PRAKTIKUM FITOKIMIA
Skrining Fitokimia Rimpang Temulawak (Curcuma xantorrhiza roxb.)
Dengan Uji Tabung
Disusun oleh :
Nama
: Deamita Anggi L
(14.0409)
Febriana Kartika
(14.0414)
Fransiska Wahyu
(14.0392)
Nita Trisnati
(14.0460)
Semester/kelas
: 5 / Pagi (B)
Dosen Pengampu
LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG
2016
I.
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan prosedur skrining
fitokimia pada Rimpang Temulawak.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa golongan flavonoid,
antrakinon, alkaloid, saponin (steroid dan triterpenoid), tannin, fenolik,
dan polifenolik dari Rimpang Temulawak.
3. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil yang didapat dari skrining
fitokimia Rimpang Temulawak dengan uji tabung (uji pendahuluan, uji
alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji tanin dan uji saponin).
II.
PRINSIP
Analisa kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan
(akar, batang, daun, bunga, buah, biji) terutama kandungan metabolit
sekunder yang bioaktif yaitu antrakinon, alkaloid, saponin (steroid dan
triterpenoid), glikosida jantung, kumarin, minyak atsiri, tannin, fenolik, dan
polifenolik dan sebagainya melalui uji tabung untuk mendapatkan senyawa
bioaktif yang diinginkan.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis
senyawa kimia atau biasa disebut dengan skrining fitokimia yang terkandung
dalam tanaman. Metode ini digunakan untuk mendeteksi adanya golongan
senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, saponin, kumarin,
quinon, steroid/terpenoid (Teyler.V.E, 1988)
Metabolit sekunder juga dikenal sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil
dari metabolit sekunder lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit
primer. Berdasarkan asal biosintetiknya, metabolit sekunder dapat dibagi ke
dalam tiga kelompok besar yakni terpenoid (triterpenoid, steroid, dan
saponin) alkaloid dan senyawa-senyawa fenol (flavonoid dan tanin) (Simbala,
2009).
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system
siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai
kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang
pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak sempurna untuk alkaloid
dalam daun atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah (Harborne, 1996).
Falvonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar flavonoid
berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon
dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap macammacam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa
tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.
Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan
secara tradisional untuk mengobati gangguan hati (Robinson, 1995).
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan sebagai bahan baku untuk
sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Dua jenis
saponin yang sering dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida
struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua
jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter
(Robinson, 1995).
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
asiklik yaitu skualena. Triterpenoid dapat digolongkan menjadi triterpena
sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne, 1996).
IV.
2. Talenan
4. Blender
6. Pengayak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kompor listrik
Lampu spiritus
Tabung reaksi
Beakerglass
Matglass
Batang pengaduk
7. Corong kaca
8. Pipet tetes
9. Kertas saring
10. Kertas Ph
11. Kapas
12. Cawan porselen
2) Bahan
Rimpang temulawak
Aquadest
Kalium hidroksida
Asam klorida 1%
Pereaksi dragendorf
V.
Pereaksi mayer
Natrium karbonat
Kloroform
Asam cuka 5%
Hydrogen peroksida
CARA KERJA
a. Pembuatan sebuk simplex
Rimpang temulawak dikumpulkan
Dicuci dengan air mengalir
Dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari
Rimpang yang telah keringdiserbuk dengan cara diblender kemudian
diayak
Diperoleh serbuk simplex kering temulawak
b. Uji pendahuluan
Serbuk temulawak ditimbang sebanyak 1 gram
Ditambahkan air (10ml) lalu dipanaskan selama 30 menit, larutan yang
terbentuk disaring melalui kapas
(Larutan berwarna kuning sampai merah menunjukan adanya senyawa
yang mengandung kromoform (flavonoid, antrakinon) dengan gugus
hidrofilik (gugus gulam asam fenolat))
Ditambah larutan kalium hidroksida
Warna larutan menjadi lebih intensif
c. Uji Antrakinon
Filtrat
Larutan A
Larutan A1 +
Reag.Dragendorf
Mengendap jingga
Larutan A2 +
Reag.Mayer
Mengendap
putih kuning
Larutan B
+ Na2Co3 ad pH 8-9 +
4ml CHCL3, di aduk
Fase CHCL3 +
Asam cuka
5% ad pH 5
Fase H2O
Basa kuartener
Lapisan atas +
Reag. Dragendorf
Lapisan bawah
Basa Tersier
f. UJi Tanin
Serbuk temulawak ditimbang 1 gram, ditambahkan air 10 ml lalu
dipanaskan selama 30 menit
Disaring filtrat (5 ml) ditambahkan natrium klorida 2 % sebanyak 1 ml
(bila ada endapan/suspense disaring dengan kertas saring)
Filtrate ditambahkan 5 ml larutan gelatin 1 %
Terbentuknya endapan atau suspense menunjukan adanya tannin atau zat
samak
g. Uji Saponin
Serbuk temulawak ditimbang 100 mg dimasukan dalam tabung reaksi
Ditambah 10 ml aquadest, ditutup lalu dikocok kuat selama 30 detik
Tabung dibiarkan dalam posisi tegak selama 30 menit
Apabila buih setinggi 3 cm dari permukaan cairan maka sampel
mengandung senyawa saponin
VI.
EVALUASI
a. Organoleptis
Organoleptis
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
Hasil pengamatan
Serbuk
Kuning
Khas temulawak
-
Hasil
+
Uji alkaloid
+ A1
+ A2
- B1
+ B2
Uji antrakinon
Uji polifenol
Uji tanin
Uji saponin
VII.
Keterangan
Terbentuk warna kuning
intensif
A1 : larutan jingga
terbentuk endapan
A2
: larutan kuning
jernih terbentuk endapan
B1 : larutan kuning, basa
kuartener
B2 : terbentuk endapan
merah muda, basa tersier
Berwarna kuning
Berwarna kuning
Tidak terbentuk endapan
Tidak timbul busa
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mahasiswa melakukan skrining fitokimia,
bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang Temulawak (Curcuma
xantorrhiza roxb.). Tujuan dari skrining fitokimia adalah untuk
mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk
pengobatan. Pendekatan skrining fitokimia dilakukan dengan uji tabung.
Rimpang Temulawak (Curcuma xantorrhiza roxb.) harus di serbukkan
atau di haluskan terlebih dahulu sebelum di lakukan skrining fitokimia,
tujuannya adalah untuk menghancurkan dinding sel sehingga target atau
senyawa metabolit sekunder mudah di ambil dan memudahkan dalam
rimpang
tujuan
dari
pengayakan
yaitu
untuk
terlebih
dahulu
sebelum
melakukan uji yang lain (uji alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol,
uji tanin, dan uji saponin).Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya gugus kromoform dalamrimpang Temulawak
(Curcuma xantorrhiza roxb.).
Uji pendahuluan dilakukan dengan cara mencampurkan
serbuk temulawak 1 gram dengan air sebanyak 10 ml dan
dipanaskan selama 30 menit dalam air mendidih. Pemanasan
tersebut bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga diperoleh
larutan berwarna merah.Larutan berwarna merah yang terjadi
menunjukkan
bahwa
rimpang
temulawak
memiliki
gugus
di tambahkan pereaksi
non
polar
mengendap
berwarna
putih.Atom
oleh
kloroform.
Pengadukan
bertujuan
untuk
peroksida
bertujuan
untuk
melarutkan
senyawa
sehingga
hasil
terbentuk
praktikum,
larutan
temulawak
berwarna
merah.
menunjukkan
negatif
ditambah
dengan
FeCl3
terbentuk
warna
hijau
VIII.
KESIMPULAN
1. Mahasiswa telah mampu melakukan skrining fitokimia mulai dari
pembuatan serbuk Temulawak (Curcuma xantorrhiza roxb.) sampai
pengujian menggunakan uji tabung (uji pendahuluan, uji alkaloid, uji
antrakinon, uji polifenol, uji tanin dan uji saponin) sehingga
mengetahui senyawa yang terkandung dalam rimpang temulawak.
2. Identifikasi serbuk Temulawak (Curcuma xantorrhiza roxb.) dalam
praktikum ini menghasilkan bahwa rimpang temulawak positif
mengandung senyawa alkaloid. Hasil ini sesuai dengan pustaka.
3. Evaluasi yang didapat yaitu seharusnyaTemulawak (Curcuma
xantorrhiza roxb.)juga mengandung senyawa polifenol, tanin dan
saponin tetapi hasil pengujian menunjukkan hasil negatif. Hal ini
disebabkan karena adanya kesalahan selama proses preparasi sampel
dan proses pengujian seperti penimbangan serbuk simplisia yang tidak
tepat, waktu pemanasan tidak tepat, ketidaktepatan jumlah reagen yang
ditambahkan atau adanya kontaminasi silang dengan kotoran atau zat
asing lainnya.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Padmawinata, K. & I. Soediro (Penerjemah), Penerbit ITB,
Bandung.
Robinson, Traver., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi,
Bandung : ITB Bandung.
Sari, Lusia, 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.
(1), 0107
Simbala, H.E.I., 2009, Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis
Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka, Pasific Journal, Vol.
1(4) : 489-494
Tyler, V.E, et al. (1988). Pharmacognosy. Ninth Edition. Lea and Febiger.
Philadelphia.
X.
LAMPIRAN
a. Foto Hasil Uji Tabung
1. Uji Pendahuluan
2. Uji Saponin
3. Uji Polifenol
4. Uji Antrakinon
5. Uji Tanin
6. Uji Alkaloid
Praktikan
(Febriana Kartika)
(Fransiska Wahyu)
(Nita Trisnati)