Minyak daun cengkeh merupakan komoditi ekspor Indonesia yang memegang peranan
penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat produsen minyak daun cengkeh. Minyak
cengkeh mengandung banyak senyawa organik, namun yang paling penting adalah eugenol.
Eugenol dibutuhkan banyak industri, diantaranya industri kosmetik, farmasi, dan pestisida nabati
karena senyawa ini menghasilkan aroma yang khas (Kardinan,2005).
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam
pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut
(Fessenden, 1982).
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2
fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya
dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Underwood,1986).
Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang
mengandung gugus yang bersangkutan. Pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut
(dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses
pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali. Untuk
memilih jenis pelarut yang sesai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan konstanta distribusi
rendah untuk gugus pengotor lainnya.
5. Mudah melepas kembali gugs yang terlarut didalamnya ntk keperluan analisa lebih lanjut
Senyawa organik lebih larut dalam pelarut air dibandingkan dalam pelarut organik (koefisien
distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa dengan koefisien campuran
rendah antara pelarut organik dan air biasanya memerlukan pelarut organik dalam jumlah yang
banyak. Penggunaan pelarut yang besar ini bisa diatasi dengan ekstraksi kontinyu dimana hanya
relatif kecil volume pelarut yang dibutuhkan. Teknik ekstraksi cair-cair kontinyu, pelarutnya
dapat didaur ulang menjadi campuran yang mengandung air sehingga penyusunnya dapat
diekstraksi dengan pelarut lain (Fessenden, 1993).
Isolasi bahan alam dilakukan berdasarkan sifat bahan alam tersebut dan dapat digolongkan
menjadi isolasi cara fisik dan isolasi cara kimia. Isolasi secara fisis didasarkan pada sifat fisik
bahan alam, seperti kelarutan dan tekanan uap. Isolasi berdasarkan perbedaan kelarutan bahan
alam dalam pelarut tertentu dapat dilakukan dengan pelarut dingin atau pelarut panas. Isolasi
dengan pelarut dingin digunakan untuk mengisolasi bahan alam yang dapat larut dalam keadaan
dingin. Tekniknya dapat dilakukan dengan merendam sumber bahan alamnya dalam pelarut
tertentu selama beberapa lama (jam atau hari). Untuk bahan alam yang larut dalam keadaan
panas digunakan teknik isolasi secara kontinyu dengan alat soxhlet. Isolasi berdasarkan
penurunan tekanan uap dilakukan dengan cara destilasi uap. Cara ini digunakan untuk senyawa
yang tidak larut dalam air, bertitik didih tinggi, mudah terurai sebelum titik didihnya dan mudah
menguap. Isolasi secara kimia didasarkan pada sifat kimia atau kereaktifan bahan alam terhadap
pereaksi tertentu. Bahan alam diisolasi melalui reaksi kimia dan dipisahkan dari senyawa lain
yang tidak bereaksi (Vogel, 1989).
Eugenol dan NaOH akan membentuk natrium eugenolat yang larut dalam air. Bagian non
eugenol diekstrak dengan eter. Dengan penambahan asam anorganik akan menghasilkan garam
natrium eugenol bebas. Eugenol ini kemudian dimurnikan dengan penguapan dan penyulingan
(Guenther, 1990).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari praktikum kali ini adalah pemisahan suatu zat berdasarkan kelarutan
zat terhadap suatu pelarut senyawa polar akan larut dengan senyawa polar dan begitu juga
dengan senyawa nonpolar akan larut dengan senyawa nonpolar juga.
Alat
Beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet mohr 10 mL, pipet tetes,
penangas air, termometer, timbangan, dan tabung reaksi.
Bahan
Minyak cengkeh, NaOH 10%, Kloroform, HCl 25%, kertas lakmus biru, MgSO4
anhidrat, dan FeCl3.
Prosedur Kerja
Pertama dimasukkan 25 gram minyak cengkeh ke dalam beaker glass kemudian
ditambahkan 25 mL larutan NaOH 10%, kemudian diaduk sampai homogen. Kedua
ditambahkan 10 mL di etileter lalu dipindahkan ke dalam corong pisah, dikocok kuat-kuat dan
diamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik), yang berada
dilapisan bawah, dipisahkan dan ditampung dalam beaker glass. Ketiga fasa non polar (organik),
yang berada dilapisan atas, ditambahkan 10 mL larutan NaOH 10% dikocok kuat-kuat, lalu
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik) dipisahkan dan digabung
dengan fasa polar sebelumnya. Keempat ditambahkan HCl 25% tetes demi tetes kedalam fasa
polar (bagian bawah) sampai terbentuk gumpalan-gumpalan coklat atau mempunyai pH 3 (tes
menggunakan lakmus biru). Setelah itu pindahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan
dietileter 10 mL. Dikocok kuat-kuat, kemudian didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua
lapisan. Fasa organik ditampung dalam beaker glass. Keenam uapkan pelarut dietileter yang
terdapat dalam fasa organik tersebut, dalam lemari asam menggunakan penangas air (suhu air
50oC). Residu yang diperoleh ditambahkan sejumlah kecil kristal MgSO 4. Lalu dekantasi residu
yang mengandung eugenol tersebut. Timbang berat eugenol dan ukur volumenya juga
menggunakan gelas ukur. Hitung rendemen/kadar eugenol dalam minyak cengkeh tersebut.
Terakhir dilakukan uji positif akan adanya eugenol dalam residu yang diperoleh adalah
terbentuknya warna ungu jika ditambahkan larutan FeCl3.
Waktu yang dibutuhkan selama percobaan
Tidak dapat melakukan perhitungan rendemen dikarenakan pada saat setelah fasa organik
dipanaskan (diuapkan), tidak ada gelembung coklat (eugenol) pada larutan, sehingga tidak dapat
dilakukan dekantasi untuk memisahkan eugenol dengan pelarutnya.
Hasil
No
Gambar Keterangan
.
kloroform.
11.
Seharusnya Setelah diuapkan ,dilakukan
penambahan MgSO4 untuk mengikat air
yang tersisa. Tetapi langkah ini tidak
dilakukan karena tidak adanya gelembung
yang menandakan eugenol.
Tidak dapat melakukan perhitungan rendemen dikarenakan pada saat setelah fasa organik
dipanaskan (diuapkan), tidak ada gelembung coklat (eugenol) pada larutan, sehingga tidak dapat
dilakukan dekantasi untuk memisahkan eugenol dengan pelarutnya.
Pembahasan Hasil
Percobaan kali ini mengenai isolasi eugenol dari minyak cengkeh. Percobaan isolasi eugenol
dari minyak daun cengkeh bertujuan untuk mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstraksi pelarut yaitu suatu metode
pemisahan senyawa dari pelarut tertentu berdasarkan tingkat kepolarannya. Eugenol merupakan
suatu alkohol siklis monohidroksi atau fenol sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat.
Pemurnian eugenol dari minyak daun cengkeh digunakan cara ekstraksi. Pemilihan cara
ekstraksi cair-cair kontinyu untuk isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh lebih ditekankan
untuk mengatasi kendala yang ada pada ekstraksi cair-cair tak kontinyu yang antara lain :
pengocokan yang berulang-ulang, terjadinya kenaikan tekanan internal dan emulsi dalam corong
pemisah serta kehilangan pelarut yang relatif besar. Prinsip ekstraksi cair-cair kontinyu adalah
penambahan secara terus menerus tetesan-tetesan kecil pelarut ke dalam larutan yang
mengandung senyawa yang diekstrak.
Penambahan HCl dihentikan pada jumlah tetesan 200 kemudian ditambah dengan 10 mL
kloroform yang berfungsi untuk mengikat eugenol yang masih berada pada lapisan NaCl
berdasarkan kaidah like dissolve like yaitu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan
senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Eugenol merupakan senyawa non polar
sehingga akan larut dalam kloroform yang bersifat non polar.
Fase polar (anorganik) yang sudah ditambah HCl dan kloroform tersebut kemudian
dikocok dalam corong pisah dan didiamkan agar terbentuk 2 fase. Hasil yang diperoleh
diperkirakan yaitu lapisan atas merupakan fase polar (anorganik) yang tidak berwarna dan
lapisan bawah merupakan fase non polar (organik) yang berwarna kuning kecoklatan. Lapisan
bawah yang berwarna kuning kecoklatan ini mengindikasikan adanya eugenol. Hasil yang
diperoleh pada perlakuan ini menimbulkan kejanggalan kerena tidak sesuai dengan literatur yang
seharusnya fase non polar (eugenol dalam kloroform) berada di atas dan fase polar (NaCl)
berada dibawah. Massa jenis NaCl lebih berat daripada eugenol dalam kloroform yaitu 2,16
g/cm3 yang seharusnya berada dibawah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
penambahan HCl yang terlalu banyak yang dapat merusak struktur eugenol sehingga eugenol
dalam kloroform berada pada lapisan bawah. Lapisan bawah atau fase polar (organik) ini
kemudian diuapkan untuk menghilangkan kloroform agar didapat eugenol murni. Kloroform
dapat diuapkan kerena titik didihnya lebih rendah dari pada eugenol yaitu 61C sedangkan
eugenol titik didihnya 254C. Penguapan kloroform ini mengalami kesalahan, seharusnya dalam
pemanasan ini terbentuk gelembung yang bertanda bahawa ada eugenol dalam larutan ini,
sehingga untuk proses penambahan MgSO4 tidak dilakukan, yang bertujuan juga untuk mengikat
air yang tersisa agar terpisah dengan endapan minyak murni. Dari literatur bahwa akibat
pemanasan tersebut seharusnya terbentuk 2 fase, yaitu gelembung-gelembung yang menandakan
bahwa minyak ada dalam larutan dan campuran yang bukan minyak, akan tetapi dalam hasilnya
tidak ada gelembung dan perbedaan fase, pada larutan ini dipertanyakan keberadaan minyak
karena dalam larutan ini tidak ada, dalam literatur bahwa massa jenis air lebih besar daripada
minyak, sehingga minyak harusnya ada di atas permukaan air, tetapi air yang dihasilkan tidak
sebegitu banyaknya dibandingkan dengan literatur, dalam literaut volume minyak lebih banyak
dariapda air. Mengapa hal ini terjadi, kemungkinan disebabkan dari tahap 1 itu sudah melakukan
kesalahan dan tahap-tahap selanjutnya sehingga hasil akhir tidak didapatkan minyak murni.
Keberadaan eugenol kemudian diuji positif menggunakan FeCl3 yang akan menghasilkan
warna ungu. Larutan diambil sebagian atas saja yang sekiranya mengandung minyak, kemudian
ditetesi dengan FeCl3 dan menghasilkan warna ungu yang mengindikasikan adanya eugenol
pada lapisan atas atau fase polar (anorganik). Untuk pengujian rendemen tidak dilakukan waktu
yang dibutuhkan tidak cukup sehingga langsung dibuang begitu saja.
Kesimpulan
Fessenden, Ralph J. 1993. Organic Laboratory Techniques Second Edition. USA : University of
Montana.
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan praktikum agar hasil yang diperoleh baik
dan juga lebih memahami langkah kerja pada percobaan yang dilakukan.
Nama Praktikan