Anda di halaman 1dari 14

Acc Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Judul : Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (cair-cair).
2.Mempelajari teknik isolasi eugenol dan minyak cengkeh..
Pendahuluan
Eugenol (C10H12O2) merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil dan
dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan
dalam keluarga alil benzena dari senyawa-senyawa fenol yang mempunyai warna bening hingga
kuning pucat, dan kental seperti minyak yang memiliki sumber alami dari minyak cengkeh.
Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada pelarut organik. Aromanya menyegarkan
dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan
mulut. Struktur dari senyawa eugenol yang paling banyak ditemukan dalam minyak cengkeh
sebagai berikut:
OH

CH3
H2C O

Gambar 1. Struktur Senyawa Eugenol


Eugenol merupakan salah satu zat penyusun terbesar minyak atsiri dari minyak cengkeh. Minyak
atsiri ini banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap. Sirkulasi
penjualan minyak atsiri dapat mencapai beberapa juta dolar sedangkan sirkulasi barang-barang
yang menggunakan minyak atsiri dapat mencapai beberapa milyar per tahun. Percobaan ini
dilakukan agar dapat mempelajari teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan titik didih
dan mempelajari metode isolasi eugenol dengan menggunakan refluks. Percobaan ini juga
ditujukan untuk mendapatkan senyawa eugenol dalam minyak cengkeh yang mana dapat diuji
dengan menggunakan senyawa kimia FeCl3 (Syukri, 1999).
Salah satu cara untuk mengambil eugenol dalam minyak cengkeh adalah dengan teknik
isolasi. Isolasi merupakan cara untuk memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat
menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Isolasi diarahkan pada suatu senyawa yang lebih
dominan (pada kasus ini adalah eugenol) dengan menggunakan pelarut organik yang sesuai.
Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan senyawaa pelarut nonpolar akan melarutkan
senyawa nonpolar. Isolasi eugenol dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya ekstraksi,
distilasi fraksionasi (rektifikasi), kromatografi kolom, ekstraksi superkritik, dan distilasi molekul
(Rohman, 2007).
Proses produksi eugenol dilakukan melalui proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh.
Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode fisik dan metode kimia. Metode fisik
dilakukan dengan proses destilasi fraksinasi dari minyak daun cengkeh. Pemisahan eugenol
didasarkan pada perbedaan titik didih dari senyawa lain dalam minyak daun cengkeh. Tingkat
kemurnian eugenol yang dihasilkan sangat tinggi (99,99%) dibandingkan cara kimia
Proses kimia pada isolasi eugenol dilakukan dengan mereaksikan minyak daun cengkeh dengan
basa kuat (NaOH) dengan pengadukan menghasilkan natrium eugenolat yang kemudian
direaksikan dengan HCl untuk memisahkan eugenolnya. Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol
kasar (crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih rendah (Jayanudin, 2011)..
Proses pemurnian diperlukan untuk menghasilkan eugenol murni. Proses pemurnian dapat
dilakukan secara kimia maupun fisik. Tingkat kemurnian yang disyaratkan dalam standar mutu
adalah minimal 98% dengan warna cairan eugenol jernih kuning muda. Proses derivasi lanjutan
dari eugenol dapat menghasilkan beberapa produk antara lain isoeugenol, metil eugenol dan
vanillin sintetis. Isoeugenol dihasilkan melalui reaksi isomerisasi eugenol pada suhu dan tekanan
tinggi dalam kondisi basa menjadi isoeugenolat yang selanjutnya diasamkan menjadi isoeugenol
dan kemudian dimurnikan. Prosesnya memerlukan peralatan ketel bertekanan dan alat destilasi
fraksionasi yang tentunya memerlukan biaya modal yang cukup mahal. Isoeugenol digunakan
sebagai bahan baku industri parfum dan penyedap (Svehla, 1979).
Ekstraksi adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari suatu zat.
Rendering merupakan cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang mengandung kadar
minyak atau lemak yang tinggi. Ekstraksi cair-cair adalah suatu metode pemisahan yang baik
karena proses ekstraksi ini dapat dilakukan dalam tingkat makro maupun dalam tingkat mikro.
Kedua fasa yang akan dipisahan dalam ekstraksi cair-cair merupakan fasa yang tidak dapat
tercampur sehingga dapat dipisahan melalui perbedaan fasa tersebut. Prinsip dari metode
ekstraksi cair-cair ini yaitu didasarkan pada distribusi suatu zat terlarut yang memiliki
perbandingan tertentu antara dua pelarut seperti benzena dan kloroform yang mana tidak
bercampur (Kardinan,, 2005).
Ekstraksi cair – cair menurut Guenther (1990). merupakan proses pemisahan suatu komponen
dari satu fasa cair ke fasa cair lainnya. Ekstraksi cair – cair terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Kontak antar pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung zat terlarut (solute), lalu
zat terlarut akan pindah ke fasa zat pelarut.
2. Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut
fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat. Aplikasi
ekstraksi cair – cair merupakan proses perpindahan suatu fasa yang telah digunakan secara
luas dalam industri kimia yaitu industri kimia organik dan kimia anorganik. Penelitian –
penelitian megunakan ekstraksi cair – cair untuk mengambil senyawa (zat - zat) kimia baru
atau menemukan pelarut baru yang memberikan hasil ekstraksi lebih baik.
Distilasi merupakan cara pemisahan zat cair dari campurannya yang berdasarkan perbedaan titik
didih atau kemampuan zat menguap. Distilasi merupakan metode penyulingan yang memisahkan
bahan kimia berdasarkan kecepatan atau kemudahan bahan menguap atau volatilitas. Zat cair
dipanaskan sampai titik didihnya lalu dialirkan uapnya kedalam alat pendingin atau kondensor
serta mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Air mengalir digunakan pada kondesor
sebagai pendingin. Air dialirkan dari bawah ke atas yang bertujuan agar air dapat mengisi seluruh
bagian pada kondensor sehingga dihasilkan proses pendinginan yang sempurna. Suhu dipanaskan
cairan yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini dialirkan dan
didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah terpisah. Zat yang
memiliki titik didih lebih tinggi akan tertinggal di wadah. Prinsip destilasi yaitu penguapan dan
pengembunan kembali uap zat cair dari tekanan dan suhu tertentu (Sani, 2014).

MSDS (Material Safety Data Sheet)


1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan bahan kimia yang berbentuk cair, tidak berbau, dan tidak berwarna.
Akuades memiliki pH 7 (netral).Titik didihnya yaitu 100℃ atau 212℉. Tekanan uap yang
dimiliki akuades sebesar 2,3 kPa dan densitas uapnya 0,62. Akuades memiliki berat molekul
sebesar 18,02 g/mol. Akuades tergolong sebagai bahan kimia yang tidak beracun dan berbahaya.
Akuadestidak menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, tidak korosif pada kulit, dan tidak
berbahaya jika tertelan dan terhirup, sehingga tidak ada penanganan secara khusus jika terkena
akuades (ScienceLab, 2019).
2. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Magnesium sulfat adalah senyawa kimia garam anorganik yang mengandung magnesium,
sulfur dan oksigen dengan rumus kimia MgSO4. Sifat kimia dan sifat fisik dari magnesium sulfat
adalah berbentuk padat kristal putih dan tidak berbau. Magnesium sulfat memiliki densitas 2,66
g/cm3, massa molar 120,366 g/mol, titik lebur anhidrat terdekomposisi 1124˚C. Magnesium sulfat
mudah larut dalam air dingin. Magnesium sulfat dapat mengalami berbahaya jika terkena kontak
kulit, mata, tertelan dan inhalasi. Pertolongan pertama yang dilakukan jika terkena kulit siram
kulit yang terkena bahan dengan air yang mengalir, jika terkena kontak mata segera basuhkan
mata dengan air yang mengalir dan jika terjadi bahaya segera cari medis terdekat
(Sciencelab, 2019).
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida dengan rumus molekul NaOH merupakan padatan putih yang tidak
berbau. Titik didih dari natrium hidroksida berada pada suhu 1388 °C, dan titik leleh pada suhu
323 °C. Natrium hidroksida memiliki berat jenis 2.13 kg/m3. Natrium hidroksida dapat larut
dalam air dingin, dan air panas. Mata yang terkena natrium hidroksida dapat mengakibatkan
iritasi, sehingga harus dicuci dengan air selama 15 menit (Sciencelab, 2019).
2. Besi (III) Klorida (FeCl3)
Besi (III) Klorida adalah salah satu senyawa yang tergolong berbahaya jika terjadi kontak
langsungsepertimenghirupdanterkenabagiantubuh. Salah satu cara jika terjadi kontak langsung
dengan senyawa ini adalah Periksa dan keluarkan lensa kontak apa pun, segera basuh mata
dengan air yang mengalir kurang lebih selama 15 menit, pertahankan kelopak mata terbuka.
Hindari menghirup bahan ini karena dapat mengalami iritasi pada bagian saluran pernapasan.
Besi (III) Kloridamemiliki sifat fisik dan kimia yaitu berwujud Padatan, berwarna coklat
kekuningan, larut dalam air dan memiliki titik didih 280 C dan titik leleh 28 C
(Sciencelab, 2019).
3. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida dengan rumus molekul HCl merupakan cairan tidak berwarna yang berbau
tajam. Titik didih dari asam klorida berada pada suhu 108.58 °C, dan titik leleh pada suhu -62.25
°C. Asam klorida memiliki berat jenis 1.1 kg/m3, dan tekanan uap sebesar 16 kPa. Asam klorida
dapat larut dalam air, dan dietil eter. Kulit yang terkena asam klorida dapat mengakibatkan iritasi,
sehingga harus dicuci dengan air, dan sabun selama 15 menit (Sciencelab, 2019).
4. Dietil Eter ((C2H5)2O)
Dietil Eter merupakan senyawa kimia yang berbentuk padat, memiliki rumus kimia
(C2H5)2O, tidak berwarna dan memiliki bau yang khas, memiliki berat molekul sebesar 74,12
g/mol, densitas 0,7134 g/cm3, titik didih 34,6 oC dan titik leleh sebesar -116,3 oC. Dietil Eter
dapat larut dalam air. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Tindakan
yang harus dilakukan ketika senyawa ini terhirup yaitu pindahkan korban ke tempat yang
berudara segar serta mengendurkan pakaian korban agar lebih mudah untuk bernafas
(Sciencelab, 2019).
5. Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan bahan yang berwujud cair dan berwarna kekuningan. Minyak
ini memiliki titik didih 2500C dan massa jenisnya sebesar 1,045. Bahan ini dapat larut dalam
metanol dan dietil eter, tetapi tidak dapat larut dalam air dingin. Minyak cengkeh dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan yang ditandai dengan batuk dan bersin. Pertolongan
pertama yang harus dilakukan jika bahan ini terhirup yaitu pindahkan korban ke tempat berudara
segar (Sciencelab, 2019).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang digunakan dalam percobaan ini adalah pemisahan eugenol dari minyak
cengkeh dengan bantuan pelarut aktif seperti dietil eter, dimana terjadi distribusi zat terlarut
antara dua pelarut. Ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu larutan dengan pelarut
(solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible) dengan pelarut asal yang mempunyai densitas
yang berbeda sehingga akan terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent.
Alat
Beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelasukur, pipet mohr 10 mL, pipet tetes,
rotary evaporator, penangas air, termometer, timbangan, tabung reaksi.

Bahan
Minyak cengkeh, NaOH 10 %, dietil eter, HCl 25 %, kertas lakmus biru, MgSO4 anhidrat,
FeCl3.
Prosedur Kerja
Dimasukkan 25 gram minyak cengkeh ke dalam beaker glass. Ditambahkan 25 mL larutan
NaOH 10%, kemudian diaduk sampai homogen. Ditambahkan 10 mL klororform kemudian
dipindahkan ke dalam corong pisah, dikocok kuat-kuat dan didiamkan selama 10 menit sampai
terbentuk dua lapisan. Fasa polar (anorganik), yang berada dilapisan atas, dipisahkan dan
ditampung dalam beaker glass. Fasa non polar (organik), yang berada dilapisan bawah,
ditambahkan 10 mL larutan NaOH 10% dikocok kuat-kuat, lalu didiamkan sampai terbentuk dua
lapisan. Fasa polar (anorganik) dipisahkan dan digabung dengan fasa polar sebelumnya.
Ditambahkan HCl 25% tetes demi tetes kedalam fasa polar (bagian bawah) sampai terbentuk
gumpalan-gumpalan coklat atau mempunyai pH ± 3 (dites menggunakan lakmus biru).
Dipindahkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan kloroform 10 mL. Dikocok kuat kuat,
kemudian didiamkan selama 10 menit sampai terbentuk dua lapisan. Fasa organik ditampung
dalam beaker glass. Diuapkan pelarut kloroform yang terdapat dalam fasa organik tersebut,
dalam lemari asam menggunakan penangas air (suhu air 50 oC). Residu yang diperoleh
ditambahkan sejumlah kecil kristal MgSO4. Lalu didekantasi residu yang mengandung eugenol
tersebut. Ditimbang berat eugenol dan diukur volumenya juga menggunakan gelas ukur. Dihitung
rendemen/kadar eugenol dalam minyak cengkeh tersebut. Diuji positif akan adanya eugenol
dalam residu yang diperoleh adalah terbentuknya warna ungu jika ditambahkan larutan FeCl3.
Waktu yang dibutuhkan
No. Kegiatan Waktu

1. Persiapan praktikum 15 menit

2. Preparasi sampel 15 menit

3. Prosedur kerja pembentukan fasa 35 menit

4. Prosedur kerja pemindahan dalam corong pisah 30 menit

5. Prosedur kerja pemanasan dan uji positif eugenol 45 menit

Total Waktu 140 menit

Data dan Perhitungan


Data
Diketahui :
- Volume awal Minyak cengkeh 25 mL
- NaOH 25 ml
- Massa gelas beaker kosong = 69,39 g
- Volume hasil eugenol = 14 mL
Perhitungan
Jawab :
% Rendemen
𝑣 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛
= 𝑥 100%
𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
24 𝑚𝑙
= 𝑥 100% = 96%
25 𝑚𝑙

Hasil

No Perlakuan Hasil Gambar


1 25 mL minyak cengkeh Campuran menjadi
(warna cokelat) hangat, berwarna kuning
ditambahkan 25 mL kunyit pekat, berbau
NaOH 10% dan diaduk cengkeh
2 Ditambahkan larutan Berwarna cokelat jernih
dietil eter

3 Dimasukkan kedalam Larutan berwarna cokelat


corong pisah dan kekuningan
dikocok

4 Didiamkan selama 10 Terbentuk 2 fase yaitu


menit fase non polar (organik) /
atas dan fase polar (non
organik) / bawah
5 Dipisahkan kedua fase Filtrat = fase polar
yang terbentuk Residu = fase non polar

6 Ditambahkan NaOH Terbentuk 2 fase yaitu


10% sebanyak 10 mL fase atas berwarna cokelat
pada residu kemerahan dan fase
bawah berwarna kuning

7 Dipisahkan kedua fase Filtrat = berwarna merah


yang terbentuk Residu = berwana kuning
8 Fase organik yang Kertas lakmus berubah
dihasilkan dicampur menjadi warna pink,
dengan fase organik terbentuk dua fase yaitu
yang pertama kemudian fase atas berwarna kuning
ditambahkan dengan kecokelatan dan fase
larutan HCl sebanyak bawah berwarna putih
120 tetes, dan diuji keruh
dengan kertas lakmus
biru
9 Dimasukkan kedalam Terbentuk 2 fase yaitu
corong lau ditambahkan fase atas berwarna kuning
dietil eter sebanyak 10 dan fase bawah berwarna
mL, dikocok dan putih keruh
didiamkan selama 10
menit

10 Dipisahkan kedua fase Fase atas berwarna kuning


yang terbentuk dan fase bawah berwarna
putih keruh

11 Fase organik dipanaskan Dietil eter menguap


pada suhu 50oC
12 Penambahan sedikit MgSO4 menjadi
MgSO4 menggumpal saat
dimasukkan kedalam
larutan dan gumpalan
tersebut berwarna putih

13 Disaring larutan Terbentuk larutan


berwarna cokelat
kekuningan

14 Diuji positif dengan Menghasilkan warna


larutan FeCl3 cokelat keunguan

Pembahasan
Isolasi dari eugenol dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan
satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut atau dapat pula
dikatakan ekstraksi merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran
homogen menggunakan pelarut cair sebagai separating gen, pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Salah satu jenis
ekstraksi adalah ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction atau solvent extraction)
zat terlarut dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan pelarut cair. Diluen dan
pelarut tidak saling bercampur atau immiscible, jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen
dan fase pelarut (Guenther, 1990).
Percobaan pertama paa praktikum ini dalam mengisolasi eugenol dalam minyak cengkeh
ialah melakukan ekstraksi cair-cair. Minyak cengkeh sebanyak 24 mL pertama tama ditambahkan
dengan NaOh 10% 25 mL dalam wadah gelas beaker. Perlakuan ini dilakukan untuk mengisolasi
eugenol dari minyak cengkeh sehingga membentuk garam natrium eugenolat dan bisa dibedakan
kelarutan nya dari kandungan minyak cengkeh lain nya seperti kariofilena. Warna minyak
cengkeh yang ditambahkan dengan NaOh 10% berubah menjadi hitam. Perubahan warna tersebut
terjadi karena NaOH bereaksi dengan gugus nOH pada eugenol sehingga H+ pada gugus OH
dalam eugenol akan digantikan dengan Na+ dari larutan NaOH sehingga menghasilkan garam
Na-eugenol yang bersifat polar. Penambahan NaOH juga dilakukan hingga minyak cengkeh dan
NaOH menjadi homogen. Hal ini dilakukan agar memaksimalkan eugenol yang akan di isolasi
oleh NaOH. Persamaan reaksi yang terjadi saat penambahan NaOH ialah sebagai berikut :
OH ONa

OCH 3 OCH 3

+ NaOH + H2O

CH2 CH2

Eugenol
Na-Eugenolat

Perlakuan selanjutnya ialah campuran ditambah dietil eter 10 mL. Dietil eter merupakan
palarut non polar sehingga bagian non eugenol atau komponen minyak cengkeh lain yang besifat
nonpolar dapat terlarut. Campuran minyak cengkeh, NaOH, dan dietil eter dimasukkan dalam
corong pisah, tutup corong pisah dengan rapat. Corong pisah dikocok dengan kuat dan sesekali
kran corong pisah dibuka untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan oleh senyawa volatile yang
terdapat pada campuran minyak cengkeh. Pengkocokan dengan corong pisah berfungsi agar
terjadi difusi antara pelarut dengan ekstrak sehingga terbentuk garam eugenolat agar senyawa
yang berbeda kepolarannya dapat terpisah dan mempercepat reaksi terjadi. Pengkocokan
dihentikan apabila sudah tidak ada gas yang keluar melalui kran dan tidak ada gelembung serta
pada campuran telah terbentuk 2 fasa Fasa yang dihasilkan yaitu fasa polar (natrium eugenolat)
pada bagian bawah dan fasa non polar berada di atas (dietil eter). Fasa polar yang berwarna coklat
tua kemudian ditampung dalam gelas beaker. Fasa yang di pisahkan dan ditempatkan di gelas
beaker yaitu fase polar (natrium eugenolat).
Fase non polar yang berada di atas di ekstraksi kembali menggunakan NaOH 10% sebanyak
10 mL. Campuran tersebut di kocok kuat kuat seperti pengocokan pertama.pengulangan ekstraksi
ini dilakukan untuk memaksimalkan dalam mengisolasi eugenol dalam fasa non polar. Ekstraksi
kedua ini dilakukan agar sisa sisa eugenol pada fasa non polar menjadi garam eugenolat.
Perlakuan selanjutnya yaitu penambahan HCl 25% tetes demi tetes hingga mempunyai pH ±3
yang dapat diamati dengan menggunakan kertas lakmus biru menjadi berwarna merah.
Penambahan HCl yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu sebanyak 400 tetes. Reaksi yang
terjadi pada proses penambahan HCl ini yaitu sebagai berikut:
ONa OH

OCH 3 OCH 3

+ HCl + NaCl

CH2 CH2

Na-eugenolat Eugenol

Penambahan HCl berfungsi untuk mengikat senyawa non-eugenol yang menyebabkan


terbentuknya eugenol bebas. Larutan asam klorida dapat membebaskan eugenol dari garam
natrium, dengan cara H+ dari HCl mensubstitusi Na+ pada natrium eugenolat sehingga akan
diperoleh eugenol kembali. Campuran tersebut kemudian di tuang kedalam corong pisah kemba;li
untuk di kocok. Proses pengocokan untuk mempercepat pemisahan antara dua larutan dan
campuran didiamkan bertujuan agar dapat terbentuk dua fasa dengan jelas. Fasa yang terbentuk
yaitu fasa polar (anorganik) yang berada dibagian bawah dan fasa nonpolar (organik) yang berada
pada bagian atas. Fasa non polar yang berwarn coklat tua kemudian ditampung dan dilanjutkan
dengan proses evaporasi. Perlakuan evaporasi ini memiliki tujuan yaitu untuk menguapkan
pelarut dietil eter yang masih tersisa dalam campuran proses penguapan diusahakan hingga suhu
50oC, dimana dietil eter yang memiliki titik didih 34,6oC akan menguap pada suhu tersebut.
Penguapan dilakukan hingga volume minyak cengkeh 7 mLdari yang semula 17 mL.
Perlakuan selanjutnya ialah minyak cengkeh ditambahkan dengan kristal MgSO4 perlakuan
ini bertujuang untuk mengikat air yang masih tersisa. Persamaan reaksi yang terjadi saat
penambahan MgSO4 ialah sebagai berikut :

MgSO4 + 2 H2O Mg(OH)2 + H2SO4

Hasil yang didapat setelah larutan bagian bawah dalam beaker glass larut sebagian. Larutan
eugenol yang telah didapatkan selanjutynya didekaqntasi untuk memisahkan dengan MgSO4..
Perlakuan selanjut nya ialah uji eugenol dengan penambahan FeCl3 hasil yang diperoleh adalah
larutan yang diuji berubah menjadi warna ungu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa larutan
mengandung eugenol karena sesuai dengan literatur . Hasil yang didapatkan pada praktikum ini
ialah eugenol sebanyak 6,759 gram dengan rendemen sebesar 28,9%. Reaksi eugenol dengan
FeCl3 adalah :
OH Cl

OCH 3 OCH 3
3 + FeCl 3 3 + Fe(OH) 3

CH2 CH2

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum isolasi eugenol dari minyak cengkeh kali ini
ialah sebagai berikut :
1. Teknik pemisahan cara kimia (cair-cair) adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan
dengan menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya. Eugenol di ekstraksi menggunakan
NaOH menjadi garam natrium eugenolat.
2. Isolasi eugenol dilakukan dengan mengekstraksi eugenol dengan NaOH sehingga menjadi
garam Natrium Eugenolat dan dilanjutkan diekstraksi dengan dietil eter. Mendapatkan
eugenol kembali dilakukan dengan mereaksikan Na-Eugenolat dengan HCl. Eugenol yang
dihasilkan sebanyak 6,759 gram dengan rendemen 28% dan dapat diamati eugenol berwarna
ungu saat diuji dengan FeCl3.

Referensi
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IVB. Jakarta: Universitas Indonesia.
Jayanudin. 2011. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh dari Proses Penyulingan Uap:
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 10 No. 1, 37-42.
Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sani, R. N. et al. 2014. Analisis Rendemen dan Skrining Fitokimia Ekstrak Mikroalga: Jurnal
Pangan dan Agroindustri, Vol. 2 No.2 p. 11-126.
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Magnesium Sulfat anhidrat. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
Sciencelab. 2019. Material Safety Data Sheet Akuades. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
ScienceLab. 2019. Material Safety Data Sheet Kloroform. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Besi (III) Klorida. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Besi Asam Klorida. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Besi Minyak Cengkeh. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet Besi Natrium Hidroksida. [Serial Online].
www.sciencelab.com [Diakses tanggal 30 Maret 2019].

Svehla, G. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media
Pustaka.
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB press.

Saran
Saran pada praktikum isolasi eugenol dari minyak cengkeh kali ini ialah praktikan harus
memastikan campuran minyak cengkeh dan NaOH 10% benar benar homogen terlebih dahulu
agar mendapatkan Na-Eugenolat yang maksimum. Praktikan juga harus berhati hati saat
meneteskan HCl dengan menggunakan Lab Safety Use yang benar, praktikan juga harus
memahami prosedur kerja dengan baik agar praktikum berjalan dengan lancar.

Nama Praktikan
Prastito Hafiz Rachmanda (171810301055)
Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai