Anda di halaman 1dari 12

Paraf

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Judul : Ekstraksi Minyak Cengkeh
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (padat-cair).
2. Mempelajari teknik ekstraksi minyak cengkeh dari bunga cengkeh.

Pendahuluan
Ekstraksi merupakan salah satu bentuk pemisahan komponen campuran dengan campuran
lainnya. Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak
dapat saling campur dan digunakan untuk mengambil zat terlarut tersebut dari suatu pelarut ke
pelarut lainnya. Ekstraksi larutan adalah suatu teknik pemisahan dimana suatu larutan/cairan yang
pada hakikatnya tidak bercampur dengan zat tersebut, sehingga menimbulkan perpindahan satu
zat atau lebih zat yang terlarut dalam pelarut yang kedua. Pemisahan yang dapat dilakukan
bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah. Kasus pemisahan yang banyak terjadi dapat
dilakukan dengan mengocok campuran tersebut dalam sebuah corong pisah dalam beberapa
waktu tertentu Metode ekstraksi terdiri maserasi, perkolasi, reflux, dan sokhlet (Basset, 1994).
Ekstraksi dapat diklasifikasikan menjadi bentuk campuran dan proses pelaksanaannya.
Berdasarkan bentuk campurannya, ekstraksi dibagi menjadi dua yaitu: ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-cair (leaching) merupakan zat yang diekstraksi berada dalam
campuran yang berbentuk padatan dan suatu proses yang melibatkan perpindahan massa antar
fasa. Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut menunjukkan seberapa jauh
sistem berada dari kesetimbangan, sehingga akan menentukan pula laju zat terlarut antar fasa.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik dikarenakan komponen terlarut kemudian
dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi jenis ini
banyak digunakan didalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung didalam bahan
alam seperti steroid, hormon, antibiotika, dan lipida pada biji-bijian (Lucas & Pressman, 1949).
Ekstraksi cair-cair merupakan zat yang diekstraksi teradapat pada campuran yang
berbentuk cair dan sering disebut juga sebagai ekstraksi pelarut yang banyak digunakan untuk
memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air. Metode ekstraksi
cair-cair ini, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu.
Ekstraksi yang sederhana dan sering dilakukan yaitu ekstraksi bertahap. Tekniknya yaitu dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong
pisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada
kedua pelarut, kemudian setelah didiamkan beberapa saat maka akan terbentuk dua lapisan, dan
lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan
analisa selanjutnya (Yazid, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi padat-cair (leaching) yaitu jumlah
kontituen (solute) dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan, dan ukuran partikel.
Mekanisme proses leaching dimulai dari perpindahan solvent kemudian difusi ikatan solute-
solvent ke permukaan solid ke dalam badan pelarut. Perpindahan solvent ke permukaan terjadi
sangat cepat dimana berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan solvent sehingga
kecepatan difusi campuran solute-solvent ke permukaan solid merupakan tahapan yang
mengontrol keseluruhan proses leaching. Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi yaitu suhu,
luas permukaan partikel, pelarut, perbandingan solute-solvent, kecepatan dan lama pengadukan.
Cara distilasi dilakukan untuk memisahkan minyak dari pelarutnya (Pramudono dkk, 2008).
Prinsip ekstraksi padat-cair adalah suatu kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang
kompleks dari suatu bahan padat yang dapat larut pada suatu pelarut tertentu (Fajriati dkk, 2011).
Refluks adalah salah satu metode sintesis senyawa anorganik. Metode refluks ini
digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut yang volatil. Kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk
uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi. Aliran gas N2
diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa
organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Kelebihan metode ini
adalah waktunya lebih singkat, terjadi kontak langsung dengan pelarut secara terus menerus, dan
pelarut yang digunakan lebih sedikit sehingga efektif dan efisien (Harborne, 1996).
Proses pemanasan dilakukan dengan menambahkan batu didih (boiling chips). Batu didih
merupakan benda tidak rata dan berpori, biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang dipanaskan.
Batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium, karbonat, porselen maupun karbon atau bahan yang
tidak bisa larut dalam cairan yang dipanaskan. Fungsi penambahan batu didih yaitu untuk
meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih. Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara
pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan. Larutan yang dipanaskan akan menjadi
superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa
menimbulkan letupan atau ledakan apabila tidak menggunakan batu didih. Batu didih tidak boleh
dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya dikarenakan akan terbentuk uap panas
dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum
cairan itu mulai dipanaskan, tetapi jika batu didih akan dimasukkan di tengah-tengah pemanasan,
maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu. Penggunaan batu didih tidak secara berulang-
ulang karena pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat pengotor (Imam, 1990).
Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman asli Maluku (Indonesia) yang
tergolong ke dalam keluarga tanaman Myrtaceae pada ordo Myrtales yang merupakan tanaman
herbal telah lama digunakan di negara-negara Timur Tengah dan Asia. Cengkeh digunakan
sebagai obat tradisional dalam penyembuhan berbagai macam penyakit, dan juga penyedap
masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol, yang merupakan senyawa
utama (72-90%). Eugenol juga memiliki sifat antiseptik dan anestetik. Analisis senyawa daun
cengkeh dengan metode GC-MS didapatkan senyawa eugenol 74,28%, eucalyptol 5,78%,
kariofilen 3,85%, α-cardinol 2,43%, limonen 2,08% (Waell, 2018).
Minyak daun cengkeh dalam kehidupan sehari-hari sering dimanfaatkan sebagai bahan
penyedap makanan, kosmetik, parfum, obat-obatan, dan pestisida nabati. Minyak atsiri
merupakan campuran senyawa organik yang terdiri dari berbagai macam komponen yang
berlainan, sehingga minyak atsiri bukan termasuk senyawa murni. Komponen minyak atsiri yaitu
senyawa yang mengadung atom C, H, dan O yang tidak bersifat aromatik dan secara umum
disebut terpenoid. Eugenol dan karyofilena merupakan senyawa utama penyusun utama minyak
atsiri (Purnawati, 2000).
Eugenol (C10H12O6) merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai alil,
dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil)fenol. Eugenol dapat dikelompokkan
dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Eugenol mempunyai warna bening
hingga kuning pucat dan bentuknya kental seperti minyak. Eugenol sedikit larut dalam air namun
mudah larut dalam pelarut organik. Aromanya yang menyegarkan dan pedas seperti bunga
cengkeh kering sehingga sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut. Gambar molekul
dari eugenol adalah sebagai berikut :

O CH2
H3C

HO
2-methoxy-4-(prop-2-en-1-yl)phenol
Gambar 1.1 Struktur Eugenol
(Sumber : Kardinan, 2005).
Karyofilena C15H24 dibedakan atas tiga nama, yaitu α-, β- dan ɣ- kariofilen. Nama
α-kariofilen telah diganti dengan nama humulen (I), β-kariofilen dinamakan kariofilen (II),
sedangkan ɣ-kariofilen disebut isokariofilen (III). Kariofilen memiliki massa molar 204,36 g/mol,
densitas 0,9052 g/cm3 , dan titik didih 254-257ᶛC. Kandungan minyak cengkeh terdapat
α- dan β-kariofilen dengan jumlah 5% - 12%. β-kariofilen adalah jenis terpenoid yang dikenal
sebagai sesquiterpenoid. Β-kariofilen berguna sebagai zat anti-inflamasi.

𝛽 − 𝐶𝑎𝑟𝑦𝑜𝑝ℎ𝑦𝑙𝑙𝑒𝑛𝑒
Gambar 1.2 Struktur Karyofilena
(Sumber : Kardinan, 2005).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada percobaan ini yaitu menggunakan prinsip refluks dan ekstraksi cair-
cair. Metode refluks dilakukan dengan menguapkan suatu pelarut volatil yang akan mudah
menguap pada suhu tinggi, kemudian uapnya didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam alas
bulat sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Metode ekstraksi cair-cair
pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase polar (anorganik) dan sebagian larut pada fase nonpolar
(organik). Fase nonpolar (organik) yang nantinya akan terektraksi. Uji positif adanya eugenol
dapat ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada residu ketika ditambah larutan FeCl3.

Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : 1 set alat refluks,
beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet tetes, rotary evaporator, kertas
saring, dan timbangan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : bunga cengkeh,
diklorometana, MgSO4 anhidrat, FeCl3 5%, batu didih dan akuades.

Prosedur Kerja
Bunga cengkeh sebanyak 25 gram dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 mL,
kemudian ditambahkan 100 mL akuades dan beberapa batu didih. Labu dengan kondensor
disambungkan dan disetting menjadi alat refluks. Campuran direfluks pada temperatur 100oC
selama 30 menit, lalu disaring dalam kondisi hangat dan dinginkan filtrat pada temperatur ruang.
Filtrat dipindahkan ke dalam corong pisah. Minyak cengkeh diekstrak dalam filtrat menggunakan
25 mL diklorometana, selanjutnya dipisahkan fraksi diklorometana dengan fraksi berair.
Ekstraksi minyak cengkeh diulangi satu kali lagi dengan 25 mL diklorometana. Fraksi
diklorometana yang diperoleh digabung lalu dikeringkan dengan menambahkan sedikit MgSO 4
anhidrat. Fraksi diklorometana dipisahkan dengan garamnya (MgSO4 anhidrat), kemudian
diklorometana diuapkan dengan evaporator. Minyak cengkeh ditimbang dan dihitung
randemennya. Minyak cengkeh diuji dengan larutan FeCl 3 5%.

Waktu yang dibutuhkan


No Kegiatan Waktu
1. Persiapan praktikum 10 menit
2. Proses refluks 30 menit
3. Proses ekstraksi minyak cengkeh dengan diklorometana 60 menit
4. Proses penguapan dan penimbangan minyak cengkeh 20 menit
TOTAL 120 menit

Data dan Perhitungan


a. Data
No. Bahan Perlakuan Hasil pengamatan
25 gram bunga
1. - Coklat terang
cengkeh
+ 100 ml aquades +
25 gram bunga Menjadi
2. batu didih, lalu
cengkeh berwarna kuning coklat
dietraksi
3. Hasil ektraksi + 25 ml Dikocok hingga gas terbentuk dua fasa yaitu bagian
diklorometana nya habis atas berwarna kuning
kecoklatan dan fasa bawah
kuning pucat
terbentuk dua fasa yaitu bagian
Hasil ektraksi + 25 ml Dikocok hingga gas atas berwarna kuning
4.
diklorometana nya habis kecoklatan dan fasa bawah
kuning pucat
Bagian bawah
5. + MgSO4 anhidrat Berwarna kuning pucat
(eugenol)
Dipanaskan hingga Terbentuk minyak cengkeh
6. Eugenol bebas air
kering yang berwarna kuning
Berubah warna menjadi ungu
7. Minyak cengkeh + FeCl3 5% (10 tetes)
kehitaman
b. Data dan Perhitungan
Massa Cengkeh = 25,07 gram
Volume air (pelarut cengkeh )= 100 mL
Massa erlenmyer kosong = 91,00 gram
Massa erlemyer + minyak = 112,34 gram
Massa Minyak = (Massa Erlenmyer + Minyak) – Massa erlenmyer kosong
=11,34 gram – 91,00 gram
= 21,34 gram
Rendemen Eugenol
massa yang diperoleh
randemen = x 100%
massa sampel awal
21.34 g
randemen = x 100%
25,07
randemen = 85 %

Hasil
No. Gambar Keterangan

1. Ekstraksi bunga cengkeh


Penyaringan dalam kondisi hangat hasil
dari ekstraksi bunga cengkeh dan
2.
dilakukan pendinginan pada temperatur
ruang.

Filtrat yang didapatkan kemudian


3. dipindahkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan 25 mL diklorometana

Ekstraksi untuk memisahkan eugenol


4. dengan air dengan dilakukan pengocokan
sampai gas habis.

Memisahkan fase air berwarna coklat, dan


5.
eugenol berwarna putih.

Penguapan eugenol yang sebelumnya

6. ditambahkan MgSO4 anhidrat, kemudian


dipisahkan dari garamnya dengan proses
dekantasi.

7. Penguapan dilakukan sampai kering


Diuji minyak cengkeh yang didapatkan
dengan larutan FeCl3 5% sampai terjadi
8. perubahan warna dari kuning menjadi
coklat keunguan dan ditimbang minyak
yang didapatkan.

Pembahasan
Percobaan kali ini membahas tentang ekstraksi minyak cengkeh. Ekstraksi merupakan
salah satu bentuk pemisahan komponen campuran dengan campuran lainnya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Percobaan kali ini menggunakan metode refluks dan ekstraksi
cair-cair. Metode refluks merupakan metode yang dilakukan dengan menguapkan suatu pelarut
yang kemudian uapnya didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam alas bulat sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Metode ekstraksi cair-cair merupakan zat yang
diekstraksi teradapat pada campuran yang berbentuk cair (Yazid, 2010).
Percobaan ini menggunakan bunga cengkeh sebagai sampel yang akan diekstrak.
Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu bunga cengkeh ditimbang sebanyak 25 gram. Bunga
cengkeh yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat 250 mL kemudian
ditambahan air sebanyak 100 mL. Akuades ditambahkan untuk menurunkan titik didih minyak
atsiri sehingga dapat menguap pada suhu yang lebih rendah daripada titik didihnya. Akuades
digunakan dikarenakan akuades merupakan pelarut yang cocok untuk mengekstraksi bahan pada
percobaan ini. Batu didih ditambahkan setelah penambahan akuades yang berfungsi untuk
meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih. Labu alas bulat digunakan sebagai wadah dari sampel yang akan
diekstrak. Labu alas bulat diberi vaselin ataupun tutup karet yang bertujuan agar tidak terjadi
kebocoran uap yang dapat mempengaruhi hasil.
Perlakuan selanjutnya yaitu labu alas bulat yang bersisi campuran bunga cengkeh dan
akuades disambungkan dengan kondensor serta di setting menjadi alat refluks. Campuran
kemudian direfluksi selama 30 menit hingga campuran berwarna coklat pekat. Fungsi dari
pemanasan pada labu alas bulat yaitu agar air terserap kedalam pori-pori cengkeh sehingga
mengeluarkan minyak atsiri karena adanya tekanan osmotik. Minyak atsiri yang terkandung
dalam cengkeh tersebut akan menguap terlebih dahulu karena titik didih dari minyak atsiri lebih
rendah daripada akuades. Uap kemudian dilewatkan dalam kondensor untuk proses pendinginan.
Fungsi kondensor adalah untuk mendinginkan uap, sehingga uap yang melewati kondensor
tersebut akan berubah wujud dari uap menjadi cair kembali. Proses pendinginan terjadi karena di
dalam kondensor dialiri air. Air ini dialiri dari bagian bawah kemudian dibuang di bagian atas
yang bertujuan agar alat tidak mudah pecah, jika air dimasukkan dibagian atas maka akan terjadi
pertemuan suhu panas dari uap dengan suhu dingin dari air. Uap yang telah melewati kondensor
dan mengalami perubahan fase menjadi cairan, dan cairan tersebut akan turun lagi ke dalam alas
bulat sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Larutan yang telah melalui metode refluks selanjutnya dilakukan proses penyaringan
dalam keadaan hangat dengan menggunakan kertas saring. Penyaringan yang dilakukan pada
keadaan hangat dikarenakn untuk menghilangkan pengotor yang tidak larut dan menghindari
terjadinya penggumpalan, sehingga mudah untuk disaring. Penyaringan menggunakan kertas
saring dikarenakan endapan yang dihasilkan lebih besar ukurannya dari pada ukuran pori kertas
saring sehingga endapan tidak ikut bercampur dengan filtratnya. Filtrat hasil penyaringan
kemudian didinginkan pada suhu ruang. Filtrat yang telah didinginkan pada suhu ruang,
kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah. Filtrat yang berada dalam corong pisah
ditambahan 25 mL diklorometana. Fungsi penambahan diklorometana adalah mengikat minyak
cengkeh agar terpisah dengan pelarut air. Corong pisah merupakan suatu alat yang digunakan
untuk memisahkan dua cairan yang tidak dapat bercampur dikarenakan adanya perbedaan
kepolaran. Corong pisah yang berisi larutan kemudian dikocok dengan arah yang sama secara
hati-hati dan sesekali dibuka tutup corong pisahnya agar gas yang terbentuk dari pengocokan
dapat keluar. Keran corong pisah pada bagian bawah harus dibuka pada saat gas terbentuk, hal ini
bertujuan untuk menghindari tekanan yang terlalu besar dan pengocokan dilakukan secara
hati-hati agar 2 fase yang dapat dihasilkan maksimal . Tekanan yang besar dalam corong pisah
dapat mengakibatkan corong pisah akan pecah apabila tidak segera dikeluarkan. Gas yang
dihasilkan dari proses pengocokan berupa gas diklorometana. Larutan pada corong pisah
kemudian dilakukan pengocokan agar larutan terpisah menjadi 2 fasa karena adanya perbedaan
kepolaran. Dua fase yang berpisah adalah dua larutan yang memiliki masa jenis yang berbeda.
Masa jenis yang berbeda inilah yang membuat dua larutan tersebut tidak bisa bercampur
(Yazid, 2005).
Hasil larutan yang telah dikocok kemudian didiamkan. Pendiaman pada larutan bertujuan
untuk memberi waktu pembentukan dua fase yang memiliki kepolaran berbeda. Pendiaman
dilakukan hingga terbentuk dua fase yang berbeda, dimana bagian atas yang berwarna coklat
merupakan fase polarnya yaitu air, sedangkan fase bagian bawah yang berwarna bening
kekuningan merupakan fase nonpolar yaitu diklorometana dan minyak cengkeh. Minyak cengkeh
yang bersifat non-polar akan terikat pada diklorometana yang bersifat non-polar juga. Hal ini
berdasarkan prinsip like dissolve like dimana kelarutan suatu zat hanya dapat larut pada pelarut
yang sejenis sehingga zat yang bersifat non-polar akan larut pada pelarut non-polar dan
sebaliknya. Diklorometana berada pada bagian bawah dikarenakan massa jenis diklorometana
lebih besar dibandingkan massa jenis air. Massa jenis diklorometan sebesar 1,33 g/cm3 sedangkan
massa jenis air sebesar 0,9991 g/cm3 (LabChem, 2020). Fase bagian bawah dipisahkan dari
corong pisah kemudian ditambahkan dengan MgSO4 anhidrat. Fungsi penambahan MgSO4
anhidrat adalah untuk mengikat sisa-sisa air yang masih ada dalam fase bagian bawah yang
ditampung. Penambahan MgSO4 anhidrat ini akan menghasilkan endapan putih yang merupakan
air yang terikat dengan MgSO4 anhidrat. Reaksi yang terjadi pada MgSO4 ini adalah:
MgSO4.H2O (aq)  Mg(OH)2 (aq) + H2SO4 (aq)
Hasil yang didapat setelah penambahan MgSO4 anhidrat kemudian didekantasi. Fungsi
dekantasi larutan yaitu untuk memisahkan campuran minyak cengkeh dan diklorometana dengan
MgSO4. Larutan bagian atas diambil kemudian dipanaskan. Tujuan dilakukan pemanasan adalah
untuk menguapkan diklorometana. Diklorometana yang memiliki titik didih 39,6oC mudah
menguap jika dipanaskan. Pemanasan yang dilakukan akan menyisakan minyak cengkeh yang
ada pada dasar gelas beaker. Minyak cengkeh yang tersisa dari proses pemanasan kemudian
ditimbang sehingga massa minyak cengkeh yang diperoleh sebesar 21,34 gram. Randemen yang
dihasilkan sebesar 85%. Minyak cengkeh kemudian diuji dengan FeCl3 5%. Fungsi pengujian
dengan FeCl3 5% adalah untuk menunjukkan adanya kandungan eugenol atau tidak. Endapan
yang bersifat nonpolar (setelah didekantasi) tersebut ditambahkan dengan FeCl 3 yang bersifar
polar, uji ini menunjukkan positif mengandung eugenol jika terbentuk warna ungu kehitaman.
Minyak yang mengandung eugenol saat diuji dengan FeCl 3 5% akan menghasilkan perubahan
menjadi warna ungu kehitaman. Perubahan warna ini diakibatkan karena minyak yang dihasilkan
bersifat non polar kemudian diuji dengan FeCl 3 yang bersifat polar (Kardiman,2005). Struktur
eugenol yaitu sebagai berikut:
OH
H3C O

CH2

Eugenol

Gambar 2. Struktur eugenol


(Sumber : Kardinan, 2005)
Hasil minyak yang didapat setelah diuji dengan FeCl 3 5% menunjukkan adanya perubahan warna
menjadi coklat keunguan.
Hasil yang diperoleh pada percobaan kelompok kami adalah diklorometana dan minyak
cengkeh pada fase bagian bawah yang diperoleh pada proses pemisahan sangat sedikit. Proses
pemisahan antara fase diklorometana dan fase air berlangsung lama dan sulit terbentuk 2 fase, hal
tersebut dikarenakan pengocokan pada corong pisah dilakukan dengan cepat. Larutan pada
corong pisah jika dilakukan pengocokan secara cepat akan menyebabkan terbentuknya
gelembung dan terdapat gumpalan atau emulsi sehingga dua fase yang berbeda sulit dipisahkan.
Percobaan kelompok kami dilakukan sampai penambahan MgSO4 anhidrat dikarenakan telah
kehabisan waktu.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ekstraksi minyak cengkeh yaitu sebagai
berikut:
1. Teknik pemisahan minyak cengkeh dilakukan dengan menggunakan metode refluks. Metode
refluks dilakukan dengan menguapkan suatu pelarut yang kemudian uapnya didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam alas bulat sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung.
2. Teknik ekstraksi minyak cengkeh dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi cair-
cair. Ekstraksi cair-cair merupakan zat yang diekstraksi teradapat pada campuran yang
berbentuk cair. Proses ekstraksi cair-cair pada percobaan ini dibantu dengan menambahkan
cairan diklorometana sehingga minyak cengkeh dapat dipisahkan dengan pelarut airnya.
Hasil randemen adalah 85%.

Referensi
Basset, J. R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa
Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Fajriati, I., Rizkiyah, M., Muzakky. 2011. Studi Ekstraksi Padat Cair Menggunakan Pelarut HF
dan HNO3 pada Penentuan Logam Cr dalam Sampel Sungai di sekitar Calon PTLN
Muria. Jurnal Ilmu Dasar. Vol.12(1). Hal : 22.
Harborne. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung :
ITB.
Imam, Khasani. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta : Gramedia.
Kardinan, Agus. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Lucas, H.J., dan Pressman, D. 1949. Principles and practice in organic chemistry.
New York: John Wiley and Sons.

Purnawati. 2000. Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Malang: Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya.

Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jember: FMIPA Universitas
Jember.
Yazid, E.2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.
Wael1, Syahran, Ferymon Mahulette, Theopilus Wilhelmus Watuguly, dan Didik Wahyudi.2018.
Pengaruh Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) terhadap Limfosit dan makrofa
Mencit. Traditional Medicine Journal. Vol : 23(2). Hal : 79.

Saran
Saran pada percobaan kali ini adalah sebaiknya alat set refluks dipasang dengan benar agar
tidak terjadi kebocoran pada saat proses refluks berlangsung. Pengocokan pada corong pisah
dilakukan dengan pelan-pelan agar pemisahan antara dua fasa dapat terbentuk. Praktikan
sebaiknya lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan ekstraksi cair-cair pada percobaan ini,
agar hasil yang didapat sesuai dengan literatur. Praktikan juga harus memerhatikan waktu yang
telah diberikan agar dapat menyelesaikan percobaan dengan baik.

Nama Praktikan
Nur Saidah Kholiliyah (181810301056)

Anda mungkin juga menyukai