Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA
ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH
DAN IDENTIFIKASI EUGENOL DENGAN METODE KLT
(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

Disusun oleh :
Nama

: Deamita Anggi L
Tjeng, Claudia J.T

(14.0409)
(14.0396)

Semester

:V

Kelompok

:B

Dosen Pengampu

: Margareta Retno P, M.Sc.,Apt


Sisca Devi, S.Farm.,Apt.

LABORATORIUM FITOKIMIA
AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG
2016

ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH


DAN IDENTIFIKASI EUGENOL DENGAN METODE KLT
(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

I.

TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan isolasi eugenol dari minyak


cengkeh dengan metode ekstraksi cair-cair.
2. Mahasiswa mampu menghitung rendemen hasil isolasi eugenol.
3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi hasil isolasi eugenol dengan
metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis).

II.

PRINSIP

1. ISOLASI EUGENOL
Pemisahan komponen kimia antara dua fase pelarut yang tidak saling
bercampur, dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut
fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan.
2. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan.

III.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman cengkeh (Eugenia aromaticum) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang dapat digunakan sebagai penghasil minyak atsiri yang


bermanfaat sebagai bahan baku dalam industri farmasi maupun industri makanan.
Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris
disebut cloves, adalah tangkai bunga kering dari famili Myrtaceae ( Putri dkk,
2014 ).
Minyak atsiri yang diperoleh dari daun cengkeh disebut minyak cengkeh
(Clove Leaf Oil). Komponen utama minyak cengkeh adalah eugenol yaitu sekitar
70-90 % dan merupakan cairan tak berwarna atau kuning pucat, bila kena cahaya
matahari berubah menjadi coklat hitam yang berbau spesifik ( Putri, 2014).

Eugenol (C10H12O2) merupakan turunan gualiakol yang mendapatkan tambahan


rantai alil yang memiliki nama IUPAC yaitu 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol.
(Kardinan, 2005).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan
kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan

bahan sangat

sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat
digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi
yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003 )
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa
dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai
kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa
diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam,
sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara
0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).

IV.

ALAT DAN BAHAN

1. ALAT
Kompor listrik
Lampu spiritus
Penangas air
Beakerglass
Gelas Ukur
Corong kaca
Batang pengaduk
Lampu UV 254 & 366 nm
2. BAHAN

Minyak Cengkeh
Aquadest
Kalium hidroksida 1 N
Dietil eter
Asam sulfat 1 N
Kapas

V.
1.

Corong Pisah
Oven
Pipa Kapiler
Vial
Pipet volume
Filler
Neraca Analitik
Kertas pH

Iod Flask
Erlenmeyer
Kaki tiga
Klem dan statif
Cawan porselen
Kaca arloji
Pipet tetes
Bejana KLT

Besi (III) klorida


Toluena
Vanilin-Asam sulfat
Etil Asetat
Silica gel GF 254
Indikator pH

CARA KERJA
ISOLASI EUGENOL
Diambil 5 mL minyak cengkeh dan dimasukkan ke dalam iod flask

Ditambahkan 15 mL Kalium Hidroksida 1 N, ditutup dan dikocok selama 5


menit

Dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit dan dikocok kembali selama
5 menit serta dilakukan uji pH
(Bila perlu ditambahkan Kalium Hidroksida hingga bereaksi basa)

Dikocok kembali selama 5 menit lalu dimasukkan kedalam corong pisah

Ditambahlan 20 mL Dietil eter lalu dikocok selama 5 menit

Dipisahkan antara fase air dan fase eter (fase eter ditampung), fase air
dinetralkan dengan Asam sulfat 1 N

Sesudah netral dipindahkan kedalam corong pisah dan ditambahkan 10 mL


Dietil eter (I)

Dipisahkan antara fase air dan fase eter (fase eter ditampung), fase air
ditambahkan 10 mL Dietil eter (II)

Dikocok dan dipisahkan kembali antara fase air dan fase eter (fase eter
ditampung), fase air ditambahkan 10 mL Dietil eter (III)

Dipisahkan kembali antara fase air dan fase eter lalu diambil fase eternya dan
diuapkan diatas penangas air menggunakan cawan porselin yang sudah ditara
(diuapkan hingga tidak ada fase eter yang tersisa sehingga terbentuk ekstrak
kental)

Ditimbang

2.

IDENTIFIKASI ORGANOLEPTIS
Diambil eugenol

Diamati bentuk, warna, bau, dan rasa

Catat Hasil

3.

UJI KLT
Disiapkan eluen (9,3 mL Toluen dan 0,7 mL Etil Asetat) dalam bejana
KLT dan dilakukan penjenuhan

Disiapkan lempeng KLT (silica gel GF 254)

Ditotolkan sampel dan baku pembanding pada lempeng KLT

Dimasukkan dalam bejana KLT yang sudah jenuh, diamati kenaikan


bercak

Setelah proses berakhir lempeng KLT dikeringkan lalu diamati dibawah


lampu UV 254 nm

Disemprotkan penampak bercak (vanilin-asam sulfat pekat)

Diamati warna noda yang nampak pada lempeng KLT

Dihitung nilai Rf dan dibandingkan dengan baku primer

VI.

GAMBAR RANGKAIAN ALAT

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Lampu Spiritus
Kaki tiga
Bekerglass
Iodflask
Klem
Statif
Corong Pisah

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

VII.
1.

Silica GF 254
Pipa kapiler
Bejana KLT
Eluen
Kaca Arloji
Lampu UV 254 nm

HASIL EVALUASI
ORGANOLEPTIS EUGENOL
ORGANOLEPTIS
BENTUK
WARNA

HASIL PENGAMATAN
Cairan kental
Coklat kekuningan

BAU
RASA

2.
NO
1.
2.
3.
4.

Aromatik
-

RENDEMEN
KETERANGAN
Volume
Berat Cawan
Berat Cawan + Eugenol
Berat Eugenol

JUMLAH
5 ml
137,77 gr
139,91 gr
2,14 gr

PERHITUNGAN

= 42,8 %
3.

IDENTIFIKASI KLT

Eluen ( untuk 10 ml )
a.
b.
c.
d.

Toluen
Etil Asetat
Sampel
Baku Pembanding

= 9,3 ml
= 0,7 ml
= Eugenol
= Baku Piperin

WARNA NODA PADA


NO

1.

KETERANGAN

Baku Piperin

SINAR UV
SEBELUM
SESUDAH
DISEMPROT

DISEMPROT

Ungu

Coklat

PERHITUNGAN

HRf = 0,56 x 100 =52

HRf1 = 0,125 x 100 = 12,5


2.

Eugenol

Ungu

Coklat
HRf2 =0,25 x 100 = 25

HRf3 = 0,775 x 100 = 77,5

VIII.

PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan isolasi eugenol dari minyak cengkeh dan

identifikasi eugenol dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Metode


yang digunakan untuk isolasi eugenol adalah ektraksi cair cair. Prinsipnya
adalah pemisahan komponen kimia antara dua fase pelarut yang tidak saling
bercampur, dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut
fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok dan didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan.
Pada isolasi eugenol digunakan 5 ml sampel minyak cengkeh. Sampel
kemudian ditambahkan 15 ml KOH 1 N agar membentuk garam K-Eugenolat.
Setelah penambahan KOH larutan dikocok kuat selama 5 menit dan dipanaskan
selama 10 menit dengan tujuan mempercepat reaksi pembentukan garam Keugenolat.
Larutan dimasukan kedalam corong pisah dan ditambahkan 20 ml dietileter
dengan tujuan melarutkan zat non eugenol. Setelah dilakukan pengocokan akan
terbentuk 2 lapisan zat cair, dimana lapisan atas adalah fase eter (BJ = 0,71) dan
lapisan bawah adalah fase air (BJ = 1). Fase air mengandung garam K-eugenolat
akan ditampung, sedangkan fase dietileter mengandung zat non eugenol tidak
digunakan.
Fase air yang ditampung ditambahkan H2SO4 1 N hingga pH netral dengan
tujuan mengembalikan bentuk garam K-eugenolat menjadi eugenol seperti
semula. Ketika larutan telah memiliki pH netral, larutan dimasukan dalam corong
pisah dan ditambah 10 mL eter. Eugenol larut dalam eter sehingga setelah
dilakukan pengocokan dan terbentuk dua lapisan air dan dietileter, yang
ditampung adalah fase dietil eter.
Fase air ditambahkan 10 ml dietileter dalam corong pisah dan dilakukan
pemisahan kembali antara fase air dan fase dietileter sebanyak tiga kali, dengan
tujuan mendapatkan eugenol yang masih tertinggal pada fase air. Setelah
dilakukan pemisahan, fase eter diuapkan diatas penangan air hingga didapatkan
cairan kental berbau aromatik dengan volume tetap. Selama proses penguapan

dietileter, tidak terjadi penguapan pada eugenol karena eugenol memiliki titik
didih 254C.
Hasil isolasi eugenol yang didapat dari 5 mL sampel minyak cengkeh
adalah 2,14 gram dengan rendemen 42,8%. Hasil organoleptis dari eugenol adalah
berbentuk cairan kental, berwarna coklat kekuningan, dan bau aromatik. Warna
eugenol yang terbentuk dipengaruhi oleh penambahan basa kuat (KOH) dan asam
kuat (H2SO4) Penambahan basa kuat pada minyak daun cengkeh akan mengubah
warna minyak daun cengkeh menjadi lebih coklat karena basa kuat yang bersifat
alkali, eugenol yang bersifat fenol kan bereaksi dengan basa kuat dan melepas H +,
proses pemanasan hingga 50C akan mengubah warna minyak daun cengkeh, hal
ini juga terjadi pada saat penambahan asam kuat H2SO4 yang sangat reaktif
dengan udara dan panas membuat perubahan warna pada minyak cengkeh yang
menjadi eugenol. Sifat fenolat pada eugenol sangat mempengaruhi perubahan
warna yang terjadi, karena fenol bersifat reaktif terhadap udara serta basa, reaksi
yang terjadi ketika fenol berhadapan langsung dengan udara, perlakuan panas, dan
basa kuat adalah terjadi reaksi oksidasi dimana oksigen akan diikat dengan fenol
yang menyebabkan terjadinya pencoklatan dan perubahan warna.
Identifikasi eugenol menggunakan metode KLT. Prinsip dari metode KLT
adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Pada identifikasi eugenol plat KLT yang
digunakan adalah Silica Gel F 254, eluen yang digunakan toluena etil asetat (9,3
: 0,7).
Fase diam

yang digunakan silica gel GF 254 yang artinya dapat

berflouresensi pada panjang gelombang 254 nm. Alasan pemilihan silika gel
sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori - pori dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa - senyawa organik pada kolom. Sedangkan fase gerak yang
digunakan yaitu toluena : etil asetat dengan perbandingan 93:7. Fase gerak yang
digunakan 10 mL maka perbandingan yang digunakan 9,3 mL toluena dan 0,7 mL
etil asetat.
Sebelum dilakukan identifikasi eugenol dilakukan penjenuhan chamber
KLT. Penjenuhan dilakukan dengan kertas saring dengan tujuan sebagai parameter
tingkat kejenuhan chamber terhadap eluen. Chamber harus berada dalam kondisi

jenuh oleh uap eluen sebelum digunakan untuk eluasi agar proses eluasi berjalan
dengan stabil.
Setelah melakukan penjenuhan chamber dilakukan pengaktifan lempeng
KLT dalam oven selama 5 - 10 menit pada suhu 105 oC. Tujuan pengaktifan
lempeng KLT untuk menghilangkan kadar air yang akan mengganggu proses
eluasi. Selanjutnya dilakukan penotolan eugenol dan baku pembanding piperin
pada lempeng KLT dengan ukuran sekecil mungkin agar noda yang terbentuk
lebih terfokus dan tajam. Hasil penotolan dilihat dibawah sinar UV 254 nm
terlihat warna ungu hal tersebut karena noda atau bercak yang ada meredam
flouresensi sehingga tidak berflouresensi. Sebelumnya jika tidak ada noda pada
lempeng KLT apabila dilihat di bawah sinar UV 254 nm lempeng KLT berwana
kuning kehijauan.
Jarak bawah pada lempeng KLT yaitu 1 cm bertujuan agar sampel tidak
tercelup langsung dengan eluen, jika sampel tercelup langsung dengan eluen maka
hasil penotolan akan melebar. Pemberian batas atas pada lempeng KLT bertujuan
untuk memberi batas agar kenaikan bercak tidak melampaui lempeng KLT. Fraksi
yang ditotolkan tersebut dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen. Eluen
digunakan sebagai pelarut untuk mendeteksi noda karena ketika senyawa organik
diserap oleh eluen pada lempeng KLT , proses penyerapan akan berhenti dimana
semakin kuat senyawa diserap sehingga semakin kurang jarak yang ditempuh ke
atas lempeng KLT.
Selanjutnya diamati kenaikan bercak pada lempeng KLT, setelah terlihat
adanya kenaikan bercak lempeng KLT dikeringkan lalu diamati dibawah sinar
UV 254 nm dan ditandai noda yang timbul pada lempeng KLT. Hal tersebut untuk
mempermudah perhitungan Rf dan HRf. Terdapat 3 noda yang nampak pada
lempeng KLT dengan nilai Rf ( Rf1 : 0,125 HRf : 12,5 , Rf2 : 0,25 HRf : 25 , Rf3 :
0,775 HRf : 77,5 ). Sedangkan pada baku pembanding terdapat satu noda dengan
nilai Rf :0,52 HRf:52 .
Setelah ditandai noda yang Nampak dilakukan penyemprotan penampang
bercak. Penampang bercak yang digunakan yaitu vanilin-asam sulfat pekat.
Tujuan penyemprotan bercak yaitu untuk memperjelas warna noda yang nampak

pada lempeng KLT. Kemudian dioven selama 5-10 menit untuk mengintensifkan
warna pada lempeng KLT.

IX.

KESIMPULAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan melakukan isolasi

1.

eugenol dari minyak cengkeh dengan metode ekstraksi cair-cair yaitu


pemisahan komponen kimia antara dua fase pelarut yang tidak saling
bercampur, dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan
2.

sebagian larut fase kedua.


Hasil rendemen dari isolasi eugenol yang telah dllakukan
adalah 42,8 %b/v.

3.

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi hasil isolasi


eugenol dengan metode KLT yang prinsip nya melibatkan zat cair sebagai
fase gerak dan zat padat (Silica gel GF 254 nm sebagai fase diam.

X.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta,
Erlangga
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi Analisis,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta : Agro Media
Pustaka
Putri, Retty Liliana., Nur Hidayat, Nur Lailatul Rahmah. 2014. Pemurnian
Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh dengan Reaktan Basa Kuaat KOH dan
Ba(OH)2 (Kajian Konsentrasi Reaktan ). Malang. Universitas Brawijaya.

XI.

LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN REAGEN
1. KOH 2N
KOH 2N = 125 g
KOH 1 L
= 12,5 g
KOH 100 mL
KOH 1N = 1 x 12,5 g = 6,25 g
2

Aqua ad

= 100 mL

2. H2SO4 1 N
H2SO4 1 N

= 4,9 mL

3.
4.
5.
6.

ad 250 ml
: 9,3 mL x 8
: 0,7 mL x 8
: 10 mL x 8

Dietileter
Toluen
Etil Asetat
Eluen

aqua ad 100 mL
= 74,4 mL
= 5,6 mL
= 80 mL
Semarang, 13 Oktober 2016

Dosen Pengampu

(Margareta Retno P.,MSc., Apt)

Praktikan,

( Deamita Anggi Larasati )


14. 0409

Praktikan,

( Tjeng, Claudia Jessica T. )


14. 0396

Anda mungkin juga menyukai