Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM II

TITRASI ASAM BASA

OLEH

RONIADI SAGULANI

85AK14020

PROGRAM STUDI D3 ANALISIS KESEHATAN

STIKES BINA MANDIRI GORONTALO

2014
LAPORAN AKHIR
PERCOBAAN II

A. JUDUL : Titrasi Asam Basa


B. TUJUAN
Dengan melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
titrasi asam basa dengan menggunakan indikator.
C. DASAR TEORI
Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air
terionisasi menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat
yang bila dilarutkan dalam air terionisasi menghasilkan ion OH-.Menurut lewis,
asam adalah suatu spesies yang dapat menerima pasangan elektron bebas
(akseptor pasangan elektron) dalam suatu reaksi kimia. Basa adalah suatu spesies
yang dapat memberikan pasangan elektron bebas (donor pasangan elektron).
(Stacy. 2003).
Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik
ekuivalen dari titrasi asam-basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang
berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari titrasi asam-basa berubah-ubah
sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan indikator
merupakan hal terpenting. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah titrasi yang yang melibatkan asam
maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui konsentrasinya) maupun
titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan reaksi penetralan
asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa
yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat diketahui
dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya. Titik ekivalen yaitu
pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara
stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat dicapai setelah
penambahan 100 ml basa, pada saat ini pH larutan besarnya 7. Titik ekuivalen ini
disebut titik akhir teoritis. Problemnya sekarang adalah kita inngin menetapkan
titik akhir ini dengan pertolongan indikator. Titik akhir yang dinyatakan oleh
indikator disebut titik akhir titrasi. Indikator yang dipakai harus dipilih agar titik
akhir titrasi dan teoritis berhimpit atau sangat berdekatan. Untuk itu harus dipilih
indikator yang memiliki trayek perubahan warnanya di sekitar titik akhir teoritis.
(Khopkar, S.M. 2002)
Titrasi asidimetri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa
diantaranya :
1) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa kuat,
2) titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat, dan
3) titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa leamah.
Titrasi asam lemah dan basa lemah dirumitkan oleh terhidrolisisnya kation
dan anion dari garam yang terbentuk. Titik ekuivalen, sebagaimana kita ketahui,
ialah titik pada saat sajumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke larutan sama
dengan jumlah mol ion H+ yang semula ada. Jadi untuk menentukan titik
ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume
basa yang ditambahkan dari buret ke asam dalam labu. Salah satu cara untuk
mencapai tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-
basa ke larutan asam saat awal tersebut. Indikator biasanya ialah suatu asam atau
basa organik lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk
tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berikatan dengan pH
larutan yang melarutkan indikator tersebut.Titik akhir titrasi terjadi bila indikator
berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama,
jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa
yang digunakan dalam titrasi (dengan kata lain apkah mereka kuat atau lemah).
Dengan demikian memilih indikator yang tepat untuk titrasi, kita dapat
menggunakan titik akhir untuk menentukan titik ekuivalen (chang Raymond.
2004).
Titrasi asam basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau
menggunakan pH meter. Pada percobaan ini dilakukan titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator. Titrasi asam basa dengan menggunakan indikator
didasarkan pada reaksi netralisasi asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah
asam yang dititrasi ekuivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk
menentukan titik ekuivalen biasanya dipakai indikator asam basa, yaitu suatu zat
yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan. Perubahan warna
indikator, tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir tidak selalu berimpit
dengan titik ekuivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan
indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi ini. (Penuntun
Praktikum Kimia Analitik, 2014).
D. ALAT DAN BAHAN
No. Nama Gambar Kegunaan
1. Pipet Ukur 10 ml Mengukur volume larutan

2. Erlenmeyer Menyimpan dan


memanaskan larutan dan
menampung filtrate hasil
penyaringan.

3. Corong Memindahkan larutan ke


tempat yang memiliki mulut
kecil

4. Buret Mengeluarkan larutan


dengan volume tertentu

5. Statif dan Klem Untuk menegakkan buret


6. Botol semprot menyimpan aquadest dan
digunakan untuk mencuci
atau membilas alat-alat dan
bahan

7. Aquadest Sebagai pengencer larutan

8. Batang Pengaduk Untuk mengaduk larutan

9. Larutan HCl 0,1 M Sebagai bahan asam kuat


dalam titrasi

10. Larutan NaOH 0,1 M Sebagai bahan basa kuat


dalam titrasi

11. Indikator PP Sebagai indikator dalam


titrasi asam basa
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan LarutanHCl

HCl 37%

- Diambil sebanyak 0,83 ml dari botol


- Dimasukkan dalam labu ukur
- Ditambahkan aquadest hingga 100 ml
- Dikocok-kocok

HCl 0,1 M

2. Prosedur kerja titrasi asam basa

HCl 0,1 M NaOH 0,1 M

- Diambil sebanyak 100 ml - Diambil sebanyak 10 ml


- Dimasukkan ke dalam buret - Dimasukkan ke dalam
menggunakan corong erlenmeyer
- Dititrasikan - Ditetesi indikator pp

HCl + NaOH

- Digoyang-goyang dalam
erlenmeyer
- Dititrasi sampai NaOH yang
telah di beri indikator berubah
warna menjadi bening

NaCl + H2O

F. HASIL PERCOBAAN
1. Pembuatan Larutan HCl 0,1 M
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Membersihkan alat yang akan Alat telah dibersihkan
digunakan
2. Mengambil larutan HCl 37 % Larutan HCl 12,06 M
sebanyak 0,83 ml
3. Menambahkan aquadest samapai Larutan HCl 0,1 M
volume 100 ml
2. Titrasi Asam Basa
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menuangkan larutan HCl 0,1 M - HCl 0,1 M di dalam buret
sebanyak 100 ml ke dalam buret
2. Menuangkan NaOH 0,1 M sebanyak - NaOH 0,1 M di dalam
10 ml ke dalam erlenmeyer erlenmeyer
3. Meneteskan indikator - NaOH berubah warna menjadi
Phenolphthalein ke dalam NaOH ungu muda
4. Mentitrasi NaOH dengan cara - Larutan NaOH berubah
meneteskan larutan HCl dari buret menjadi bening
sambil mengocok labu erlenmeyer
yang berisi NaOH sampai larutan
berubah menjadi bening.
5. Menghitung Konsentrasi, dan - Erlenmeyer I = 8,2 ml
membaca skala buret - Erlenmeyer II = 8,3 ml

G. PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di
butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator, indikator yang digunakan yaitu Phenolphthalein.
Langkah pertama yang dilakukan yakni pembuatan larutan HCl 0,1 M, karena
stok yang ada di laboratorium memiliki konsentrasi yang tinggi, sehingga untuk
mengetahui konsentrasinya perlu dilakukan perhitungan mencari konsentrasi :
Dik : HCl 0,1 M = 37%
Dit : M HCl dalam botol ........?
Peny : × % dalam botol

M= × 37%

= × 0,37 = 12,06 M

Jadi, M HCl dalam botol yaitu 12,06 M


Sedangkan dalam percobaan yang dibutuhkan adalah HCl 0,1 M, maka
dilakukan pengenceran :
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × 12,06 = 100 ml × 0,1 M

V1 =

V1 = 0,83 ml
Maka dapat diketahui untuk membuat HCl 0,1 M 100 ml ditambahkan 0,83
ml HCl dari botol.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan HCl yang telah dibuat ke dalam
buret menggunakan corong, dan memasukkan larutan NaOH yang telah ditetesi
indikator phenolphthalein sehingga NaOH berwarna merah muda.
Pada titrasi pertama di labu erlenmeyer I HCl yang terpakai adalah 8,2 ml,
dan pada titrasi kedua di labu erlenmeyer II HCl yang terpakai adalah 8,3 ml, hal
ini dikarenakan terjadi kemungkinan kesalahan saat melakukan titrasi. Sehingga
dapat dihitung :
Dik : MHCl = 0,1 M

VHCl = = 8,25 ml

VNaOH = 10 ml
Dit : MNaOH ......?
Peny : MHCl = MNaOH
VHCl × MHCl = VNaOH × MNaOH
8,25 ml × 0,1 M = 10 ml × MNaOH

MNaOH = = 0,0825 M

Jadi, dapat diketahui titik ekuivalen yaitu pada NaOH 0,0825 M.


Persamaan dari percobaan tersebut yaitu :
Asam Kuat + Basa Kuat
HCl + NaOH  NaCl + H2O
H. KESIMPULAN
Kadar atau konsentrasi NaOH dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu
dengan mereaksikan NaOH (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indikator PP dengan
HCl (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan NaOH yang dicampurkan
dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume
HCl yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari NaOH tersebut,
sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume HCl
(asam) diketahui, barulah Konsentrasi NaOH (basa) bisa dihitung.
I. KEMUNGKINAN KESALAHAN
1. Kesalahan saat melakukan titrasi sehingga larutan yang terpakai pada
percobaan I dan II tidak sama.
2. Kesalahan membuat larutan HCl.
J. DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta

Stacy. 2003. Kimia Dasar dan Terapan Moderen. Erlangga : Jakarta

Chang Raymond.2004. Kimia Dasar, Edisi Ketiga. Jakarta ; Erlangga.

Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta ; Erlangga.

Tim penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik 1. Sulawesi Selatan.


Pustaka As Salam

Anda mungkin juga menyukai