Anda di halaman 1dari 7

ACC NILAI

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


EKSTRAKSI MINYAK CENGKEH
Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pemisahan cara kimia (Padat-Cair)
2. Mempelajari teknik ekstraksi minyak cengkeh dari bunga cengkeh
Pendahuluan
Minyak atsiri adalah suatu zat cair yang mudah menguap apabila bercampur dengan senyawa
padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya. Minyak atsiri merupakan senyawa minyak
yang berasal dari tumbuhan. Minyak atsiri pada tumbuhan biasanya terletak pada bagian akar, batang,
daun, biji, dan bunganya. Minyak atsiri memuliki sifat yaitu mudah menguap apabila dibiarkan di
udara terbuka. Minyak atsiri memiliki bau yang khas seperti tumbuhan aslinya. Minyak atsiri pada
umumnya tidak memiliki warna tetapi karena mengalami oksidasi dan pendanaran, warnanya menjadi
berwarna gelap. Minyak atsiri karena sifatnya yang mudah menguap, sehingga sering disebut minyak
menguap, minyak eteris, atau minyak esensial. Kelarutan minyak atsiri didalam pelarut organik dan
kelarutan di dalam air diperoleh dari batang , daun, bunga, akar dan biji (Ketaren, 1990).
Minyak atsiri memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia sejak berabad-abad
tahun yang lalu. Tanaman penghasil minyak atsiri di perkirakan berjumlah 150-200 jenis tanaman.
Tanaman-tanaman tersebut masuk kedalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae,
Myrtaceae, dan umbeliferae. Minyak atsiri dapat bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu buah,
bunga, batang, biji, kulit buah, dan akar. Cengkeh dan sereh merupakan salah satu penghasil minyak
atsiri (Richards, 1994).
Pohon cengkeh merupakan sebuah pohon yang memiliki bau yang khas yang berasal dari
minyak atsiri yang terdapat pada bunga (10-20%), tangkai (5-10%), dan daun (1-4%). Komponen
terbesar yang terdapat dalam minyak atsiri cengkeh adalah eugenol sebesar 70-80%. Komponen lain
yang terdapat di dalam cengkeh adalah 8,01% eugenyl asetat dan 3,56% 𝛽-caryophyllene
(Nurjannah, 2004).
Minyak daun cengkeh merupakan salah satu komoditi ekspor yang menjanjikan di indonesia.
Minyak cengkeh mengandung banyak komponen diantaranya eugenol. Eugenol merupakan suatu
senyawa fenol yang disebut sebagai alkohol siklis monohidroksi sehingga dapat bereaksi dengan basa
kuat. Eugenol mempunyai rumus C10H12O2. Eugenol merupakan salah satu komponen kimia dari
minyak cengkeh yang memiliki wujud cair seperti minyak dan berwarna kuning pucat. Eugenol dapat
digunakan sebagai bahan baku dari pembuatan parfum serta dapat digunakan sebagai antiseptik dan
anastesi. Eugenol akan membentuk suatu senyawa fenolat yang akan mengikat kelarutannya dalam
air apabila bereaksi dengan alkali hidroksida (Guetter, 1990).
Eugenol yang terkandung di dalam minyak cengkeh dapat di pisahkan dengan cara
direaksikan dengan basa alkali encer (penggaraman). Eugenol juga dapat di pisahkan dari minyak
daun cengkeh dengan menggunakan asam-basa anorganik dan ekstraksi. Metode ekstraksi dilakukan
dengan cara mengekstrak komponen-komponen non eugenol yang terdapat di dalam air atau larutan
non eugenolat dengan bantuan dari corong pemisah. Ekstraksi yang digunakan tersebut disebut
dengan ekstraksi cair-cair (Rusli, 1980).
Senyawa organik akan lebih larut dalam pelarut air di bandimgkan dalam pelarut organik
(koefisien distribusi antara pelarut organik dan air kecil). Ekstraksi senyawa dengan koefisien
senyawa yang kecil di antara pelarut air dan pelarut organik biasanya akan memerlukan pelarut
organik dalam jumlah yang banyak. Penggunaan banyak pelarut organik tersebuta dapat diatasi
dengan ekstraksi kontinu dimana volume pelarut yang digunakan relatif kecil. Teknik ekstraksi cair-
cair kontinu, pelarut yang digunakan dapat di daur ulang menjadi campuran yang mengandung air
sehingga penyusunnya dapat di ekstraksi dengan senyawa lain (Fessenden, 1993).
Ekstraksi senyawa dengan komposisi campuran rendah diantara pelarut organik dan air
biasanya membutuhkan pelarut organik yang lebih banyak. Senyawa organik akan lebih larut dalam
suatu pelarut air dibandingkan dengan pelarut organik. Teknik ekstraksi cai-cair dapat direaksikan
dengan pelarut lain apabila pelarutnya di daur ulang menjasi campuran yang mengandung air
(Fessende, 1993).
Ekstraksi merupakan sistem perubahan dari minyak atsiri yang bahan bakunya memiliki
rendemen kecil, dapat rusak pada suhu tinggi dan kebanyakan dapat larut dalam air. Ekstraksi
biasanya digunakan untuk bahan baku minyak atsiri berupa bunga. Bunga penghasil minyak atsiri
yang menggunakan metode ekstraksi adalah bunga mawar, bunga melati, dan bunga sedap malam.
Ekstraksi dibedakan menjadi tiga yaitu ekstraksi dengan pelarut menguap, ekstraksi dengan lemak
dingin, ekstraksi dengan lemak panas. Ekstraksi yang paling sering digunakan biasanya adalah
ekstraksi dengan pelarut menguap. Prinsip metode dengan pelarut menguap yaitu dengan melarutkan
minyak atsiri ke dalam bahan pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang paling sering
digunakan biasanya adalah alkohol, etanol, kloroform, aseton, petroleum eter, dan etil asetat 96%
(Rusli, 2010).
Ekstraksi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak yang
berasal dari bahan yang dianggap mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi memiliki bermacam-
macam cara, yaitu: rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanicsal expression, dan solvent
extraction. Rendering merupakan suatu cara mengekstraksi minyak atau bahan yang dianggap
mengandung minyak atau lemak dengan menggunakan kadar air yang tinggi. Rendering dibagi
menjadi dua cara menurut pengerjaannya, yaitu dry rendering dan wet rendering. Dry rendering
merupakan cara rendering tanpa menambahkan air selama proses berlangsung. Pemanasan dilakukan
pada suhu 220 oF sampai 230 oF (105 oC - 110 oC). Ampas yang di peroleh dar bahan yang telah
diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan akan
dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan diatas ketel. Wet
rendering adalah proses rendering dengan menambahkan air selama proses pemanasan. wet rendering
ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan temperatur tinggi serta tekanan 40-60 psi.
penggunaan temperatu rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral
dari minyak atau lemak (Kataren, 1986).
Ekstraksi padat cair (leaching) adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke
dalam pelarutnya. Proses ekstraksi padat – cair merupakan proses yang bersifat fisik karena
komponen yang terlarut akan di kembalikan pada keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam
solven pereaksinya. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatannya hanya sedikit yang larut
karena efektivitasnya (Lucas, 1949).
Ekstraksi padat – cair dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu jumlah solute,
distribusi solute dalam padatan, sifat padatan dan ukuran partikel. Proses leaching di tandai dengan
perpindahan solven dari larutan ke permukaan solid (adsorbsi), diikuti dengan difusi solvent ke dalam
solid dan pelarut solut oleh solvent kemudian di difusi ikatan solute solvent ke permukaan solid dan
desorbsi campuran solute solvent dari permukaan solidke dalam badan pelarut. Perpindahan solvent
ke permukaan akan terjadi sangat cepat, dimana berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan
solvent. Kecepatan difusi solute solvent ke permukaan solid merupakan tahapan yang mengontrol
keseluruhan proses leaching. Kecepatan difusi tergantung pada beberapa faktor yaitu: temperatur,
luas permukaan partikel, perbandingan solute dan solvent, kecepatan dan juga lama pengadukan.
Minyak dan pelarutnya dapat di pisahkan dengan cara distilasi (Pramudono, 2008).
Distilasi merupakan suatu teknik yang di dasarkan atas perbedaan titik didih atau titik cair
dari masing-masing zat penyusun campuran homogen. Distilasi akan mengalami dua proses yaitu
tahap penguapan yang akan di lanjutkan dengan tahap pengembunan kembali dari uap menjadi cair
atau padatan. Perangkat alat distilasi di dalamnya digunakan alat pemanas dan juga alat pendingin.
Proses distilasi di awali dengan pemanasan sampai zat dengan titik didih rendah akan mengalami
penguapan. Uap yang dihasilkan akan bergerak menuju kondensor, dimana peran kondensor adalah
sebagai pendingin. Proses pendinginan akan terjadi karena air dialirkan ke dalam dindding (bagian
luar kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali membentuk cairan. Proses yang distilasi
akan terjadi terus-menerus sampai akhirnya senyawa-senyawa yang ada pada campuran homogen
tersebut akan memisah (Annisa, 2014).
Distilasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-komponen dalam suatu larutan
berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan menggunakan
perbedaan volalitas dari komponen-komponennya. Transfer massa minyak dari butiran padatan ke
solvent meliputi dua proses seri, yakni difusi dalam padatan ke permukaan butiran dan trasfer massa
dari permukaan padatan ke solvent. Kecepatan perpindahan massa di kontrol oleh proses yang lambat
jika salah satu proses berlangsung cepat (Sutijan, 2009).
Ekstraksi yang sering di gunakan dalam pemisahan senyawa organik yaitu ekstraksi zat cair.
Ekstraksi zat cair merupakan suatu pemisahan zat yang berdasarkan perbandingan distribusi zat yang
terlarut kedalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Hasil yang baik akan di dapat apabila
kelarutannya dalam salah satu pelarut lebih besar daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut
lainnya. Harga K harus lebih besar atau lebih kecil dari suatu ekstraksi jangka pendek atau biasa
disebut proses pengorokan. Proses jangka panjang ekstraksinya menggunakan soxhlet dan dengan
pemanasan (Wasilah, 1978).

Material Safety Data Sheet (MSDS)


1. Akuades (H2O)
Akuades merupakan senyawa berbentuk cairan yang bersifat stabil, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa. Akuades memiliki berat molekul sebesar 18,20 g/mol. Akuades memiliki
titik didih sebesar 100℃ (212℉). Akuades memiliki pH = 7 (netral). Akuades merupakan senyawa
yaang relatif tidak berbahaya. Akuades tidak bersifat korosif, akuades tidak akan menimbulkan iritasi
pada kulit, Akuades tidak akan menimbulkan iritasi pada mata, akuades tidak berbahaya apabila
tertelan, akuades tidak memiliki bahaya apabila terhirup. Akuades merupakan senyawa yang yidak
mudah terbakar. Tindakan yang dapat kita lakukan apabila terkena tumpahan akuades adalah
menyerap tumpahan akuades dengan bahan kering dan tempatkan pada wadah pembuangan limbah
yang tepat. Perlindungan pribadi yang dapat kita lakukan di laboratorium adalah dengan cara
mengenakan kacamata pengaman dan jas laboratorium (ScienceLab, 2019).
2. Magnesium sulfat anhidrat (MgSO4)
Magnesium sulfat anhidrat adalah senyawa yang berupa padatan, yang memiliki berat
molekul sebesar 120.38 g/mol. Magnesium sulfat anhidrat merupakan senyawa yang mudah larut
dalam air dingin. Magnesium sulfat anhidrat merupakan senyawa yang stabil serta tidak bersifat
korosif di hadapan kaca. Magnesium sulfat anhidrat merupakan senyawa yang mudah terbakar.
Magnesium sulfat anhidrat akan bernahaya apabila tertelan, sedikit berbahaya jika terkena kulit
(iritan), akan menyebabkan iritasi apabila terjadi kontak mata, berbahaya bila tertelan. Tindakan
peretolongan yang dapat kita lakukan apabila terpapar magnesium sulfat anhidrat adalah siram mata
dengan air ± 15 menit, jaga agar kelopak mata tetap terbuka. Terjadi kontak kulit tindakan pertolonga
yang dapat kita lakukan adalah segera mencuci kulit yang terkena magnesium sulfat anhidrat dengan
banyak air, olesi dengan emolien. Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan apabila terhirup adalah
biarkan korban berada di area yang berventilasi baik. Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan
apabila tertelan adalah jangan memuntahkannya. Pertolongan medis juga dibutuhkan apabila gejala-
gejala yang dialami masih berlanjut. Perlindumgan pribadi yang dapat kita lakukan untuk
menghindari kecelakaan adalah menggunakan kacamata goggles, jas laboratorium, masker, sarung
tangan, dan juga sepatu bertutup (ScienceLab, 2019).
3. Besi(III) Klorida (FeCl3)
Besi(III) klorida mempunyai rumus kimia FeCl3. Besi(III) klorida mempunyai sifat fisik dan
sifat kimia yaitu berwujud padatan dan mempunyai pH sama dengan 2. Berat molekul FeCl 3 yaitu
162,21 g/mol. Titik didih besi(III) klorida yaitu 316ºC dan titik lelehnya yaitu 306ºC. Besi(III) klorida
berbahaya jika tertelan, terkena mata dan terkena kulit. Pertolongan pertama saat terhirup yaitu berlari
ke area yang berventilasi dan segera minta penanganan medis (Science Lab , 2019).
4. Dichloromethane
Dichloromethane merupakan senyawa cair yang tidak berbau, berbau manis, memiliki titik
leleh -95ºC dan titik didih 40ºC. Dichloromethane akan bernahaya apabila tertelan, sedikit berbahaya
jika terkena kulit (iritan), akan menyebabkan iritasi apabila terjadi kontak mata, berbahaya bila
tertelan. Tindakan peretolongan yang dapat kita lakukan apabila terpapar magnesium sulfat anhidrat
adalah siram mata dengan air ± 15 menit, jaga agar kelopak mata tetap terbuka. Terjadi kontak kulit
tindakan pertolonga yang dapat kita lakukan adalah segera mencuci kulit yang terkena magnesium
sulfat anhidrat dengan banyak air, olesi dengan emolien. Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan
apabila terhirup adalah biarkan korban berada di area yang berventilasi baik. Tindakan pertolongan
yang dapat dilakukan apabila tertelan adalah jangan memuntahkannya. Pertolongan medis juga
dibutuhkan apabila gejala-gejala yang dialami masih berlanjut. Perlindumgan pribadi yang dapat kita
lakukan untuk menghindari kecelakaan adalah menggunakan kacamata goggles, jas laboratorium,
masker, sarung tangan, dan juga sepatu bertutup (ScienceLab, 2019).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari ekstraksi padat – cair adalah adanya kemampuan suatu senyawa dalam suatu
mtriks kompleks dari suatu padatan yang dapat larut oleh suatu pelarut tertentu, dimana untuk
tercapinya kondisi optimum, senyawa harus dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang singkat,
pelarut jarus selektif melarutkan senyawa yang di kehendaki, senyawa analit memiliki konsentrasi
yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan kembali senyawa analit
dari pelarut pengekstraksi.
Alat
1 set alat refluks, beaker glass, batang pengaduk, corong pisah, gelas ukur, pipet tetes, rotary
evaporator, timbangan.
Bahan
Bunga cengkeh, diklorometana, MgSO4 anhidrat, FeCl3 5%.
Prosedur Kerja
Bunga cengkeh yang telah di timbang sebanyak 25 garam kemudian dimasukkan ke dalam
labu alas bulat 250 mL. Bunga cengkeh yang telah dimasukkan ke dalam labu alas bulat kemudian di
tambahkan dengan 100 mL akuades dan beberapa butir batu didih, kemudian labu di sambungkan
dengan kondensor dan di setting menjadi alat refluks. Campuran kemudian di refluks pada temperatur
100oC selama 30 menit dan di saring dalam kondisi hangant kemudian filtrat didinginkan pada
temperatur ruang. Filtrat yang telah di dinginkan kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah.
Minyak cengkeh yang terkandung di dalam filtrat di ekstrak dengan menggunakan 25 mL
diklorometana, dan di pisahkan fraksi diklorometana dengan fraksi berair. Minyak cengkeh kemudian
diekstrak kembai dengan 25 mL diklorometana, fraksi diklorometana yang diperoleh kemudian
digabung kemudian dikeringkan menggunakan MgSO4 anhidrat. Fraksi diklorometana kemudian di
pisahkan dengan garamnya (MgSO4 anhidrat). Diklorometana kemudian di uapkan dengan
evaporator, dan di timbang minyak cengkeh kemudian di hitung rendemennya. Minyak cengkeh yang
di peroleh kemudian di uji menggunakan FeCl3 5%.
Waktu

No. Perlakuan Durasi


1. Preparasi alat dan bahan 20 menit
2. Percobaan/ penelitian 120 menit
3. Post test 20 menit
Total 160 menit
Referensi

Anonim. 2017. Material Safety Data Sheet of Aquades [Serial Online] https://www.
sciencelab.com/MSDS.php?msdsId:9924285. Diakses tanggal 10 Maret 2019.

Anonim. 2017. Material Safety Data Sheet of Ferric Chloride [Serial Online] https://www.
sciencelab.com/MSDS.php?msdsId:9924033. Diakses tanggal 10 Maret 2019.

Anonim. 2017. Material Safety Data Sheet of Magnesium Sulfate [Serial Online] https://www.
sciencelab.com/MSDS.php?msdsId:9927218. Diakses tanggal 10 Maret 2019.

Annisa. 2014. Definisi Destilasi dan penertian proses distilasi. Jakarta : Erlangga
Fessenden, R. J. 1993. Organic Laboratory Techniques, Second Edition. Montana: University of
Montana.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IV. Penerjemah S. Ketaren. Jakarta : UI Press.
Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai pustaka
Ketaren. 1990. Minyak Atsiri Jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia
Lucas, 1949. Principles And Practice In Organic Chemistry. New York : Jhon Willey And Sons, Inc
Nurjannah, N. 2004. Difersifikasi Penggunaan Cengkeh. Jakarta : Industri Corps Research Journal
Ricards, W. 1994. Perfumes Hand Book And Katalog. New York : Fritzsche Brother Inc.
Rusli. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta : Agromedia Pustaka
Pramudono B., Widioko, S.A., Rustayawan, W., 2008. “Ekstraksi Kontinyu dengan Simulasi Batch
Tiga Tahap Aliran Lawan Arah : Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut n-Hexane
dan Iso Propil Alkohol”. Reaktor, Vol. 12 No. 1, 38 : 41
Wasilah. 1978. Penentuan Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung : PT. Karya Nusantara
Rusli. 1980. Pengaruh Suhu dan Kosentrasi NaOH Pada Isolasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh
Balitaro. Bogor hal 51 – 57.
Wasilah. 1978. Penentuan Percobaan Pengantar Kimia Organik. Bandung : PT. Karya Nusantara
Tim Kimia Organik. 2019. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Jember : Universitas Jember.

Nama Praktikan
Khintan Prasetya Sulaeman(171810310072)

Anda mungkin juga menyukai