and 5.0 x 102 colonies/g respectively.

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek Bahan penelitian
samping yang lebih sedikit dibandingkan obat-obatan Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun leilem,
kimia, karena obat herbal bersifat alamiah. Hal ini etanol 70%, etanol absolut, asetat anhidrat, akuades,
mendorong pemanfaatan tumbuhan obat seba-gai natrium klorida, serbuk magnesium, amoniak,
bahan baku obat. Tumbuhan obat dapat diformulasikan kloroform, medium nutrient agar, medium potato
menjadi suatu sediaan farmasi untuk mem- dextrose agar, besi klorida 1%, asam sulfat 2 N, asam
permudahpenggunaannya dalam pengobatan. Salah sulfat pekat, asam klorida 2 N, asam klorida pekat,
satu tumbuhan obat yang berpotensi untuk diformu- asam klorida 0,1 N, kloroform, kloralhidrat LP, toluen,
lasikan dalam pengobatan adalah leilem (Clerodendrum pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer dan pereaksi
minahassae Teijsm. & Binn.). Leilem merupakan Wagner.
tumbuhan yang banyak tumbuh di daerah Minahasa.
Penyiapan Simplisia
Masyarakat Minahasa umumnya memanfaatkan daun
Tumbuhan leilem diperoleh dari Kelurahan
leil-lem sebagai bumbu masakan dan digunakan untuk
Kairagi Dua, Kecamatan Mapanget, Kota Manado,
mengobati penyakit seperti sakit perut, cacingan dan
Provinsi Sulawesi Utara. Leilem didetermina-si di
penyakit paru-paru.
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–Lembaga
Berdasarkan pendekatan etno-farmakologi diketahui
Ilmu Penge-tahuan Indonesia. Bagian tanaman yang
bahwa genus Clerodendrum memiliki berbagai peranan
digunakan adalah helaian daun. Helai daun kemudian
penting dalam perkemba-ngan pengobatan diantaranya
dicuci bersih dengan air mengalir, dirajang, lalu
sebagai antiinflamasi, antidiabetes dan antibakteri (Patel
dikeringkan dalam lemari penge-ring selama 3 x 24
& Shrivastava, 2007). Senyawa fenol yang ada pada
jam. Daun yang telah kering diserbukan tanpa menye-
daun leilem merupakan jenis polifenol dengan aktivitas
babkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia.
antioksi-dan yang berpotensi sebagai terminator radikal
bebas (Emor, 2006). Adam dkk. (2013) melapor-kan Penyiapan Ekstrak
bahwa ekstrak metanol daun leilem memiliki aktivitas Serbuk daun leilem sebanyak 400 gram dimaserasi
antioksidan berkisar antara 64,83 - 70,12 %. Bontjura menggunakan pelarut etanol 70 % sebanyak 4 L.
dkk., (2015) meneliti bahwa senyawa fenol dalam Proses penyarian dilakukan selama 3 x 24 jam sambil
ekstrak daun leilem memiliki efek antibakteri terhadap sekali-sekali diaduk, kemudian dipisahkan mase-rat.
bakteri Streptococcus mutans.Penelitian lain melaporkan Proses penyarian diulang dengan jenis pelarut yang
bahwa daun leilem dapat mengham-bat pertumbuhan sama sebanyak 2,5 L selama 2 x 24 jam, semua maserat
bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 5 %, 10 % dan dikumpulkan lalu diuapkan hingga diperoleh ekstrak
15 % karena flavonoid yang terdapat didalamnya dapat kental.
merusak mem-bran sel bakteri (Lomboan, 2015). Standardisasi Parameter Spesifik
Berdasarkan besarnya potensi daun leilem sebagai 1. Identitas
obat, maka perlu dilakukan standardisasi bahan Pendeskripsian tata nama yaitu nama simplisia dan
baku simplisia dan ekstrak daun leilem. Tujuan esktrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan
dari standardisasi sendiri adalah menjaga stabilitas yang digunakan dan nama Indone-sia tumbuhan
dan keamanan, serta mempertahankan konsistensi (Depkes RI., 2000).
kandungan senya- wa aktif yang terkandung dalam 2. Pemeriksaan Organoleptik
simplisia maupun ekstrak. Pemeriksaan organoleptik eks-trak meliputi bentuk,
Proses standardisasi daun leilem memerlukan bau, rasa dan warna. Pernyataan “tidak berbau”,
persyaratan bahan baku simplisia atau ekstrak yang “praktis tidak berbau”, “berbau khas lemah” atau
tercantum dalam monografi umum. Namun, bahan lainnya, ditetapkan dengan pengamatan setelah
baku khusus simpli- sia dan ekstrak daun leilem bahan terkena udara selama 15 menit. Waktu 15
belum tercantum dalam monografi umum. Penelitian menit dihitung setelah wadah yang berisi tidak
standardisasi simplisia dan ekstrak etanol daun leilem lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk wadah yang
ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai parameter berisi lebih dari 25 g bahan penetapan dilakukan
standar mutu simplisia dan ekstrak daun leilem. setelah lebih kurang 25 g bahan dipindahkan ke
dalam cawan penguap 100 ml (Depkes RI., 2000 ;
Depkes RI., 2008).

33
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

3. Uji Makroskopik Penetapan Kadar Sari Larut Etanol


Uji makroskopik dilakukan de-ngan menggunakan Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak
kaca pembesar atau tanpa alat. Cara ini dilakukan 5 g dtimbang, masukkan ke dalam labu bersumbat,
untuk mencari kekhususan morfologi dan warna tambahkan 100 mL etanol P. Kocok berkali-kali selama
simplisia daun leilem (Eliyanoor, 2012). 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Filtrat disa-ring
4. Uji Mikroskopik dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal
Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk beralas datar yang telah ditara. Residu dipanas-kan
simplisia dan diamati fragmen pengenal daun pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung kadar
leilem secara umum yang dilakukan melalui dalam % sari larut air (Depkes RI., 2008).
pengamatan di bawah mikroskop, menggunakan Parameter Non Spesifik
kloralhid-rat LP (Depkes RI., 2008 ; Eliyanoor, 2012).
Penetapan Bobot Jenis
Uji Kandungan Kimia Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Ekstrak
1. Uji Alkaloid diencerkan 5% menggunakan air. Ekstrak cair
Ekstrak dicampur dengan 5 mL kloroform dan dimasukkan ke dalam piknometer, dibuang kelebihan
5 mL amoniak kemudian dipanaskan, dikocok ekstrak cair dan ditimbang. Bobot piknometer kosong
dan disaring. Asam sulfat 2 N sebanyak 5 tetes dikurangi dengan bobot piknometer yang telah diisi.
ditambahkan pada masing-masing filtrat, kemudian Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh
kocok dan didiamkan. Bagian atas dari masing- dengan membagi kerapatan ekstrak dengan kerapatan
masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi air dalam piknometer pada suhu 25°C (Depkes RI.,
Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya 2000).
enda -pan putih, cokelat dan jingga menunjukkan
Penetapan Kadar Abu Total
adanya alkaloid (Harborne, 1987).
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak
2. Uji Flavonoid
2 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam krus silikat
Ekstrak dicampur dengan 3 mL etanol 70 % lalu
yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan
dikocok, dipanas-kan dan dikocok lagi kemudian
hingga suhu yang menyebabkan senyawa organik dan
disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan serbuk
turunannya terdestruksi dan mengu-ap sampai tinggal
Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl pekat. Terbentuknya warna
unsur mineral dan anorganik saja yaitu pada suhu 600 ±
merah pada lapisan etanol menunjukkan adanya
25°C, dinginkan dan timbang. Kadar abu total dihitung
flavonoid (Harborne, 1987).
terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b
3. Uji Tanin
(Depkes RI., 2008).
Ekstrak disari dengan 10 mL air kemudian disaring,
filtratnya diencer-kan dengan air sampai tidak Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
berwar-na. Larutan diambil sebanyak 2 mL dan Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu
ditambahkan 2 tetes FeCl 1 %. Terbentuknya warna total dididih-kan dengan 25 mL asam klorida encer
cokelat kehij-jauan atau biru kehitaman menunjuk- LP selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam
kan adanya tanin (Harborne, 1987). asam dikumpulkan, saring melalui kertas saring bebas
4. Uji Terpenoid dan Steroid abu, Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung
Ekstrak dicampur dengan 3 mL kloroform atau terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b
3 mL etanol 70 % dan ditambah 2 mL asam sulfat (Depkes RI., 2008).
pekat dan 2 mL asam asetat anhidrat. Perubahan Penetapan Kadar Air (Depkes RI., 2008).
warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan Kadar air ditetapkan dengan cara destilasi toluen.
adanya senyawa steroid dan terbentuknya warna Toluen yang digunakan dijenuhkan dengan air terlebih
kecokelatan antar permukaan menunjukkan adanya dahulu, kemudian simplisia dan ekstrak masing-masing
senyawa terpenoid (Harborne, 1987). seba-nyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam
5. Uji Saponin labu alas bulat dan ditambahkan toluen yang telah
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air dije-nuhkan. Labu dipanaskan selama 15 menit, setelah
panas sebanyak 10 mL ditambahkan, dinginkan toluen mulai mendi-dih,penyulingan diatur 2 tetes/
dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. detik,lalu 4 tetes/detik. Setelah semua air tersuling,
Positif mengandung sapo-nin jika terbentuk buih pemanasan dilanjutkan selama 5 menit. Biarkan tabung
setinggi 1-10 cm selama tidak kurang dari 10 menit penerima dalam keadaan dingin mencapai hingga
dan pada penambahan 1 tetes HCl 2 N, buih tidak suhu kamar. Volume air dibaca sesudah toluen dan air
hilang (Depkes RI., 1995). memisah sempurna.
Penetapan Kadar Sari Larut Air Penetapan Susut Pengeri-ngan (Depkes RI., 2000).
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 2
5 g dtimbang, masukkan ke dalam labu bersumbat, g dimasukkan ke dalam krus porselin bertutup yang
tambahkan 100 mL air jenuh kloroform. Kocok berkali- sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama
kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. 30 menit dan telah ditara. Krus dimasukkan ke dalam
Filtrat disaring dan diuapkan hingga kering dalam oven dalam keadaan tutup krus terbuka, keringkan
cawan dangkal beralas datar yang telah ditara. Residu pada suhu 105°C hingga bobot tetap, dinginkan dalam
dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung eksikator. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali
kadar dalam % sari larut air (Depkes RI., 2008). kemudian dihitung presentasenya.

34
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

Cemaran Mikroba (Depkes RI., 2000). Parameter Spesifik


Ekstrak sebanyak 1 g dilarutkan dalam 10 mL Pemeriksaan Identitas
pengencer yaitu larutan NaCl, dikocok hingga homogen Parameter Identitas simplisia dan ekstrak bertujuan
didapatkan pengenceran 10-1. Tabung sebanyak 3 untuk memberikan identitas obyektif nama secara
buah disiapkan, lalu 9 mL pengencer dimasukkan spesifik (Depkes RI., 2000). Hasil pemeriksaan identitas
pada masing-masing tabung. Pengenceran 10-1 dipipet simplisia dan ekstrak terlampir pada Tabel 1.
sebanyak 1 mL ke dalam tabung pertama, kocok hingga
Uji Makroskopik
homogen sehingga pengenceran 10-2 didapatkan,
Pengujian makroskopik bertuju-an mencari
selanjutnya pengen-ceran 10-3 dan 10-4 dilanjutkan.
kekhususan bentuk morfologi dan warna simplisia
Angka Lempeng Total (ALT) daun leilem (Eliyanoor, 2012). Hasil peme-riksaan
Tiap pengeceran dipipet sebanyak 1 mL dengan makroskopik menunjukkan simplisia daun leilem
pipet steril ke dalam masing-masing cawan petri, berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bundar telur,
kemudian tuang 15 mL media NA (Nutrien Agar) yang ujungnya runcing, berpangkal tumpul, permukaannya
telah dicairkan pada suhu 45°C ke dalam tiap cawan licin, bertepi rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang
petri, lalu digoyang agar suspensi tersebar merata. daun yang menyirip. Panjang 9,2 – 13,5 cm dan lebar
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi 5,1 – 5,5 cm.
pada suhu 37°C selama 24 jam dengan posisi terbalik.
Uji Mikroskopik
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung
Pengujian mikroskopik dilaku-kan terhadap
dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Replikasi
serbuk simplisia daun leilem. Serbuk simplisia daun
dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan uji blangko.
leilem menunjukkan fragmen seperti pada gambar 2.
Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran bakteri
Pengujian mikroskopik bertujuan untuk menentukan
≤ 10.000 koloni/g.
frag-men pengenal yang terdapat pada daun leilem,
Penentuan Total Kapang sehingga dapat mence-gah pemalsuan simplisia
Tiap pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dengan (Eliyanoor, 2012).
pipet steril ke dalam masing-masing cawan petri yang
Pemeriksaan Organoleptik
berisi 15 mL medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang
Pemeriksaan organoleptik sim-plisia dan ekstrak
masih cair pada suhu 45°C lalu digoyang agar suspensi
diperoleh hasil bahwa simplisia daun leilem berbentuk
tersebar merata, lalu diinkubasi pada suhu 25°C selama
serbuk, berwarna coklat kehijauan, berbau khas,
3 hari. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung
berasa pahit. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi
dan dikalikan dengan faktor pengenceran.Replika-si
kental, berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit.
dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan uji blangko.
Pemeriksaan organoleptik dilaku-kan pengamatan
Persyaratan menurut BPOM RI (2014) cemaran bakteri
sampel meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Parameter
≤ 1.000 koloni/g.
organoleptik ekstrak bertujuan memberikan pengenalan
HASIL DAN PEMBAHASAN awal terhadap simplisia dan ekstrak menggunakan
panca indera dengan mendeskripsikan bentuk, warna,
Standardisasi
bau dan rasa (Depkes RI., 2000).
Daun leilem memiliki potensi sebagai obat
antiinflamasi dan antibakteri, sehingga dilakukan stan- Uji Kandungan Kimia
dardisasi bahan baku simplisia dan ekstrak daun leilem. Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan
Tujuan dari standardisasi sendiri yaitu untuk menjamin gambaran awal komposisi kandungan kimia (Depkes
standar mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat. RI., 2000). Uji kandungan kimia dilakukan terhadap
Penetapan standar mutu yang dilakukan meliputi ekstrak etanol daun leilem, hasil yang diperoleh
parameter spesifik dan non spesifik. menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun leilem
Penentuan nilai standardisasi ini perlu acuan yang mengandung senyawa alkaloid, steroid, flavonoid dan
menandakan bahwa simplisia dan ekstrak tersebut tanin (Tabel 2)
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Acuan Penetapan Kadar Sari Terlarut Pada Pelarut Air dan
standardisasi resmi untuk daun leilem sendiri belum Etanol
tercantum dalam terbitan Departemen Kesehatan Penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut air
maupun dari sum- ber lain, sehingga sebagai acuan dan etanol ini bertujuan sebagai perkiraan banyaknya
penelitian ini adalah dengan menggunakan persyaratan kandungan senyawa-senyawa aktif yang bersifat polar
secara umum. (larut dalam air) dan bersifat polar – non polar (larut
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dalam etanol) (Saifudin dkk., 2011). Pada simplisia,
simplisia dan ekstrak etanol daun leilem. Ekstrak kadar senyawa yang larut dalam pelarut air dan etanol
diperoleh dari hasil ekstraksi dengan menggunakan adalah masing-masing sebesar 19,932 % dan 11,776 %.
metode maserasi selama 3 x 24 jam dan remaserasi Kadar senyawa pada ekstrak yang larut dalam pelarut
selama 2 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 70%. air dan etanol adalah masing-masing sebesar 52,096 %
Ekstrak kental diperolehsebanyak 88,003 g de-ngan dan 35,108 %. Hasil yang diperoleh memper-lihatkan
persen rendemen sebesar 22 % (lampiran 6). Simplisia bahwa senyawa dari daun leilem lebih banyak larut
dan ekstrak selanjutnya distandardisasi dalam air dibanding etanol. Hal ini menunjukkan
senyawa polar yang terkandung dalam daun leilem
lebih banyak dibandingkan dengan senyawa non polar.

35
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Identitas Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Leilem

Deskripsi Hasil
Nama Simplisia Clerodendrum simplicia
Nama Ekstrak Kental Clerodendrum extractum spissum
Nama Latin Tumbuhan Clerodendrum minahassae Teijsm. & Binn.
Bagian Tumbuhan Clerodendrum folium
Nama Indonesia Tumbuhan Leilem

Tabel 2. Hasil uji kandungan kimia ekstrak etanol daun leilem


Golongan senyawa Hasil Ket
Alkaloid Mayer Endapan putih +
Wagner Endapan cokelat +
Dragendorf Endapan jingga +
Steroid Berwarna hijau +
Terpenoid Tidak terbentuk warna cokelat antar -
permukaan
Flavonoid Berwarna jingga +
Saponin Terbentuk buih yang tidak mencapai 1 cm -
Tanin Berwarna cokelat +

Tabel 3. Uji kadar senyawa terlarut pada pelarut air dan etanol

Kadar (%) Rerata± SD


Pengujian Sampel
I II III (%)
Sari Larut Air Simplisia 18,639 21,218 19,939 19,932 ± 1,289
Ekstrak 54,252 52,649 49,388 52,096 ± 2,478
Sari Larut Etanol Simplisia 10,720 12,428 12,193 11,776 ± 0,925
Ekstrak 37,258 32,798 35,269 35,108 ± 2,234

Tabel 4. Hasil pengujian susut pengeringan simplisia danekstrak etanol daun leilem

Kadar (%) Rerata ± SD


Pengujian Sampel
I II III (%)
Susut Pengeringan Simplisia 12,520 12,511 12,167 12,399 ± 0,201
Ekstrak 24,717 24,513 24,578 24,603 ±0,104

Tabel 5. Hasil pengujian kadar air simplisia dan ekstrak etanol daun leilem

Kadar (%) Syarat Mutu(%)


Pengujian Sampel Rerata ± SD (%)
I II (BPOM RI, 2014)
Kadar Air Simplisia 1,986 1,999 1,993 ± 0,009
≤ 10%
Ekstrak 7,897 9,635 8,766 ± 1,228

36
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

Gambar 1. Uji Mikroskopik pada serbuk simplisia daun leilem

Parameter Non Spesifik toksik (logam berat) seperti merkuri, timbal, tembaga,
Uji Susut Pengeringan kadmium dan stronsium. Akumulasi logam berat di
Susut pengeringan merupakan salah satu parameter dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama dapat
non spesifik yang bertujuan untuk memberikan mengganggu sistem peredaran darah, urat syaraf dan
batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa kerja ginjal (Widaningrum dkk., 2007).
yang hilang pada proses pengeringan. Parameter susut Kadar abu tidak larut asam mencerminkan adanya
pengeringan pada dasarnya adalah pengukuran sisa kontaminasi mineral atau logam yang tidak larut asam
zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC sampai dalam suatu produk. Kadar abu tidak larut asam dalam
berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen simplisia sebesar 4,242 % dan dalam ekstrak sebesar
(Depkes RI., 2000). Pada penentuan parameter susut 2,518 %. Tingginya kadar abu tidak larut dalam asam
pengeringan simpli-sia dan ekstrak etanol daun leilem menunjukkan adanya kandungan silikat yang berasal
diperoleh nilai susut pengeringan masing-masing dari tanah atau pasir, tanah dan unsur logam perak,
sebesar 12,399 % dan 24,603 %. Massa yang dapat hilang timbal dan merkuri (Guntarti dkk., 2015).
karena pemanasan ini meliputi molekul air, minyak Penetapan Bobot Jenis
atsiri dan pelarut etanol. Bobot jenis didefinisikan seba-gai perbandingan
Uji Kadar Air kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air dengan
Kadar air merupakan parameter untuk menetapkan nilai massa per satuan volume. Penentuan bobot jenis
residu air setelah proses pengeringan. Pada pengujian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan
kadar air simplisia dan ekstrak etanol daun leilem kimia yang terlarut pada suatu ekstrak (Depkes RI.,
digunakan metode destilasi toluen, yang pada 2000). Pengukuran bobot jenis ekstrak etanol daun
prinsipnya menggunakan toluen jenuh air. Kadar air leilem ditentukan dengan menggunakan piknometer.
yang diperoleh pada simplisia dan ekstrak masing- Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak yang telah
masing sesuai dengan syarat mutu yaitu ≤ 10%. diencerkan 5 % dengan air. Bobot jenis yang diperoleh
Ekstrak kental memilki kadar air antara 5 – 30% dari pengenceran ekstrak daun leilem sebesar 1,047 g/
(Voight, 1994). Penentuan kadar air juga terkait dengan mL.
kemurnian ekstrak. Kadar air yang terlalu tinggi (> Uji Cemaran Mikroba
10%) menyebabkan tumbuhnya mikroba yang akan Pengujian cemaran bakteri dan kapang merupakan
menurunkan stabilitas ekstrak (Saifudin dkk., 2011). salah satu uji untuk kemurnian ekstrak (Depkes RI.,
Uji Kadar Abu 2000). Tujuannya untuk membe-kan jaminan bahwa
Tujuan dilakukannya pengujian kadar abu adalah ekstrak tidak mengandung cemaran mikroba dan jamur
untuk memberikan gambaran kandungan mineral melebihi batas yang ditetapkan (Mustarichie dkk.,
internal dan eksternal yang berasal dari proses awal 2011). Hasil penelitian menunjukkan cema-ran bakteri
sampai terben-tuknya ekstrak (Depkes RI., 2000). dan kapang dalam ekstrak etanol daun leilem masing-
Kadar abu total dalam simplisia sebesar 27,783 % masing sebanyak 540koloni/g dan 506 koloni/g. Hasil
dan dalam ekstrak sebesar 12 %. Kadar abu untuk ini sesuai dengan peraturan Kepala Badan Pengawas
simplisia dan ekstrak etanol daun leilem ini cukup Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang
tinggi. Tingginya kadar abu menunjukkan tingginya Persyaratan Mutu Obat Tradisional, bahwa batas
kandungan mineral internal didalam daun leilem itu maksimum cemaran bakteri yaitu ≤ 10.000 koloni/g
sendiri. Semakin tinggi kadar abu yang diperoleh maka dan untuk kapang yaitu ≤ 1.000 koloni/g.
kandungan mineral dalam bahan juga semakin tinggi. Pencemaran ini dapat terjadi selama proses
Mineral diperlukan oleh manu-sia, seperti kalsium, pengolahan sampel hingga menjadi ekstrak dan juga
fosfor dan magnesium untuk pertumbuhan tulang. dapat terjadi selama masa penyimpanan ekstrak yang
Natrium dan klorida untuk cairan tubuh, besi untuk kemungkinan besar mendapat kontaminasi dari udara
pemben-tukan hemoglobin dan sel darah merah di sekitar tempat penyimpanan.
(Bonato dkk., 1987). Beda halnya dengan mineral

37
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

Tabel 6. Hasil pengujian kadar abu simplisia dan ekstrak etanol daun leilem

Kadar (%)
Pengujian Sampel Rerata ± SD(%)
I II III
Kadar abu total Simplisia 27,096 27,494 28,760 27,783 ±0,868
Ekstrak 12,300 11,153 12,364 12 ±0,681
Kadar abu tidak larut asam Simplisia 3,109 5,171 4,447 4,242 ±1,046
Ekstrak 2,6037 2,434 2,517 2,518 ±0,08

Tabel 7. Hasil Pengujian Bobot Jenis Ekstrak Etanol DaunLeilem

Hasil (g/mL)
Pengujian Rerata ± SD (g/mL)
I II III
Bobot Jenis 1,045 1,043 1,055 1,047 ±0,006

Tabel 8. Hasil Pengujian Cemaran Mikroba Ekstrak Etanol Daun Leilem

Total Cemaran Syarat (koloni/g)


Parameter (koloni/g) (BPOM RI, 2014)
Cemaran Bakteri 540 ≤ 10.000
Cemaran Kapang 506 ≤1000

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Parameter spesifik; nama latin dari tumbuhan leilem Adam, C., Djarkasi, G., Ludong, M. dan Langi, T.,
yaitu Clerodendrum minahassae Teijsm. &Binn. Simplisia 2013, Penentuan Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan
daun leilem (C. Minahassae folium) berwarna coke-lat Ekstrak Daun Leilem (Clerodendrum minahassae),
kehijauan, berbentuk bundar telur, ujungnya runcing, PHARMACON JurnalIlmiah Farmasi, Manado,
berpangkal tumpul, permukaannya licin, bertepi Indonesia, hal 05.
rata, umumnya terdapat 6 pasang tulang daun yang Bonato, J.A., Headridge, J.B. dan Morrison, R.J., 1987,
menyirip, panjang rata-rata 11,1 cm dan lebar rata- Chemistry Serves The South Pacific, University Of The
rata 5,3 cm. Ekstrak etanol daun leilem berkonsistensi South Pacific, Suva, Fiji.
kental, berwarna hitam, berbau khas dan berasa pahit. Bontjura, S., Waworuntu, O. dan Siagian, K., 2015, Uji
Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun leilem Efek Antibakteri Ekstrak Daun Leilem (Clerodendrum
memperlihatkan fragmen berupa hablur kalsium minahassae L.) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans,
oksalat berbentuk stiloid, berkas pembuluh dengan PHARMACON JurnalIlmiah Farmasi, Manado,
penebalan cincin, rambut penutup berbentuk kerucut Indonesia, hal.99.
dan memiliki ujung rambut yang runcing, stomata Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
dengan sel batu, epidermis atas dengan stomata tipe Indonesia, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas
anomositik serta epidermis bawah berbentuk poligonal Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
tidak beraturan. Kadar senyawa larut air pada simplisia 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional,
19,932 % dan kadar senyawa larut etanol11,776 %, Kepala BPOM, Jakarta, Indonesia.
sedangkan senya-wa yang larut air pada ekstrak 52,096 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000,
% dan kadar senyawa larut etanol 35,108 %. Ekstrak ParameterStandar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
etanol daun leilem mengandung alkaloid, steroid, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
flavonoid dan tanin. Indonesia.
Parameter non spesifik; perole-han kadar air pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008,
simplisia dan ekstrak masing-masing ≤ 10 %. Susut Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, Departemen
pengeringan yang diperoleh pada simplisia 12,399 % Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Indonesia.
dan pada ekstrak 24,603 %. Hasil kadar abu total pada Emor, N., 2006, Isolasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
simplisia didapatkan 27,783 % dan pada ekstrak 12 %, Daun Leilem (Clerodendrumminahassae L), Skripsi, Dr.,
serta hasil kadar abu tidak larut asam pada simplisia Universitas Samratulangi, Manado, Indonesia.
4,242 % dan pada ekstrak 2,518 %. Perolehan bobot jenis Eliyanoor, B., 2012, Penuntun Praktikum Farmakognosi,
ekstrak 1,055 g/mL. Total cemaran bakteri 540 koloni/g Edisi II, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia.
dan total cemaran kapang sebanyak 506 koloni/g. Guntarti, A., Sholehah, K., Irna, N. dan Fistianingrum,
W., 2015, Penentuan Parameter Non Spesifik Ekstrak

38
Yuri Pratiwi Utami et. al., / JPMS 2017 2(1): 32-39

Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana) Pada


Variasi Asal Daerah, Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara
Modern Menganalisis Tumbuhan, terbitan kedua, ITB.
Bandung, Indonesia.
Lomboan, L., 2015, Uji Efektivitas Ekstrak Metanol Daun
Leilem (Clerodendrum minahassae,

39

Anda mungkin juga menyukai