PENDAHULUAN
Bunga kamboja merupakan salah saju jenis bunga yang banyak di tanam di
Indonesia, khususnya pulau Jawa cukup banyak ditemukan pohon kamboja. Bunga
kamboja merupakan bunga yang berbau sangat harum dan cukup awet. Bunga ini
sering digunakan pada acara-acara adat juga keagamaan karena mengeluarkan
aroma yang khas dan warnanya yang indah. Bunga kamboja ada yang berwarna
putih, kuning, dan merah. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa dalam kamboja
didapatkan beberapa senyawa atsiri, yang menjadi penyebab utama bunga tersebut
berbau harum. Senyawa-senyawa atsiri yang terdapat dalam kamboja diantaranya
geraniol, sitronelol, dan linalool. Senyawa-senyawa atsiri tersebut sangat
bermanfaat, antara lain dapat memberi efek relaksasi, dan mengurangi stress.
Oleh karena itu, pada praktikum di modul ini dilakukan agar pada praktikan dapat
mengetahui proses ekstraksi pada bunga kamboja yang dapat menghasilkan
minyak. Metode ekstraksi digunakan untuk mendapatkan hasil murni dengan
pelarutnya adalah metanol dengan kertas saring sebagai pembungkus bunga
kamboja yang akan digunakan pada para praktikan.
Minyak atsiri merupakan senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam golongan
terpana yang disintesis melalui jalur suatu asam mevalonat. Minyak atsiri memberikan
aroma tertentu dan khas pada tumbuhan. Saat ini minyak atsiri sudah digunakan sebagai
parfum kosmetik, antibiotik antioksidan, merungani stres, serta terapi. Minyak atsiri
mempunyai suhu didih antara 50°C-320°C, adalah suatu senyawa lipofilik yang
dihasilkan oleh berbagai organ tumbuhan dan dapat diperoleh dari proses destilasi dengan
uap air mendidih. Salah satu ciri khas minyak atsiri adalah tidak meninggalkan bercak
bila diteteskan di kertas saring setelah 24 jam. (Pratiwi, 2008).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat tertentu,
terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pada
umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang
telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (ethereal oil,
volatile oil) dihasilkan tumbuhan. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa gentir. Berbau wangi sesuai dengan bau
tumbuhan penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak akan larut
dalam air biasa. Minyak Ini memiliki titik didih yang berbeda-beda dan tumbuhan lain
(Ekstrada, 2008).
Minyak atsiri saat ini sudah dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor indonesia yang
meliputi minyak atsiri dan nilam, akar wangi, pala, cengkeh serai, lada, kayu manis,
kemiri, daun, dan bunga salah satu ciri minyak atsiri yaitu mudah menyerap dan beraroma
khas pada minyak pada konsentrasi tinggi minyak atsiri dapat digunakan sebagai
onestetik lokal misalnya cengkeh yang digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat
merusak selaput lendir. Kebanyakan minyak atsiri juga bersifat anti bakteri dan banyak
manfaat pada minyak atsiri terutama di industri (Julfin, 2006).
Kelebihan ekstraksi menggunakan pelarut antara lain pelarut yang telah digunakan dapat
di recycle sehingga lebih efisien, minyak yang dihasilkan lebih murni karena pelarut
hanga akan melarutkan minyaknya saja bukan komponen lain dari bahan yang di ekstrak,
rendemen yang dihasilkan tinggi sedangkan kekurangan dari proses ini antara lain waktu
yang dibutuhkan untuk ekstraksi relative lama dan harganya mahal (Munawaroh, 2010).
Selama proses pengolahan minyak atsiri banyak faktor yang dapat menyebabkan minyak
yang dihasilkan tidak optimal, baik segi mutu maupun rendemen minyaknya. Hal ini tentu
akan merugikan industri pengolahan minyak atsiri rendemen minyak adalah jumlah
minyak yang diperoleh selama proses penyulingan yang dinyatakan dalam persen dan
merupakan perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bahan
Rendemen adalah perbandingan berat kering produk yang dihasilkan dengan berat bahan
baku. Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ektrak
yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100%
(Yuniarifin, 2006).
Densitas yaitu pengukuran massa setiap satuan volume pada benda. Adapun densitas
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
m
𝜌= …………………………….(2.2)
v
(Munawaroh, 2010).
Salah satu metode ekstraksi dapat menggunakan metode ekstraksi soxhlet yaitu suatu
metode ekstraksi menggunakan soxhlet dengan pelarut cair (etanol, alkohol, dan n-
heksana). Soxhletasi, suatu metode ekstraksi yang dapat mengisolasi minyak lemak.
Soxhletasi merupakan ekstraksi padat cair yang berkesinambungan, disebut ekstraksi
padat cair karena substansi yang diekstrak terdapat di dalam campuran yang berbentuk
padat sedangkan disebut kesetimbangan karena pelarut. Mekanisme kerja dari ekstraksi
soxhlet ini yaitu pada soxhletasi pelarut pengekstraksi yang mula-mula ada dalam labu
dipanaskan sehingga menguap, uap pelarut ini naik melalui pipa pengalir uap dan juga air
pendingin sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang di ekstraksi. Cairan yang
menganggap menggenangi merupakan bahan yang di ekstrak dan bila tingginya melebihi
dari tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir ke dalam labu penampung ekstrak yang
sudah terkumpul dipanaskan sehingga pelarutnya menguap tetapi substansinya tetap
tertinggal pada labu penampung (Rusli, 2010).
Kondensor suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan untuk mengubah uap
menjadi zat cair (air). Dapat juga diartikan sebagai alat penukar kalor (panas) yang
berfungsi untuk mengkondensasikan fluida. Dalam penggunaanya kondensor diletakan
diluar ruangan yang sedang didinginkan supaya panas yang keluar saat pengoperasiannya
dapat dibuang sehingga tidak menggangu proses pendinginan. Kondensor yang dengan
aliran silang atau sering disebut Cross Flow yaitu penukar kalor dimana biasanya didalam
penukar kalor terjadi perpindahan panas antara fluida tegak lurus (Mustiadi, 2020).
Prinsip kerja alat destilasi yakni menguapkan air dalam tangki destilasi menjadi uap
(steam). Steam melewati tumpukan sampel bunga dan membawa minyak atsiri sampel
bunga kemudian didinginkan. Proses pendinginan berlangsung dalam kondensor. Steam
melewati pipa spiral, didinginkan menggunakan air pendingin dari bak penampung air
pendingin. Steam yang sudah didinginkan berubah menjadi kondensat. Air pendingin dari
kondensor di kembalikan ke bak penampung air dingin (Wahyu, 2016).
Dalam pemilihan pelarut yang harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga,
sifat tidak mudah terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan
biaya operasi serta reaktivitas. Pelarut yang sesuai untuk ekstraksi adalah n-heksana,
karena jumlah dan kualitas konkrit yang dihasilkan paling baik. Ada 2 syarat agar pelarut
dapat digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut
terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus dapat terpisah
dengan cepat setelah pengocokan (Ketaren, 2006).
Pelarut yang baik adalah pelarut yang tidak merusak solut atau residu, harganya relatif
murah, memiliki titik didih rendah, murni, dan tidak berbahaya. Suatu zat dapat larut
dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu zat polar seperti (seperti
garam meja dan gula/sukrosa) larut dalam pelarut bersifat polar (seperti air), dan tidak
larut dalam pelarut nonpolar (seperti n-heksana). Begitu pula sebaliknya, zat nonpolar
(seperti minyak dan lilin) larut dalam pelarut nonpolar, dan tidak larut dalam pelarut
polar. Perbandingan antara massa pelarut, dan massa padatan yang akan diekstrak juga
harus tertentu untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang terbaik (Guenther, 2009).
Faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan
bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang terkandung pada
daun bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi menggunakan pelarut metanol,
karena metanol bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut lain.
Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang
diekstrak tidak akan rusak. Pada saat proses perendaman bahan akan terjadi pemecahan
dinding sel dan membran sel yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan antara luar sel
dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
pecah dan terlarut pada pelarut organik yang digunakan (Pratiwi, 2010).
Waktu ekstraksi memiliki pengaruh yang besar terhadap ekstraksi, terlalu singkatnya
waktu ekstraksi mengakibatkan pelarutan senyawa fenolik tidak optimum sehingga bahan
belum terekstraksi secara sempurna. Sebaliknya, semakin lama waktu ekstraksi maka
akan menaikan jumlah analit yang terekstrak karena kontak antara pelarut dengan zat
terlarut akan semakin lama sehingga proses pelarutan senyawa fenolik akan terus
berlangsung dan berhenti sampai pelarut jenuh. Namun, ketika waktu optimum telah
tercapai, penambahan waktu ekstraksi tidak lagi dapat meningkatkan kandungan senyawa
fenolik yang terekstrak (Hawa, 2015).
Syarat pelarut yang digunakan harus bersifat selektif artinya pelarut harus dapat
melarutkan semua senyawa dengan cepat. Syarat kedua harus mempunyai titik didih yang
cukup rendah. Hal ini supaya pelarut mudah dapat diuapkan tanpa menggunakan suhu
tinggi, namun titik didih pelarut tidak boleh terlalu rendah karena akan menyebabkan
kehillangan akibat penguapan. Syarat ketiga bersifat inert artinya pelarut tidak bereaksi
dengan komponen minyak. Syarat keempat harganya murah dan mudah didapatkan
(Saputra, 2015).
Bunga kamboja cukup potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan sebagai obat
herbal tradisional. Penggunaan genus kamboja baik kulit batang, getah dan daunnya oleh
masyarakat sebagai bahan obat herbal tradisional sangat banyak ragam dan jenis yang
digunakan secara turun-temurun. Kulit batang kamboja berbunga putih oleh masyarakat
sering digunakan sebagai obat herbal untuk mengatasi penyakit patek (frambosia), obat
luar untuk kulit pecah-pecah pada telapak kaki, sedangkan air rebusannya dimanfaatkan
untuk merendam kaki bengkak dan juga dapat digunakan sebagai antibiotik. Minyak
bunga kamboja juga memiliki manfaat yang baik untuk kulit mampu membersihkan dan
melembapkan, mengencangkan pori (Khulafa, 2020).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Sebagaimana minyak
lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa,
namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu.
Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan
terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil) (Guenther, 2009).
Alumunium foil memiliki sifat yang fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka
terhadap cahaya. Alumunium foil juga dikagumi karena karakteristiknya yang kuat, ringan
dan tahan terhadap suhu tinggi. Dari segi estetika aluminium foil memiliki sifat tidak
berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan higienis serta tidak mudah ditumbuhi bakteri
dan jamur. Alumunium foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel
karena memiliki ketahanan yang memuaskan dan penampilan yang baik. Umumnya
untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan tebalnya kurang dari 25 mikron
(Ketaren, 2008).
Evaporasi atau penguapan adalah suatu operasi dimana suatu fluida berubah dari keadaan
cairan menjadi keadaan uap. Penguapan dapat dipakai untuk tujuan pemisahan pelarut
(solvent) dari larutan yang lebih pekat. Dalam proses ini sebagian air atau pelarut akan
diuapkan sehingga akan diperoleh suatu produk yang kental (konsestrat). Evaporasi akan
terjadi apabila suhu suatu bahan sama atau lebih tinggi dari titik didih cairan. identifikasi
kenaikan titik didih, dengan mengamati kondisi operasi proses evaporasi pada berbagai
variasi tekanan dan variasi suhu operasi, untuk menghasilkan berbagai konsentrasi bunga
kamboja. Sehingga dapat dibuat suatu formula (rumus) kenaikan titik didih terhadap
konsentrasi bunga kamboja. Selanjutnya dapat ditentukan kondisi optimum baik tekanan,
kenaikan titik didih maupun konsentrasi bunga kamboja (Ismiyati, 2020).
Sifat fisik dan kimia akuades, memiliki rumus kimia yaitu H2O yang berarti dalam 1
molekul terdapat 2 atom Hidrogen kovalen dan atom Oksigen tunggal. Akuades bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar yaitu pada tekanan
100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15K (0oC). memiliki viskositas yaitu 1,002 centipoise
pada 20oC. Berat molekul 18,0153 gr/mol, densitas 0,998 gr/cm3 (cairan pada 20oC), titik
didih 100oC. Fungsinya sebagai reagen, pelarut (Ketaren, 2008).
Metanol (methyl alcohol) dengan rumus molekul CH3OH adalah zat kimia yang tidak
berwarna, berbentuk cair pada suhu kamar, mudah menguap dan sedikit berbau ringan.
Metanol merupakan zat kimia yang toksin (beracun) dan menyebabkan efek berbahaya
bila dihirup atau tertelan. Secara sintesis metanol dibuat dari hidrogen dan karbon
dioksida. Sifat fisik metanol: Titik beku : -97,8°C Titik didih (pada 760 mmHg) : 64,7°C
Densitas (pada 760 mmHg) : 0,782 g/mL (Ketaren, 2008).
Natrium klorida (NaCl) salah satu senyawa garam. Garam ini sangat stabil, cenderung
tidak berbahaya, dan sangat larut dalam air. NaCl sangat banyak dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia, seperti garam dapur dan garam industri. Kemurnian NaCl juga
dibedakan berdasarkan kegunaannya. Pada proses produksi sodium methylate NaCl yang
digunakan bersifat anhidrat untuk memastikan produk yang dihasilkan berkualitas tinggi.
Berwarna putih, aromanya tidak berbau. Memiliki berat molekul 58,44 g/mol. Titik didih
1413oC, titik lebur 801oC, mempunyai pH 7. Dan dapat membuat iritasi kulit, mata, dan
lambung jika berlebihan (Ketaren, 2008).
Senyawa polar termasuk senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. Ciri-ciri senyawa polar yaitu dapat
larut dalam air dan pelarut polar lainnya yaitu memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif
(-), akibat tidak meratanya distribusi electron, dan memilik ipasangan electron bebas (bila
bentuk molekul diketahui) atau memiliki perbedaan keelektronegatifan. Contoh senyawa
polar adalah air, alkohol, HCI, PCl3, H2O, dan N2O5 (Yustinah, 2014).
Senyawa non polar termasuk senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang
berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama. Ciri-ciri
senyawa non polar adalah tidak larut dalam air dan pelarut polar lain, tidak memiliki
kutub positif (+) dan kutub negatif (-) (Yustinah, 2014).
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan menggunakan
pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang biasanya digunakan adalah etanol,
nheksan, aseton, dan lain-lain. Ekstraksi padat-cair umumnya digunakan untuk
mengisolasi minyak atsiri yang mudah rusak pada suhu tinggi. Prinsip dari ekstraksi
adalah proses untuk memisahkan salah satu atau lebih komponen yang terkandung di
dalam fase padatan dengan menggunakan fase pelarut yang sesuai. Keuntungan dari
metode ekstraksi ini yaitu tidak membutuhkan suhu yang terlalu tinggi, dan hanya
membutuhkan pelarut saja. Minyak atsiri dengan suhu yang terlalu tinggi akan
terdekomposisi (Guenther, 2009).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Bahan
a. Bahan alam (bunga kamboja)
b. Akuades
c. Larutan metanol (C2H5OH) 96% 300 mL
d. Kertas saring
e. Garam (NaCl)
f. Es batu
g. Alumunium foil
h. Lakban hitam
Ditimbang menggunakan
neraca analitik
Dibungkus bunga
kamboja berbentuk
silinder
Didapat sampel
3.3.2 Dilakukan Ekstraksi
Dirangkai kondensor
diatas soxhlet
Dimasukkan larutan
280 mL metanol
kedalam labu alas bulat
Ditimbang piknometer
kosong 50 mL
Ditimbang piknometer
(50 mL) berisi destilat
8. Merangkai alat selang dan pompa pada Air pendingin mengaliri kondensor dari
kondensor bagian lubang bawah dan keluar dari bagian
lubang atas
13. Memperhatikan suhu sirkulasi 2 Diperoleh suhu air pendingin 10oC dan suhu
metanol 65oC
15. Memperhatikan suhu sirkulasi 3 Diperoleh suhu air pendingin 10oC dan suhu
metanol 65oC
17. Memperhatikan suhu sirkulasi 4 Diperoleh suhu air pendingin 10oC dan suhu
metanol 67oC
19. Memperhatikan suhu sirkulasi 5 Diperoleh suhu air pendingin 10oC dan suhu
metanol 67oC
21. Memperhatikan suhu sirkulasi 6 Diperoleh suhu air pendingin 10oC dan suhu
metanol 67oC
23. Memperhatikan suhu sirkulasi 7 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 69oC
24. Menghitung waktu sirkulasi 8 Didapatkan waktu sirkulasi 8 selama 3
menggunakan stopwatch menit 02 detik
25. Memperhatikan suhu sirkulasi 8 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 69oC
27. Memperhatikan suhu sirkulasi 9 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 69oC
29. Memperhatikan suhu sirkulasi 10 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 70oC
31. Memperhatikan suhu sirkulasi 11 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 70oC
33. Memperhatikan suhu sirkulasi 12 Diperoleh suhu air pendingin 11oC dan suhu
metanol 70oC
42. Mengukur volume hasil ekstraksi Didapatkan volume hasil ekstraksi sebanyak
280 mL
45. Memperhatikan suhu dari air pendingin Diperoleh air pendingin sebesar 11oC
4.1.2 Data Hasil Percobaan Destilasi
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Destilasi
No. Volume Destilat Suhu Air Suhu Pemanas Massa Jenis
Pendingin Campuran
1. 48 mL 11oC 76oC 0,8963 mL
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Hasil Percobaan Ekstraksi
4.2.1.1 Menghitung Berat Sampel
Diketahui : Massa cawan petri kosong = 52,0788 gram
Massa cawan petri + bunga = 82,1498 gram
Ditanya : Berat sampel?
Dijawab : Berat sampel = (cawan petri + bunga) – (cawan petri kosong)
= 82,1498 gram – 52,0788 gram
= 30,071 gram
Jadi, berat sampel yang digunakan adalah 30,071 gram.
40
=
12
= 3,3 menit
Jadi, waktu rata-rata sirkulasi adalah 3,3 menit.
Persen rendemen (%) yang diperoleh pada percobaan ekstraksi ini adalah sebesar
93%. Jadi mengapa 93% itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor termasuk variasi
dalam komposisi bahan baku, kondisi proses yang berbeda. Oleh karena itu,
rendemen yang tertinggi seperti 93% dapat dianggap sebagai hasil yang baik dan
efisien dalam ektraksi minyak atsiri. Massa bunga kamboja yang sudah dikeringkan
di Hot Plate setelah proses ekstraksi adalah sebanyak 57,4958 gram, sehingga
bunga yang terekstrak adalah sebanyak 24,654 gram. Hasil dari ekstraksi ini
memiliki bau metanol dicampur dengan bau bunga kamboja yang khas dan hasil
ekstraksi berwarna kuning. Waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap hasil
ekstraksi, waktu ekstraksi yang terlalu singkat menyebabkan pelarutan senyawa
fenolik kurang optimal, sehingga bahan tidak terekstraksi secara sempurna.
Sebaliknya, semakin lama waktu ekstraksi maka jumlah analit yang terekstrak
semakin banyak karena kontak antara pelarut dan zat terlarut semakin lama,
sehingga proses pelarutan senyawa fenolik terus berlanjut dan berhenti hingga
pelarut jenuh. Tujuan ekstraksi pada minyak atsiri adalah untuk mendapatkan
komponen-komponen yang bernilai dari tanaman atau bahan tumbuhan yang
mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri, juga dikenal sebagai minyak esensial,
adalah senyawa-senyawa alami yang dihasilkan oleh tanaman dan memiliki aroma
khas serta sifat-sifat kimia yang bermanfaat.
Fungsi perlakuan dalam percobaan kali ini yaitu dihaluskan bahan alam (bunga
kamboja) bertujuan agar mudah mengeluarkan minyak atsiri dari bahan alam
(bunga kamboja) tersebut. Ditimbang bahan alam sebelum diekstraksi dan setelah
di ekstraksi bertujuan untuk membandingkan berat bahan alam sebelum di ekstraksi
dan setelah ektraksi. Diukur volume pelarut menggunakan gelas ukur agar volume
yang didapatkan lebih akurat. Dijaga suhu konstan pelarut agar menghasilkan
minyak atsiri hasil saringan yang sempurna. Dilakukan dengan 12 sirkulasi agar
penyaringan lebih sempurna. Ditutup labu leher 3 menggunakan aluminium foil
bertujuan agar larutan yang ada pada labu leher 3 tidak menguap. Diberi staples
pada kertas saring berbentuk silinder yang berisi bahan alam bertujuan agar sampel
bahan yang ada di dalam kertas saring tidak keluar. Dibentuk kertas saring silinder
agar dapat diletakkan sampel ke dalam tabung soxhlet. Diukur suhu pendingin dan
pemanas untuk mengetahui perubahan suhu tiap-tiap sirkulasi. Dipanaskan metanol
agar dapat menghasilkan uap untuk proses ekstraksi. Digunakan heat mantle karena
labu leher empat tidak datar sehingga posisinya jika menggunakan Hot plate tidak
akan seimbang. Selain itu digunakan Heat mantle agar pemanasan pada permukaan
labu merata sedangkan Hot plate tidak karena labu memiliki alas yang tidak rata.
Dan ditaruh larutan hasil destilasi kedalam piknometer 50 mL. Lalu ditimbang
piknometer kosong dan piknometer hasil destilasi di neraca analitik.
Fungsi alat dalam percobaan yaitu mortar sebagai wadah menghaluskan bahan-
bahan. Alu untuk menghaluskan bahan-bahan yang akan digunakan. Termometer
untuk mengukur suhu pada air pendingin dan suhu metanol. Cawan petri sebagai
wadah dalam penimbangan. Corong kaca untuk mempermudah pemindahan
larutan. Labu alas bulat (labu leher 3) untuk menyimpan larutan metanol dan larutan
hasil ekstraksi. Soxhlet untuk mengekstrak bahan alam. Pompa untuk memberikan
tekanan pada air pendingin yang ada di dalam ember. Heat Mantle sebagai tempat
pemanas larutan. Spatula untuk mengambil bahan. Staples untuk menyatukan kertas
saring. Pinset untuk membuka staples. Statif dan klem sebagai penyangga alat
soxhlet dan kondensor. Selang sebagai jalannya air yang ada di dalam ember.
Hotplate untuk mengeringkan bahan alam. Neraca analitik untuk menimbang bahan
alam. Sambungan T yang berfungsi sebagai penghubung antara kondensor dengan
labu alas bulat, sambungan L berfungsi sebagai penghubung kondensor dengan labu
Erlenmeyer, kondensor berfungsi sebagai alat proses penguapan yang mengalirkan
dari pemanasannya, atau sebagai wadah tempat berubahnya uap yang dihasilkan
dari pemanasan campuran menjadi cairan murni. Labu Erlenmeyer 250 mL yang
berfungsi sebagai wadah untuk menampung hasil destilasi yang menetes. Ember
berfungsi sebagai wadah air pendingin yang berisi es batu dan garam. Pompa
berfungsi untuk membantu salah satu selang selama proses ekstraksi dan destilasi
berjalan. Piknometer ukur 50 mL berfungsi untuk mengukur massa hasil destilasi.
Stopwatch berfungsi untuk menghitung setiap sirkulasi yang dilakukan dalam
proses ekstraksi. Botol semprot berfungsi digunakan untuk tempat menyimpan
akuades juga digunakan untuk mencuci atau membilas bahan bahan-bahan yang
tidak larut dalam air dan alat praktikum sebelum dan sesudah digunakan. Gunting
untuk memotong kertas saring berbentuk silinder. Stopkontak sebagai tempat
penghubung antara arus listrik dengan peralatan listrik seperti hotplate dan heat
mantle. Gelas ukur 500 mL yang berfungsi sebagai tempat untuk mengukur volume
larutan metanol dan akuades agar akurat.
Fungsi bahan pada percobaan ini yaitu bahan alam (bunga kamboja) untuk diambil
ekstraknya dan penggunaan bunga kamboja juga untuk mendapatkan senyawa
aromatik karena baunya yg khas dan harum. Akuades untuk mensterilkan bahan
alam dan mencuci alat setelah melakukan praktikum. Metanol sebagai larutan
solvent dan digunakan metanol karena metanol merupakan pelarut polar yang baik,
yang artinya dapat melarutkan senyawa polar seperti minyak atsiri dengan efisien
sehingga metanol sangat efektif dalam mengekstraksi senyawa - seyawa tersebut,
metanol juga memiliki afinitas yang tinggi terhadap minyak atsiri, sehingga dapat
melarutkan komponen yang diinginkan dengan baik. Garam dan es batu untuk
menjaga suhu tetap dingin. Alumunium foil agar larutan solvent tidak menguap. Dan
kertas saring untuk membungkus bahan alam dan dapat membantu memisahkan
minyak atsiri yang diinginkan dari bahan tumbuhan atau serpihan yang tidak
diinginkan, sehingga menghasilkan minyak atsiri yang lebih murni. Serta lakban
hitam untuk menutup selang dan alat kondensor agar tidak ada larutan yang keluar
menguap.
Pada reaksi yang terjadi selama sokletasi, laju reaksi maju dan mundur suatu zat
adalah sama, serta konsentrasi reaktan dan produk (zat hasil reaksi) tetap tidak
berubah. Waktu kesetimbangan kimia juga mencakup menjelaskan proses
perubahan molekul-molekul zat yang dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi,
tekanan atau volume molekul-molekul tersebut, serta perubahan suhu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Untuk hasil perhitungan massa jenis essensial bunga kamboja yang didapatkan
pada saat percobaan destilasi minyak atsiri menggunakan bahan alam yaitu bunga
kamboja dan didapatkan massa essensial bunga sebesar 0,8963 gram. Dari total
massa jenis piknometer kosong 32,4016 gram dan massa piknometer yang berisi
hasil destilasi 75,4250 gram serta volume destilatnya 48 mL. Dengan cara massa
destilat dibagi dengan volume destilat.
b. Berat awal yang didapat saat penimbangan sampel bunga kamboja sebesar
30,0710 gram dan berat akhir yang didapat saat penimbangan yaitu 5,417 gram.
Sehingga berat massa bunga kamboja yang berkurang pada proses ekstraksi yaitu
24,654 gram.
c. Jadi dapat mengetahui nilai persen rendemen pada saat ekstraksi harus
mengetahui jumlah senyawa yang di ekstraksi dengan jumlah seyawa dalam
bahan dan di kalikan dengan 100 %, kemudian didapatkan nilai % rendemen dan
percobaan yang telah dilakukan yaitu sebesar 93%.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum kedepannya dapat menggunakan sampel yaitu seperti
daun, bunga, buah, biji, dan tumbuhan lainnya. Agar didapatkan hasil yang lebih
bervariasi dan dapat menambah wawasan para praktikum pada praktikum
ekstraksi minyak atsiri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Guenther, E. (2009) “The Essential Oil”. Jilid II hal. 287-289. Jakarta : UI Press.
Heyne. (2013). Daya Rapelan Minyak Atsiri Bunga Kamboja Putih (Plumeria alba)
dalam Sediaan Lotion Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Laporan Penelitian
Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Hendryani, R., M. Lutfi, L.C. Hawa. (2015). Ekstraksi antioksidan daun sirih merah
kering (Piper crotatum) dengan metode pra-perlakuan ultrasonic assisted
extraction (kajian perbandingan jenis pelarut dan lama ekstraksi). Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. 3(2):33-38.
Julfin Ramdani, (2006). Metode pemisahan senyawa Organik. Semarang: UNDIP Press
Pratiwi. (2008). Kimia universitas Asas dan Struktur jilid 1 edisi ke-lima Jakarta :
Erlangga.
Rusli, M.S. (2010). “Sukses Memproduksi Minyak Atsiri”. Cetakan pertama hal-2
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Saputra, I., (2015), Sistem Kendali Suhu, Kelembaban, dan Level Air pada Pertanian
Pola Hidroponik, Jurnal Coding, 3(1): 1-10.
Sembiring. (2007). Ekstraksi Senyawa Flavonoid Daun Jati (Tectona Grandis L.) Dengan
Metode Ultrasonik (Kajian Rasio Bahan: Pelarut Dan Lama Ekstraksi).
Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Sultan Agung. Semarang
Triayu, S., (2009), Aktivitas Minyak Atsiri dan Uji Daya Antibakteri Secara in Vitro,
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yusnita, D., (2014), Minyak Atsiri Rimpang, Batang, dan Daun Temu Hitam (Curcuma
aeruginosa Roxb) Sebagai Antibakteri Streptococcus Mutans dan Pendegradasi
Biofilm pada Gigi, Skripsi. Bogor: IPB.
LAMPIRAN