Keterangan :
+ : Mengandung Senyawa Kimia
- : Tidak mengandung senyawa kimia
1. Alkaloid
Pada uji alkaloid dimasukkan filtrate dari ekstrak maserasi kedalam 3 tabung
reaksi kemudian diberikan HCl yang bertujuan untuk membentuk garam alkaloid,
dikarenakan sifat dari alkaloid adalah basa dan dapat larut dengan pelarut yang
bersifat asam.
Pada tabung pertama digunakan pereaksi dragendorff, pada pereaksi ini
didapatkan hasil yang positif yaitu berbentuk larutan yang berwarnaa merah bata.
Pada pereaksi dragendorff dapat mengendapkan alkaloid karena pada senyawa
alkaloid terdapat gugus nitrogen yang memiliki satu pasang electron bebas yang
menyebabkan senyawa alkaloid bersifat basa. Oleh sebab itu, senyawa alkalkoid
mampu mengikat ion logam berat dan juga mempunyai muatan positif sehingga
terbentuk warna merah bata.
Kemudian pada tabung kedua digunakan pereaksi mayer, pada pereaksi ini
didapatkan hasil yang negative dikarenakan tidak terdapat endapan putih namun
memiliki larutan yang berwarna kekuningan yang pekat. Pada pereaksi mayer ini
bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa alkaloid ini berikatan melalui ikatan
koordinasi antara atom N dengan Hg, sehingga menghasilkan senyawa kompleks
yang non polar dan endapan berwarna putih. Pada pereaksi mayer ini atom N
menyumbangkan pasangan elekrtron bebas atom Hg sehingga membentuk senyawa
yang kompleks.
Pada tabung ketiga digunakan pereaksi bouchardat, pada peraksi ini didapatkan
hasil yang positif yaitu terbentuk larutan berwarna coklat. Pada pereaksi bouchardat
ini terdapat senyawa kalium iodide dan iod, sehingga hasil yang didapat adalah
positif.
2. Flavonoid
Didalam ekstrak kental bandotan senyawa flavonoid berikatan dengan suatu gula
yang membentuk senyawa yang disebut dengan glikosida flavonoid. Glikosida adalah
senyawa yang terdiri dari senyawa gula (glikon) dan senyawa bukan gula (aglikon).
Dalam hal glikosida flavonoid, aglikonnya adalah flavonoid. Agar flavonoid bisa
diidentifiikasi maka ikatan glikosida dengan flavonoid haruss diputus. Dengan cara
mereduksi ikatan tersebut. Untuk keperluan ini maka digunakan serbuk Mg dan HCl
pekat, yang mana merupakan reaksi oksidasi sehingga pada saat yang sama terjadi
reaksi reduksi pada ikatan glikosida flavonoid yang sudah bebas ditarik oleh amil
alkohol sehingga amil alkohol yang mulanya tidak berwarna berubah yang mana
berasal dari flavonoid. Amil alkohol mempunyai sifat polar, karena itu dapat
disimpulkan bahwa senyawa flavonoid bersifat polar.
3. Tanin
Tanin merupakan senyawa polyphenol yang bobot molekulnya tinggi dan
menggandung gugus hidroksil dan gugus lainnya. Tanin juga mengandung sebagian
besar gugus hidroksifenolik.
Pada pratikum kali ini yaitu penguji tanin yang di larutkan dengan fecl3 10% dan
1% dan hasil yang di dapat kan (+) positif berwarna hijau gelap dan jika semakin
pekat warna hijau gelap yang timbul maka semakin banyak kandungan tanin di dalam
daun bandotan.
4. Saponin
Saponin adalah senyawa glikosida triterpen dan sterol yang berfungsi sebagai
detergen alami. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam
tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun, serta
dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis
sel darah. Sifar yang khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air,
mempunyai sifat detergen yang baik, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel
darah merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas, mempunyai sifat anti
eksudat dan mempunyai sifat anti inflamatori.
Pada praktikum kali ini saponin terjadi reaksi buih setelah melakukan pengocokan
tabung reaksi dan ditambahkan Nacl 2 N lalu di diamkan sebentar ditambahkan
sedikit air bereaksi berbuih dan ada sedikit busa. Hasil yang didapat adalah positif (+)
berbuih.
5. Terpenoid
Uji terpenoid dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak kental daun tambora
mengandung senyawa terpenoid atau tidak. Hal pertama yang dilakukan ialah filtrate
dari ekstrak daun tambora yang sudah ditambahkan etanol 70% dimasukan kedalam
cawan porselin sebanyak 5 ml, setelah itu ditangas dengan menggunakan penangas air
hingga filtrate tersebut menjadi kering. Jika sudah kering maka didinginkan sebentar
kemudian di tetesi deengan H2SO4 pekat dan Asam Asetat Anhidrat sebanyak 3 tetes.
Penambahan H2SO4 dan Asam Asetat Anhidrat yaitu untuk membentuk turunan
asetil. Tujuannya ialah untuk mengukur adanya steroid secara keselurahan juga
termasuk terpenoid jika memang terdapat senyawa tersebut dalam ekstrak kental
daun tambora yang digunakan.
Reaksi H2SO4 pekat dan Asam Asetat Anhidrat dengan steroid akan membentuk
warna hijau, sedangkan terpenoid akan membentuk warna biru yang didahului dengan
terbentuknya warna lembayung (ungu). Hasil yang didapat dari pengujian terpenoid
ini berhasil membuktikan bahwa ekstrak kental dari daun tambora positif
mengandung senyawa terpernoid.
2. Makroskopi
Daun umumnya utuh, warna hijau sampai hijau tua atau hijau kelabu, berbentuk
bundar telur, panjang 3,5 cm, lebar 2,5 cm, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul,
pinggir daun bergeringgit, tangkal daun 3 cm, tulang daun pada permukaan atas dan
bawah berambut, dan muda agak berambut rapat warna rambut keputih-putihan,
tulang daun menyirip. Pengamatan pada ekstrak daun tambora atau bandotan
berwarna coklat gelap dam bentuknya seperti ekstrak kental
3. Mikroskopi
Pengujian mikroskopi di maksudkan untuk mengetahui ciri anatomi dan fragmen
pengenal daun yaitu dengan cara mengamati ekstrak simplisia di bawah mikroskop.
Seperti pembuluh kayu, rambut penutup, sel sekresi dan mesofil
No GAMBAR KETERANGAN
1. Rambut penutup
2.
Pembuluh kayu
3.
Sel sekresi
1 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,84 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 16 %
Kesimpulan :
Hasil hitungan persentase kadar air di peroleh sebesar 16 % jadi, kadar air masuk
dalam persyaratan kadar air yaitu, tidak boleh > 5% dan tidak boleh < 30%.
Hal pertama yang dilakukan pada penetapan kadar sari larut etanol ekstrak daun
tambora adalah dengan cara menimbang 1 g ekstrak kental daun tambora dan
dilarutkan dengan etanol 70% sebanyak 100 ml aduk sampai tercampur sempurna,lalu
larutan diletakkan diatas hot plate selama 15 menit, diamkan larutan selama 24 jam.
Setelah didiamkan selama 24 jam larutan disaring menggunakan kertas saring, setelah
disaring diambil filtrat sebanyak 20 ml untuk ditangas menggunakan cawan poselin
sampai mengering, lalu ditimbang. Setelah ditimbang sari ekstrak di oven dengan
suhu 105o C selama 30 menit. Ulangi untuk pengovenan yang kedua.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data pada penetapan kadar sari larut etanol
ekstrak daun tambora ini yaitu :
Karena hasil oven ke 2 lebih rendah beratnya maka hasil yang digunakan adalah
data hasil oven ke 2.
= 89,42 – 89,23
= 0,19 g
0.19 g 100
= x x 100%
1 g 20
= 95%
Kadar sari larut air merupakan pengujian untuk penetapan jumlah atau berapa
persen kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam air (kadar sari larut air). Metode
penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang
terekstraksi dalam pelarut dari sejumlah simplisia atau ekstrak.
Ketika penentuan kadar sari larut air, hal yang pertama dilakukan adalah
menimbang cawan porselin yang kosong dan dicatat beratnya, kemudian ditimbang
ekstrak daun tambora sebanyak 1 g, setelah itu ekstrak kental daun tambora dilarutkan
dengan aquadest sebanyak 100 ml yang sudah ditambahkan 3 tetes kloroform,
penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai
pengawet. Jika ekstrak kental daun tambora sudah larut dalam aquadest dengan
campuran kloroform maka filtrat tersebut didiamkan selama 24 jam di dalam
erlenmayer. Setelah 24 jam maka filtrat tersebut disaring dengan menggunakn kertas
saring sebanyak 20 ml kemudian ditangas diatas penangas air dengan cawan porselin.
Hasil tangasan yang sudah kering kemudian ditimbang beratnya dan di oven selama
30 menit dengan suhu 105°C.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data pada penetapan kadar sari larut air
ekstrak daun tambora ini :
- Oven 1 : 95,88 g
- Oven 2 : 95,80
= 95,80 g – 95,65 g
= 0,15 g
Dikarenakan berat sari yang diperoleh dari pemanasan dengan oven 1 beratnya
semakin naik, maka hasil yang digunakan adalah data hasil setelah di oven ke 2
karena lebih rendah beratnya dibanding setelah di oven 1.
Berat ekstrak 20
= 0,08 g × 5 × 100%
= 75%
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil kadar sari larut air ekstrak daun
tambora sebesar 75%.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil skrining dari daun
tambora atau bandotan dengan metode maserasi adalah penetapan kadar air 16%,
Penentapan kadar sari larut air 75% dan penetapan kadar sari larut etanol adalah 95%.
karena kadar sari larut etanol lebih besar dari pada air maka ekstrak di ketahui lebih
larut dalam etanol dibandingkan air.
Lampiran
1. Alkaloid
Gambar Keterangan
Pada pereaksi dragendorf didapatkan larutan merah
bata (positif)
2. Flavanoid
Gambar Keterangan
Flavonoid
(+) Terdapat lapisan amil alkohol barwarna
kuning
3. Tanin
Gambar Keterangan
4. Saponin
Air panas dikocok + HCL 2 N
Hasil : Berbuih + HCL →
berbuih (+)
5. Terpenoid
Gambar Keterangan
Filtrat yang sudah ditambahkan dengan
etanol 70%
Gambar Keterangan
Cawan+isi ekstrak
19.
Hasil yang sudah di tangas masukan ke dalam
vial bening dan di tutupi dengan aluminium
foil