Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul : Isolasi Eugenol

TujuanPercobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (cair-cair).


2. Mempelajari teknik isolasi eugenol dari minyak cengkeh.
Pendahuluan

Eugenol merupakan salah satu komponen utama dalam minyak cengkeh yang diperoleh
dari daun, tangkai, dan bunga pohon cengkeh. Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh
adalah sebesar 80% - 90% dan sisanya mengandung kariofilen sebesar 10%. Eugenol
mengandung gugus hidroksi yang menjadikannya sebagai senyawa fenolik yang bersifat
asam dan mudah dipisahkan dari senyawa non fenolik, yaitu dengan cara ekstraksi cair-cair
dengan menggunakan pelarut aktif (Tim penyusun praktikum kimia organik, 2017).
Eugenol merupakan zat yang terkandung dalam minyak atsiri dan bersifat volatile atau
mudah menguap serta melepaskan aroma wangi. Susunan kimia eugenol terdiri dari unsur C,
H dan O (C12H24O2). Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik
(Kardinan, 2005).
Secara kimia eugenol mempuyai rumus struktur sebagai berikut :
OH3C CH2

HO
Gambar 1. eugenol
Berdasarkan struktur diatas dapat dilihat bahwa eugenol memiliki gugus hidroksi, metoksi
dan alil. Adanya gugus hidroksi , menyebabkan eugenol bersifat asam dengan demikian akan
mudah dipisahkan dari senyawa lain yang tidak bersifat fenolik (Tukiran, 1994).
Ekstraksi merupakan cara untuk pembuatan minyak atsiri yang bahan bakunya
memiliki rendemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata rusak dalam air. Cara
ekstraksi biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri berupa bunga. Pemurnian
eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan proses ekstraksi yang direaksikan
dengan basa alkali dan selanjutnya pemisahan eugenol menggunakan asam-asam organik.
Proses yang terpenting dalam isolasi eugenol dari minyak cengkeh ini adalah pengekstrakan
komponen bukan eugenol (larutan non eugenolat) yang berada dalam air. Proses ekstraksi
dilakukan menggunakan corong pemisah. Proses ekstraksi demikian disebut ekstraksi cair-
cair tak kotinyu (Rusli, 1980).
Eugenol jika dilihat dari rumus strukturnya mengandung gugus hidroksi (-OH). Adanya
gugus hidroksi memberikan akibat akibat eugenol bersifat asam, dengan demikian eugenol
dapat diisolasi dengan menggunakan cara ekstraksi dan menggunakan prinsip safonifikasi.
Secara garis besar, isolasi eugenol dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Eugenol direaksikan dengan suatu basa alkali, maka akan dihasilkan eugenolat yang larut
dalam air.
b. Larutan kemudian diekstraksi dengan eter maka akan membentuk 2 lapisan, yaitu fasa air
dan fasa eter. Karena eugenolat larut dalam air, maka zat tersebut akan berada dalam fasa
air (bagian bawah).
c. Kedua fasa dipisahkan, dan pada fasa air direaksikan dengan asam kuat (HCl) untuk
menetralkan kembali eugenolat menjadi eugenol.
d. Kemudian larutan ditambah dengan eter dan membentuk 2 lapisan, karena eugenol tidak
larut dalam air, maka zat tersebut akan berada dalam fasa eter yang terletak pada bagian
atas.
e. Fasa eter kemudian didestilasi vakum untuk memisahkan eugenol dari pelarutnya.
(Mintadi, 1995).
Eugenol yang diperoleh dari isolasi kemudian diidentifikasi untuk membuktikan bahwa
zat yang diisolasi benar-benar eugenol dengan menggunakan uji reaksi kimia. Uji reaksi
kimia yang dimaksud adalah pengujian suatu senyawa dengan menggunakan reagen kimia
tertentu. Zat-zat organik seperti eugenol memiliki gugus fungsi tertentu dimana setiap setiap
gugus fungsi memiliki hasil reaksi yang spesifik. Gugus fungsi yang terdapat dalam
senyawa eugenol adalah gugus alkohol khususnya fenol. Gugus fungsi fenol akan
memberikan hasil reaksi yang spesifik dengan reagen FeCl3 yang memberikan warna hijau
tua (Day, 1989).
Cara ekstraksi cair-cair kontinyu untuk pemurnian eugenol dalam minyak cengkeh
digunakan untuk meminimalisir masalah yang timbul seperti adanya pengocokan berulang-
ulang, terjadi kenaikan tekanan internal, dan emulsi dalam corong pemisah serta kehilangan
pelarut yang lebih besar. Masalah-masalah tersebut muncul sebagai akibat dari penggunaan
cara ekstraksi cair-cair tak kontinyu (Svehla, 1989).
Material Sefety Data Sheet (MSDS)
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida mempunyai rumus kimia NaOH. Natrium hidroksida memiliki
bentuk fisik berupa padatan kristal berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Natrium
hidroksida mempunyai berat molekul sebesar 40 g/mol, titik didihnya sebesar 1388 , titik
lelehnya sebesar 323 dan pH nya sebesar 13,5. Natrium hidroksida larut dalam air,
metanol dan etanol. Natrium hidroksida yang terkena kontak dengan mata dapat
menyebabkan iritan dan korosif. Natrium hidroksida yang mengenai mata harus segera
dibasuh dengan banyak air selama 15 menit (Anonim, 2017).
2. Kloroform (CHCl3)
Kloroform mempunyai rumus kimia CHCl3. kloroform memiliki bentuk fisik berupa
cairan tidak berwarna, berbau tajam dan bersifat volatile . Kloroform memiliki berat molekul
sebesar 119,5 g/mol, titik didihnya sebesar 61 dan titik lelehnya sebesar -116,3 .
Kloroform larut dalam aseton dan sedikit larut dalam air dingin. Kloroform berbahaya
apabila tertelan yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pada saluran pencernaan.
Kloroform yang tertelan ditangani dengan cara tidak memberikan apapun melalui mulut
kepada korban dan tidak menyuruh untuk memuntahkannya, segera dapatkan penanganan
medis
(Anonim, 2017).
3. Asam Korida (HCl)
Asam klorida mempunyai rumus kimia HCl. Asam klorida memiliki bentuk fisik berupa
cairan tidak berwarna dan berbau tajam. Asam klorida mempunyai berat molekul sebesar
36,5 g/mol, titik didihnya sebesar 108,58 , titik lelehnya sebesar -62,25 . Asam klorida
larut dalam air dingin, air panas dan dietil eter. Asam klorida berbahaya apabila terkena
kontak dengan kulit yang dapat menyebabkan iritasi. Asam klorida yang terkena kontak
dengan kulit ditangani dengan cara membasuh kulit dengan air selama 15 menit dan
kemudian diolesi dengan emolien (Anonim, 2017).
4. Magnesium Sulfat Anhidrat (MgSO4.H2O)
Magnesium sulfat anhidrat memiliki rumus kimia MgSO 4.H2O. Senyawa ini mempunyai
bentuk fisik berupa padatan kristal berwarna putih dan tidak berbau. Magnesium sulfat
anhidrat memiliki berat molekul sebesar 120,38 g/mol, titik didih nya sebesar 100 , dan
tekanan uapnya sebesar 17,535 mmHg. Magnesium sulfat anhidrat sangat mudah larut dalam
air dingin. Magnesium sulfat anhidrat sebaiknya disimpan ditempat khusus bahan korosif.
Tempat penyimpanan seharusnya kering, dingin dan berventilasi baik. Selain itu, diusahakan
tempat selalu tertutup rapat dan terhindar dari bahan yang tidak cocok dengan magnesium
sulfat anhdrat. Magnesium sulfat anhidrat berbahaya apabila terkena kontak dengan mata
yang mengakibatkan iritasi, cara penanganannya yaitu cuci mata yang terkena bahan dengan
air mengalir selama 15 menit (Anonim, 2017).
5. Besi(III) Korida (FeCl3)
Besi(III) klorida mempunyai rumus kimia FeCl3. Besi(III) klorida memiliki bentuk fisik
berupa padatan, tidak berbau dan tidak berasa. Besi(III) klorida mempunyai berat molekul
sebesar 162,21 g/mol, titik didihnya sebesar 316 , dan titik lelehnya sebesar 306 .
Besi(III) klorida larut dalam air dingin. Besi(III) klorida berbahaya apabila terhirup yang
dapat mengakibatkan gangguan saluran pernapasan. Besi(III) klorida yang terhirup ditangani
dengan cara memindahkan korban ke ruang terbuka, segera dapatkan penanganan medis
(Anonim, 2017).

Prinsip Kerja

Isolasi eugenol dari minyak cengkeh ini mengunakan cara ekstraksi cair-cair, yang
menggunakan 2 pelarut berbeda sehingga terjadi distribusi solute diantara 2 pelarut tersebut
dimana eugenol direaksikan dengan basa alkali sehingga membentuk eugenolat yang larut
dalam air yang kemudian diekstraksi dengan eter untuk membentuk 2 fasa yaitu fasa eter dan
fasa air (bagian bawah), kemudian kedua fasa dipisahkan, dengan menambahkan HCl pada
fasa air akan mengubah kembali eugenolat menjadi eugenol. Larutan ditambah dengan eter
sehingga membentuk 2 fase, dimana eugenol yang tidak larut dalam air akan berada pada fase
eter (lapisan atas) yang kemudian fase eter tersebut akan didestilasi untuk memisahkan
eugenol dengan pelarutnya.

Alat

Beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet tetes, penangas air,
termometer, timbangan, dan tabung reaksi.

Bahan

Minyak cengkeh, NaOH 10%, Koroform, HCl 25%, kertas lakmus biru, MgSO4
anhidrat, dan FeCl3.

Prosedur Kerja

Pertama dimasukkan 25 gram minyak cengkeh kedalam beaker glass kemudian


ditambahkan 25 mL larutan NaOH 10%, kemudian diaduk sampai homogen. Kedua
ditambahkan 10 mL dietileter lalu dipindahkan kedalam corong pisah, dikocok kuat-kuat dan
diamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik), yang berada
dilapisan bawah, dipisahkan dan ditampung dalam beaker glass. Ketiga fasa non polar
(organik), yang berada dilapisan atas, ditambahkan 10 mL larutan NaOH 10% dikocok kuat-
kuat, lalu didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik) dipisahkan dan
digabung dengan fasa polar sebelumnya. Keempat ditambahkan HCl 25% tetes demi tetes
kedalam fasa polar (bagian bawah) sampai terbentuk gumpalan-gumpalan coklat atau
mempunyai pH 3 (tes menggunakan lakmus biru). Setelah itu pindahkan dalam corong
pisah, lalu ditambahkan dietileter 10 mL. Dikocok kuat-kuat, kemudian didiamkan selama 10
menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa organik ditampung dalam beaker glass. Keenam
uapkan pelarut dietileter yang terdapat dalam fasa organik tersebut, dalam lemari asam
menggunakan penangas air (suhu air 50 oC). Residu yang diperoleh ditambahkan sejumlah
kecil kristal MgSO4. Lalu dekantasi residu yang mengandung eugenol tersebut. Timbang
berat eugenol dan ukur volumenya juga menggunakan gelas ukur. Hitung rendemen/kadar
eugenol dalam minyak cengkeh tersebut. Terakhir dilakukan uji positif akan adanya eugenol
dalam residu yang diperoleh adalah terbentuknya warna ungu jika ditambahkan larutan FeCl3.

Waktu yang dibutuhkan selama percobaan

No Pengamatan Jam Waktu

1 Persiapan praktikum (pre-test) 14.20 14.40 20 menit

2 Preparasi sampel 14.40 14.55 15 menit

3 Prosedur kerja pembentukan fasa 14.55 15.40 45 menit

Prosedur kerja pemindahan dalam


4 15.40 16.35 35 menit
corong pisah

Prosedur kerja pemanasan dan uji


5 16.35 17.15 40 menit
positif eugenol

Total waktu yang dibutuhkan 2 jam 35 menit

Data dan Perhitungan


a. Data
No. Bahan Perlakuan Hasil pengamatan
1. 23,5 mL minyak cengkeh - Berwarna kuning bening
2. 23,5 mL minyak cengkeh + 25 mL NaOH - Menjadi kuning keruh agak
pekat.
- Menghasilkan panas
- terbentuk dua fasa Bagian
bawah berwarna kuning ke-
orangean dan bagian atas
+ kloroform dan berwarna coklat.
23,5 mL minyak cengkeh
3. dikocok kemudian - Lapisan atas fase anorganik
+ 25 mL NaOH
didiamkan (polar)
- Lapisan bawah fase organik
(non polar)
- Suhu semakin panas.
Terbentuk dua fasa (atas
4. Fase nonpolar (organik) + 10 mL NaOH
anorganik-bawah organik)
Bewarna putih keruh terbentuk
gumpalan seperti gelembung-
gelembung pada bagian dasar
+200 tetes HCl
Fasa polar (anorganik) beaker gelas, kemudian di tes
total (gabungan point 3 menggunakan kertas lakmus
5.
dan 4 yang sudah biru.
dipisahkan) Terbentuk dua fase, pada
lapisan atas berwarna putih
+10 mL kloroform
keruh dan lapisan bawah
berwarna coklat.
Diuapkan Coklat muda
Ditambah MgSO4 -
6. Fasa organik Ditimbang -
Bewarna ungu dibagian atas
+FeCl3
larutan

b. Perhitungan

Tidak dapat melakukan perhitungan rendemen dikarenakan pada saat setelah fasa organik
dipanaskan (diuapkan), tidak ada gelembung coklat (eugenol) pada larutan, sehingga tidak
dapat dilakukan dekantasi untuk memisahkan eugenol dengan pelarutnya.

Hasil

No. Gambar Keterangan

Kondisi awal Minyak cengkeh sebelum di


1. ekstraksi
V=23,5 mL

Minyak cengkeh + NaOH. Penambahan


2. NaOH , agar eugenol bisa terbentuk dalam
garamnya yang larut dalam air

- Setelah penambahan kloroform,


kemudian dilakukan pengocokan dan
pendiaman terbentuk dua fasa kemudian
dipisahkan.
- Lapisan atas merupakan fasa polar
4. (anorganik)
- Lapisan bawah merupakan fasa non
polar (organik)
- Kemudian pada fase non polar (organik)
ditambahkan dengan NaOH untuk
mendapatkan eugenol yang tersisa.
- Setelah penambahan NaOH dilakukan
pengocokan dan didiamkan hingga
terbentuk 2 fase.
7. - Diambil fase polar (anorganik) yang
berada di lapisan bawah kemudian
digabung dengan hasil ekstraksi yang
pertama.

Total hasil penampungan Na-eugenolat


8.
yang merupakan fasa anorganik

Penambahan HCl hingga 200 tetes dan


sambil dicek dengan lakmus biru untuk
9.
mengetahui sudah bersifat asam apa
belum larutan yang terbentuk.

Penambahan kloroform pada fasa eugenol


10. yang telah dikocok dan didiamkan
sehingga terbentuk 2 fasa.
Fasa organik yang telah dipanaskan
menggunakan penangas air pada suhu
50 untuk menguapkan pelarut
kloroform.
11. Seharusnya Setelah diuapkan ,dilakukan
penambahan MgSO4 untuk mengikat air
yang tersisa. Tetapi langkah ini tidak
dilakukan karena tidak adanya gumpalan
yang menandakan eugenol.

Penambahan FeCl3 untuk menguji ada


tidaknya eugenol. Dan menunjukkan
12.
adanya eugenol karena warna yang
terbentuk bewarna ungu

Pembahasan
Percobaan kali ini membahas mengenai isolasi eugenol dari minyak cengkeh,
dimana volume minyak cengkeh yang digunakan adalah sebesar 23,5 mL. Eugenol
merupakan komponen utama dan paling banyak ditemukan dalam minyak cengkeh. Kadar
eugenol dalam minyak cengkeh adalah sebesar 80-90%. Isolasi eugenol dari minyak cengkeh
ini menggunakan proses ekstraksi cair-cair yang menggunakan 2 pelarut berbeda. Teknik
ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur dengan sebagian komponen larut dalam pelarut fase pertama dan sebagian
lagi larut dalam fase pelarut kedua. Kedua fase tersebut kemudian dikocok dan didiamkan
hingga pemisahan terjadi secara sempurna, kemudain akan terbentuk dua lapisan dengan
komponen kimia yang terpisah pada kedua fase tersebut berdasarkan sifat kepolarannya.
Isolasi eugenol dari minyak cengkeh kali ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu
ekstraksi menggunakan NaOH dan kloroform, pengasaman dengan HCl, ekstraksi eugenol
menggunakan pelarut kloroform dan kemudian dilakukan proses evaporasi untuk
memurnikan eugenol yang didapatkan. Langkah pertama yaitu penambahan NaOH pada
minyak cengkeh. Hal ini bertujuan untuk membentuk Na-eugenolat yang bersifat polar dan
akan larut didalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik. Ion Na+ dari NaOH akan
mensubstitusi ion H+ dari eugenol sehingga akan membentuk Na-eugenolat. NaOH
merupakan basa kuat, sehingga dapat mengikat eugenol. Adapun reaksinya adalah sebagai
berikut:
HO Na-O
+ NaOH (aq) + H2O
(l)
H3CO CH2 (aq) H3CO CH2 (aq)

eugenol Na-eugenolat

Campuran minyak cengkeh dan NaOH ini kemudian ditambah dengan larutan
kloroform. Penambahan kloroform ini bertujuan untuk mengekstrak komponen non eugenol
dari minyak cengkeh. Penambahan kloroform dilakukan dalam corong pisah kemudian
dikocok kuat-kuat dengan sesekali membuka kran corong pisah untuk mengeluarkan gas
yang dihasilkan dari proses pengocokan tersebut akibat dari senyawa volatil pada campuran
minyak cengkeh. Pengocokan didalam corong pisah dilakukan agar komponen non eugenol
dari minyak cengkeh terdistribusi ke pelarut yang dapat melarutkannya yaitu kloroform.
Selain itu pengocokan terus-menerus dilakukan dengan tujuan mempercepat reaksi dimana
partikel-partikel dalam campuran akan bertumbukan sehingga hasil ekstraksinya akan
menjadi sempurna. Reaksi berlangsung eksoterm karena menghasilkan panas. Campuran
yang telah dikocok kemudian didiamkan selama 10 menit. Pendiaman bertujuan untuk
memberi waktu pembentukan dua fase yang memiliki kepolaran berbeda. Hasil pengamatan
menunjukkan setelah pendiaman terbentuk 2 fase didalam corong, dimana lapisan atas
merupakan fase polar (anorganik) dan lapisan bawah merupakan fase non polar (organik).
Fase polar (anorganik) yang berada dilapisan atas berwarna lebih pekat karena banyak
mengandung eugenol (berwarna coklat) sedangkan dilapisan bawah berwarna lebih terang
karena mengandung pelarut kloroform dan komponen lain selain eugenol. Kloroform
memiliki massa jenis yang lebih besar daripada NaOH, sehingga kloroform berada pada
lapisan bawah.
Fase polar yang berada di lapisan atas dipisahkan dan ditampung di dalam beaker
glass. Fase non polar tetap berada dalam corong pisah, kemudian ditambahkan 10 mL NaOH
10 %. Tujuan penambahan kembali NaOH ini untuk mengikat fasa polar yang masih tersisa.
Setelah penambahan NaOH dilakukan pengocokan dan didiamkan hingga terbentuk 2 fase.
Fase polar (anorganik) yang berada di lapisan bawah kemudian digabung dengan hasil
ekstraksi yang pertama.
Fase polar (anorganik) hasil ektraksi ditampung dalam gelas beker dan digabung
dengan fasa polar hasil ekstraksi pertama. Fasa polar (anorganik) yang telah digabung
tersebut kemudian ditambahkan larutan HCl 25% tetes demi tetes hingga larutan menjadi
bersifat asam yang ditandai dengan berubahnya kertas lakmus berwarna biru menjadi merah
dan terbentuknya gumpalan. Penambahan HCl ini bertujuan untuk membebaskan eugenol
dari garam natrium eugenolat dengan cara H+ dari HCl mensubstitusi Na+ dari natrium
eugenolat sehingga akan diperoleh eugenol kembali. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Na-O HO
+ H-Cl (aq)
+ NaCl
(aq)
H3CO CH2 (aq) H3CO CH2 (aq)

Na-eugenolat
eugenol

Hasil yang didapat yaitu kertas lakmus biru berubaha warna menjadi merah setelah
Penambahan HCl sampai 200 tetes dan terbentuk gumpalan kuning yang berada di lapisan
bawah. Larutan yang telah ditambah HCl kemudian ditambah dengan 10 ml kloroform lalu
dikocok dan kemudian didiamkan hingga terbentuk 2 fase. Warna larutan yang dihasilkan
pada proses ini yaitu bagian atas (fase polar) berwarna putih yang merupakan NaCl dan
bagian bawah (fase non polar) berwarna coklat yang merupakan kloroform yang didalamnya
mengandung ekstrak eugenol.
Bagian nonpolar yang terdapat ekstrak eugenol ini kemudian dipisahkan dari corong
dan kemudian diuapkan. Penguapan ini bertujuan untuk menguapkan pelarutnya yaitu
kloroform dan air sehingga diperoleh eugenol yang bebas dari pelarutnya dan diperoleh
residu hasil isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Hasil yang didapatkan tidak sesuai
literature dimana seharusnya setelah diuapkan terdapat gumpalan-gumpalan coklat yang
merupakan eugenol. Tidak adanya gumpalan-gumpalan tersebut dikarenakan mungkin terlalu
banyak memberikan tetesan HCl sehingga menyebabkan pH campuran berada dibawah 3
namun secara teori eugenol ini dapat bereaksi dengan Na-eugenolat pada pH optimum sekitar
3 sehingga penambahan HCl yang terlalu banyak dapat menyebabkan merusak struktur
eugenol sehingga akan diperoleh hasil yang menyimpang atau bisa juga disebabkan
tercemarnya reagen yang digunakan maupun penggunaan alat yang kurang bersih. Tidak
adanya gumpalan coklat setelah penguapan juga disababkan karena mungkin waktu
penguapan yang terlalu sebentar sehingga pelarutnya masih banyak dan tidak terbentuk
gumpalan coklat yang menandakan adanya eugenol.
Proses selanjutnya jika merujuk pada literature adalah penambahan MgSO 4 yang
bertujuan untuk mengikat sisa air sehingga eugenol murni dapat dipisahkan. Proses tersebut
tidak dilakukan karena tidak adanya gumpalan coklat setelah proses penguapan. Proses
selanjutnya adalah penambahan FeCl3 untuk uji positif adanya eugenol yng ditandai dengan
berubahnya larutan menjadi ungu. Hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan
literature yang ada dimana setelah ditambahkan FeCl3 terjadi perubahan warna larutan mejadi
ungu. Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan adanya gumpalan berwarna ungu yang
berada di bagian atas larutan dan dibagian bawah nya terdapat larutan berwarna coklat yang
mendominasi atau volumenya lebih banyak daripada gumpalan ungu yang merupakan
eugenol. Gumpalan berwarna ungu tersebut merupakan eugenol yang berikatan dengan Fe
sehingga membentuk kompleks. Larutan berwarna coklat yang mendominasi tersebut
merupakan eugenol asetat yang merupakan kandungan lain dalam minyak cengkeh, karena
kandungan dalam minyak cengkeh tidak semuanya berupa eugenol murni. Berdasarkan
literature yang ada eugenol asetat tersebut adalah pemberi warna coklat pada minyak
cengkeh, semakin banyak kandungan eugenol asetat warna akan semakin oklat dan aroma
akan semakin kuat. Adapun reaksi penambahan FeCl3 adalah sebagai berikut :
-
3
-
OH O
OCH 3 OCH 3
3+ +
+ FeCl 3 Fe + 3HCl + 3H

CH2 CH2

Eugenol

Kesimpulan
- Teknik pemisahan cara kimia (cair-cair) merupakan teknik pemisahan dengan
menggunakan 2 pelarut berbeda yang tidak saling melarutkan. Teknik ekstraksi cair-cair
ini dapat dipelajari dengan melakukan ekstrak eugenol dari minyak cengkeh dengan
pendistribusian solute di dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur.
- Isolasi eugenol dapat dipelajari dengan melakukan pengekstrakan pada minyak cengkeh
menggunakan NaOH untuk memisahkan komponen eugenol dan komponen non eugenol
dalam minyak cengkeh kemudian pengasaman menggunakan HCl untuk membebaskan
eugenol dari garamnya dan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut kloroform serta pengujian hasil isolasi menggunakan FeCl3 dan untuk hasil isolasi
positif mengandung eugenol.
Referensi

Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Asam Klorida. [serial online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924638. [4 Maret 2017].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Besi(III) Klorida. [serial online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924508. [4 Maret 2017].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Kloroform. [serial online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924368. [4 Maret 2017].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Magnesium Sulfat. [serial online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924920. [4 Maret 2017].
Anonim. 2016. Material Safety Data Sheet of Natrium Hidroksida. [serial online]
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=99245282. [4 Maret 2017].
Day, RA. 1989. Kimia Analitik Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: PT Agomedia pustaka.
Mintadi, M. 1995. Isolasi dan Identifikasi Eugenol dari Bunga Cengkeh. Jember:
Universitas Jember.
Rusli, MS. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Shevla. 1989. Vogel:Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
Lima Bagian 2.Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka
Tim Penyusun Praktikum Kimia Organik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
Jember: Universitas Jember.
Tukiran. 1994. Isolasi Eugenol, pelatihan type B. Yogyakarta: UGM.

Saran
- Proses pengocokan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup lama sehingga hasil
ekstraksi nya juga lebih banyak dan kran pada corong pisah harus dibuka sesekali untuk
memastikan sudah tidak ada gas didalam corong pisah.
- Praktikan harus lebih teliti dalam menentukan fase polar dan fase non polar saat proses
ekstraksi, karena jika salah dalam menentukan fasanya akan berdampak pada hasil isolasi
eugenolnya.
Nama Praktikan

Kartika Indah Aulia (151810301042)

Anda mungkin juga menyukai