Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Nama Praktikan : Ajeng Anindhita (24030119140101)
Alhamdy Fachri Radhiansyah (24030119130071)
Ariztha Delivia Putri (24030119120021)
Diva Rizky Imanita Dewi (24030119140129)
Linatul Khusna (24030119130081)
Raja Reswara Bima Arswanda (24030119120041)
Rani Karoma Shifa (24030119120033)
Jurusan : Kimia
Jadwal Praktikum : Senin, 7 September 2020
Judul Praktikum : Percobaan 5: Isolasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh
Asisten : Nur Novi Astuti

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
(Alhamdy)
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 12 September 2020


Praktikan,

Ajeng Anindhita Alhamdy Fachri Radhiansyah


24030119140101 24030119130071

Ariztha Delivia Putri Diva Rizky Imanita Dewi


24030119120021 24030119140129

Linatul Khusna Raja Reswara Bima Arswanda


24030119130081 24030119120041

Rani Karoma Shifa


24030119120033

Mengetahui,
Asisten

Nur Novi Astuti


24030116130074
(Linatul)
ABSTRAK

Percobaan dengan judul “Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh” bertujuan


untuk dapat mengisolasi eugenol yang berasal dari minyak daun cengkeh,
menentukan tetapan fisika yang terdiri dari titik didih, berat jenis, dan indeks bias,
dan analisis hasil dengan spektrofotometer UV-Vis dan IR. Percobaan ini
menggunakan metode ekstraksi. Sedangkan prinsip dari percobaan ini adalah
pemisahan eugenol dari komponen minyak daun cengkeh lainnya. Eugenol dari
minyak daun cengkeh dengan reaksi penggaraman NaOH serta pengekstraksian
dengan dietil eter. Hasil yang didapat eugenol terisolasi dari minyak cengkeh
dengan karakteristik minyak cengkeh adalah tidak berwarna-kuning muda, berbau
khas minyak cengkeh, memiliki indeks bias 1,592-1,537 dna memiliki bobot jenis
1,040-1,070 (SNI 06-4267-1996). Pengukuran serapan senyawa eugenol hasil
isolasi minyak cengkeh menggunakan spektrometer UV-VIS dihasilkan absorbansi
sebesar 4,908 dan panjang gelombang maksimum adalah 300 nm.

KATA KUNCI: Eugenol, Minyak Cengkeh, Isolasi, Ekstraksi, Penggaraman.

(Raja)
PERCOBAAN 5
ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH

I. Tujuan
1. Mengisolasi eugenol dari minyak cengkeh.
2. Menentukan tetapan fisik (titik didih, berat jenis, dan indeks bias).
3. Analisa hasil dengan spektrofotometer UV-Vis

II. Tinjauan Pustaka


2.1. Minyak Cengkeh
Minyak daun cengkeh merupakan salah satu komoditi ekspor
Indonesia dan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat produsen minyak daun cengkeh. Minyak cengkeh
mengandung beberapa komponen, tetapi yang paling penting adalah
eugenol. Eugenol inilah yang memberikan aroma khas yang banyak
dibutuhkan oleh berbagai industri, antara lain industry kosmetika,
farmasi, dan pestisida nabati (Kardinan, 2003). Kandungan minyak atsiri
bunga cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol
(81,20%), trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol
asetat (12,43%), kariofilen oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon
(0,53%) (Prianto, dkk. 2013).
(Raja)
2.2. Ekstraksi Pelarut
Merupakan pemisahan satu komponen dari campuran dengan
melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak dapat
dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan dalam
fase cair, sehingga disebut juga ekstraksi cair-cair. Dalam ekstraksi cair-
cair, larutan yang mengandung komponen yang diinginkan harus bersifat
tak campur dengan cairan lainnya. Proses ini banyak digunakan dalam
pemisahan minyak dari bahan yang mengandung minyak (Daintith,
1994).
Prinsip dari ekstraksi pelarut adalah pemisahan secara komponen
dari zat terlarut di dalam dua campuran pelarut yang tidak saling
bercampur. Umumnya digunakan dalam kimia organic jika zat terlarut
antara dua cairan tidak saling larut, ada suatu hubungan yang tepat antara
konsentrasi zat terlarut dalam kedua fasa terlarut pada keadaan
kesetimbangan (Lucas H. et al, 2011).
(Raja)
2.3. Eugenol
2.3.1. Deskripsi Eugenol
Eugenol adalah suatu alkohol siklis monohidroksi atau fenol
sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat. Eugenol bersifat
mudah menguap tidak berwarna atau berwarna agak kuning dan
mempunyai rasa getir. Eugenol digunakan sebagai bahan baku
parfum, pemberi flavor, dan dalam bidang pengobatan sebagai
antiseptik dan anestesi. Eugenol juga digunakan pada pembuatan
isoeugenol untuk memproduksi vanilin sintetis (Guenther, 1990).
Eugenol umumnya zat cair berbentuk minyak tidak berwarna
sedikit kekuning-kuningan. Larut dalam alkohol, kloroform, eter
dan sedikit larut dalam air, berbau tajam minyak cengkeh berasa
membakar dan panas di kulit. Eugenol mempunyai rumus
molekul C10H12O2 titik didih 255 dan tekanan uapnya 10 mmHg
pada 123 (Guenther, 1990).
Adapun sifat-sifat dari eugenol adalah zat cair berupa
minyak, titik didih: 255 , mudah menguap, sedikit larut dalam
air, larut dalam alkohol, eter, kloroform, dan diklorometan dapat
bereaksi dengan alkali hidroksida membentuk garam fenolat yang
larut dalam air.

Gambar 1. Struktur Eugenol (Iswari, 2007)


Eugenol termasuk senyawa fenol, akan bereaksi dengan
alkali hidroksida membentuk senyawa fenolat yang meningkat
kelarutannya dalam air. Prinsip ini dipakai untuk memisahkan
eugenol dari senyawa lainnya (Guenther, 1990).

2.3.2. Isolasi Eugenol


Isolasi eugenol dapat dilakukan melalui beberapa jenis
proses pemurnian (isolasi). Di antaranya, yaitu proses ekstraksi,
distilasi fraksionasi (rektifikasi), kromatografi kolom, ekstraksi
superkritik, dan distilasi molekuler (Anny S, 2002). Selama ini,
telah dilakukan pengambilan eugenol dengan ekstraksi
menggunakan NaOH dan menghasilkan eugenol sebesar 82,6%
(Machmud Lutfi et al, 2013). Selain itu peningkatan eugenol
dapat dilakukan dengan penambahan asam sitrat atau zeolit,
dimana kadar eugenol hanya mencapai 86%, selain itu eugenol
dapat dimurnikan menggunakan metode distilasi fraksinasi
dengan peningkatan kadar eugenol dari 93% menjadi 97%
(Widayat et al, 2014). Eugenol juga dapat dimurnikan dengan
metode ekstraksi superkritis menggunakan pelarut CO2. Menurut
penelitian Farshad Yazdani et al (2005), pada pemurnian eugenol
dengan metode ekstraksi superkritis menggunakan pelarut CO2
dapat diperoleh eugenol hingga kadar 87,41% dan dapat
dipisahkan pula eugenol asetat. Selain itu, Eugenol dapat
dipisahkan dengan metode Kromatografi Kolom dengan kadar
eugenol yang dihasilkan 3 sebesar 73% (I Made Sudarma et al,
2013) dan dengan metode adsorpsi menggunakan zeolit diperoleh
kadar eugenol 89,94% (Dyah Suci Perwitasari et al, 2013).
Pada proses ekstraksi menggunakan pelarut, kelemahan
terjadi pada proses recovery solven dan kadar yang dihasilkan
masih rendah. Untuk proses distilasi fraksinasi belum berhasil
mencapai kemurnian hingga 99% serta kemurnian umpan sudah
cukup tinggi (93%) sehingga metode ini belum dapat
diaplikasikan untuk UKM yang mempunyai kemurnian produk
minyak cengkeh yang rendah (Widayat et al, 2014). Sedangkan
pada metode ekstraksi superkritis dengan pelarut CO2 mempunyai
kelebihan ekstrak yang diperoleh tidak terkontaminasi dengan
pelarut dan tidak mengalami degradasi termal, namun kadar
eugenol yang diperoleh juga tidak terlalu tinggi dan alat yang
digunakan lebih rumit (Yazdani et al, 2005). Selain itu,
kelemahan pada metode kromatografi kolom, pemisahan eugenol
dari solvent dikloro metana susah untuk dilakukan dan diperoleh
kadar eugenol yang masih rendah (I Made Sudarma et al, 2013)
dan pada metode adsorpsi, proses preparasi zeolit serta pemisahan
zeolit dari eugenol hasil pemurnian membutuhkan waktu yang
lama (Dyah Suci Perwitasari et al, 2013).
2.3.3. Pemanfaatan Eugenol
Eugenol memiliki aroma yang menyengat dan pedas
seperti bunga cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen
menyegarkan mulut. Eugenol dimanfaatkan sebagai pengaroma
parfum, makanan dan pengobatan (antiseptk dan anastetik) Us
Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan
eugenol sebagai bahan perasa, analgesic dan semen gigi,pewangi
da aroma terapi serta obat transdermal delivery system. Eugenol
juga dikenal memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan dan
insektisida (Kusumadewi, 2011).
(Ariztha)
2.4. Reaksi Penggaraman
Reaksi penggaraman adalah reaksi kimia yang menghasilkan produk
berupa garam. Berdasarkan jenis reaksinya, pembentukan garam dapat
terjadi melalui 4 jenis reaksi penggaraman, yaitu reaksi penggaraman I,
II, III, dan IV. Pada reaksi penggaraman I dihasilkan produk berupa
garam normal dan reaktan yang dibutuhkan berupa asam, basa, oksida
asam, maupun oksida basa. Pada reaksi penggaraman II terbentuk garam
normal yang melibatkan reaksi oksida-reduksi dengan reaktan berupa
logam yang bereaksi dengan asam oksidator, asam non-oksidator, garam,
maupun air. Reaksi penggaraman III adalah reaksi antara garam dengan
asam, garam dengan basa, atau garam dengan garam lainnya dimana
melibatkan aspek kelarutan garam di dalam reaksinya. Yang terakhir
reaksi penggaraman IV yang tidak hanya menghasilkan garam normal,
tapi juga menghasilkan garam asam dan garam basa (Nurhayati, 2013)
Reaksi penggaraman digunakan untuk memisahkan eugenol dari
komponen minyak daun cengkeh lainnya. Pemisahan eugenol salah
satunya dapat dilakukan dengan NaOH, pada tahap ini terjadi reaksi
pembentukan garam eugenolat (Na-eugenolat) dimana terjadi
penggantian gugus H+ pada eugenol dengan Na+ yang terdapat pada
NaOH. Pada reaksi ini timbul panas karena terjadi reaksi eksotermis
yaitu pelepasan energi berupa panas
Reaksi:
Gambar 2. reaksi penggaraman (Fessenden, 1999)
Dengan pengubahan struktur eugenol menjadi garam Na-eugenolat
maka Na-eugenolat dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen
penyusun minyak daun cengkeh lainnya yang bersifat non polar, karena
Na-eugenolat bersifat polar (Kadarohman dkk,2012).
Penambahan HCl pada lapisan garam eugenolat yang bertujuan
untuk mengubah garam eugenolat menjadi eugenol kembali yaitu dengan
mensubstitusi gugus H+ pada garam eugenolat sehingga eugenol dapat
diperoleh kembali.
Reaksi :

Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan eugenol (Daintith, 1994)


Hasilnya adalah lapisan atas berwarna coklat muda (eugenol) dan
lapisan bawah adalah garam NaCl berwarna putih (Daintith, 1994).
(Rani)
2.5. Kepolaran
Dalam kimia, polaritas atau kepolaran adalah pemisahan muatan
listrik yang mengarah pada molekul atau gugus kimia yang memiliki
momen listrik dipol. Adanya dipol inilah yang menyebabkan seyawa
menjadi polar. Pada ikatan kovalen H ─ H, gaya tarik menarik inti
seimbang terhadap pasanganelectron ikatan sehingga tidak terjadi
pengkutuban atau kepolaran muatan (Chang, 2005).
Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu
ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur
yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang
berbeda. Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya
suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini
terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas
yang sama atau hampir sama. Molekul polar harus mengandung ikatan
kimia polar karena perbedaan elektronegativitas antara atom yang
berikatan. Molekul polar dengan dua atau lebih ikatan kutub harus
memiliki geometri asimetris sehingga momen ikatan tidak saling
meniadakan (Huggins, 1937).
Molekul polar berinteraksi melalui gaya antarmolekul dipol-dipol
dan ikatan hidrogen. Polaritas mendasari sejumlah sifat fisik termasuk
tegangan permukaan, kelarutan, serta titik leleh dan titik didih (Nordstrom,
1984). Polaritas ikatan atau kepolaran biasanya dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan perbedaan elektronegativitas antara kedua atom
yang berikatan. Menurut skala Pauling:
a) Ikatan nonpolar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas
antara kedua atom kurang dari 0.5.
b) Ikatan polar umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas
antara kedua atom kira-kira antara 0.5 dan 2.0.
c) Ikatan ionik umumnya terjadi ketika perbedaan elektronegativitas
antara dua atom lebih besar dari 2.0.
Pauling mendasarkan skema klasifikasi ini pada karakter ionik
parsial dari sebuah ikatan, yang merupakan fungsi perkiraan dari
perbedaan elektronegativitas antara kedua atom yang berikatan (Pauling,
1960)
(Rani)
2.6. Analisa Bahan
2.6.1. Minyak Cengkeh
Sifat Fisika : Titik uap rendah, memiliki bau yang kuat.
Sifat Kimia : Senyawa organik.
(Anggraeni dkk, 2015)

2.6.2. Larutan NaOH


Sifat Fisika : Berwujud padat, berwarna putih, titik didih 1390 oC,
titik leleh 318,4oC, massa molar 40 g/mol.

Sifat Kimia : Sangat larut dalam air, bersifat basa, kebasaan (pKb)
2,43.

(Perry,1984)

2.6.3. HCl
Sifat Fisika : Berbentuk larutan, tidak berwarna, berbau tajam, titik
didih 95oC, titik leleh 51oC.
Sifat Kimia : Bersifat racun, larut dalam air dan benzene, bersifat
asam, dibuat dengan mereaksikan NaCl dan H 2SO4
pekat.
(Basri, 1996)
2.6.4. Dietil Eter
Sifat Fisika : Larutan, tak berwarna, berbau manis, titik didih 34,6 oC,
titik leleh -116,3oC.
Sifat Kimia : Mudah menguap, mudah terbakar.
(Basri, 1996)

(Alhamdy)
III. Metodologi Percobaan
3.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Gelas beker 500 mL 1. Minyak cengkeh
2. Corong pisah 2. NaOH 2 N & 4 N
3. Gelas ukur 3. HCl 25%
4. Corong gelas. 4. Dietil eter
5. Pipet tetes

3.2. Gambar Alat

Corong gelas pipet tetes Gelas ukur

Gelas beker corong pisah


(Ajeng)
3.3. Skema Kerja

100 mL minyak cengkeh + 150 mL


NaOH 4N

- Penggojokan

Lapisan atas organik Lapisan bawah Na-eugenolat


Pengekstrakan dengan 50 mL NaOH 2N

Larutan organik Larutan Na-eugenolat

- Pencampuran

Larutan Na-eugenolat

- Pengasaman dengan HCl


25% hingga pH 3

Corong pisah

- Pengekstrakan dengan 25 mL dietil eter

Eugenol + dietil
NaCl
eter

- Didiamkan di ruang terbuka untuk


menguapkan dietil eter

Eugenol

- Karakterisasi (Spektrofotometri UV-Vis,


FTIR, indeks bias, massa jenis)

Hasil

(Ajeng)
IV. Pembahasan
Dilakukan percobaan dengan judul Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh
dengan tujuan mengisolasi eugenol yang berasal dari minyak daun cengkeh,
menentukan tetapan fisika yang terdiri dari titik didih, berat jenis, dan indeks
bias, dan analisis hasil dengan spektrofotometer UV-Vis dan IR. Percobaan
ini menggunakan metode ekstraksi dimana pengertian ekstraksi adalah proses
pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan
tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut
organik. Sedangkan prinsip dari percobaan ini adalah pemisahan eugenol dari
komponen minyak daun cengkeh lainnya. (Diva)

4.1. Isolasi eugenol


Eugenol merupakan senyawa yang terdapat pada minyak atsiri
bunga cengkeh dan berfungsi sebagai zat antifungi dan antibakteri (Brooks,
dkk., 2008). Eugenol adalah suatu alkohol siklis monohidroksi atau
fenol sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat. Eugenol bersifat mudah
menguap tidak berwarna atau berwarna agak kuning dan mempunyai rasa
getir. Eugenol digunakan sebagai bahan baku parfum, pemberi flavor, dan
dalam bidang pengobatan sebagai antiseptik dan anestesi. Eugenol juga
digunakan pada pembuatan isoeugenol untuk memproduksi vanilin sintetis
(Guenther, 1990).
Minyak cengkeh sebanyak 100mL kemudian masukkan ke dalam corong
pisah kemudian ditambahkan dengan NaOH 4N dan dilakukan penggojogan.
Penggojogan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi penggaraman, yaitu diantara minyak eugenol dan NaOH, hasilnya
adalah garam eugenolat jika yang digunakan NaOH maka garam yang
terbentuk adalah garam Na-eugenolat. Selain dengan NaOH, eugenol dapat
dipisahkan dengan penambahan larutan basa kuat lainnya seperti KOH atau
Ca(OH)2. Hal tersebut terjadi karena eugenol merupakan suatu alkohol siklis
monohidroksi yang dapat bereaksi dengan basa kuat (Kadarohman dkk.,
2012)
Gambar 4. Reaksi penggaraman eugenol oleh NaOH (Fessenden, 1999)
Eugenol dapat bereaksi dengan NaOH karna adanya gugus hidroksil.
Senyawa-senyawa lain yang terkandung pada minyak cengkeh tidak bisa
karena tidak terdapat gugus hidroksil. Penggaraman dilakukan pada tahap
awal karena minyak cengkeh kebanyakan bersifat non polar, karena kita akan
memisahkan eugenol yang ternyata bersifat non polar pula. Langkah yang
dilakukan adalah dengan merubah kepolaran eugenol menjadi polar dengan
cara penggaraman. (Diva)
Selain itu, tujuan dari langkah ini adalah untuk memisahkan Na-
eugenolat yang terbentuk dari senyawa-senyawa lain yang ada di dalam
minyak cengkeh. Senyawa-senyawa dalam minyak cengkeh bersifat polar,
sedangkan Na-eugenolat yang bersifat nonpolar akan terpisah. Setelah itu,
larutan didiamkan dan larutan akan membentuk 2 lapisan. Lapisan atas
merupakan senyawa-senyawa sisa dalam minyak cengkeh yang dan lapisan
bawah merupakan Na-eugenolat. Terbentuknya 2 lapisan ini disebabkan oleh
perbedaan sifat kepolaran 2 senyawa tersebut. Na-eugenolat merupakan
senyawa yang bersifat polar, sedangkan senyawa-senyawa sisa dari minyak
cengkeh bersifat nonpolar. Sesuai dengan prinsip like-dissolve-like, yang
menyebutkan bahwa senyawa polar akan terlarut dalam pelarut polar dan
sebaliknya senyawa polar akan terlarut dalam pelarut nonpolar (Basri, 1996).
Hasil dari ekstraksi yaitu garam Na-eugenolat dipisahkan dan kemudian
ditambah dengan HCl sampai pH mencapai 3. Digunakannya HCl dalam
reaksi ini adalah karena HCl merupakan asam kuat sehingga dapat mengubah
suasana reaksi menjadi asam. Reaksi ini disebut dengan reaksi pengasaman.
Tujuan dari reaksi ini adalah untuk membentuk kembali eugenol dari garam
Na-eugenolat. H+ dari HCl akan ditarik oleh Na-eugenolat membentuk
eugenol kembali dengan hasil samping berupa NaCl.
Gambar 5. Reaksi pengasaman Na-eugenolat dengan HCl (Fessenden, 1999)
(Ariztha)
Setelah diasamkan, larutan kemudian dimasukkan kedalam corong pisah
dan diekstraksi dengan dietil eter. Hasil dari ekstraksi berupa NaCl pada
lapisan bawah serta campuran larutan eugenol dan dietil eter pada lapisan
atas. Hal tersebut dikarenakan NaCl mempunyai massa jenis lebih besar yaitu
1,256 g/mL dibanding dengan massa jenis eugenol yang hanya 1,06 g/mL
(Basri, 1996). penggunaan dietil eter karena eugenol bersifat nonpolar dan
dietil eter bersifat nonpolar sehingga eugenol dapat larut dalam dietil eter.
Hal tersebut sesuai dengan hukum “like dissolves like” yang menyatakan,
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar. Sedangkan senyawa non
polar akan larut dalam senyawa non polar. Dan asam yang tersisa pada
larutan dapat terpisah dengan eugenol. Kemudian campuran larutan eugenol
dan dietil eter didiamkan di ruang terbuka agar dietil eter cepat menguap dan
dapat terpisah dari eugenol sehingga dapat diperoleh eugenol murni. (Rani)

4.2. Karakterisasi eugenol


Hasil dari isolasi kemudian dikarakterisasi menggunakan beberapa
metode. Pada penelitian Prianto (2013), sifat fisik minyak cengkeh yang
dikarakterisasi meliputi warna, bau, indeks bias, dan bobot jenis, dimana
keempat parameter tersebut memiliki rentang nilai yang telah distandarkan
sebagai syarat mutu perdagangan di Indonesia yang tercantum dalam SNI
(06-4267-1996). Berdasarkan Tabel 1, sifat fisik minyak bunga cengkeh hasil
distilasi uap telah memenuhi persyaratan mutu SNI (06-4267-1996) yang
berarti minyak bunga cengkeh tersebut telah memenuhi standar kualitas
untuk perdagangan minyak atsiri di Indonesia.
Tabel 1. Karakteristik minyak cengkeh hasil distilasi uap terhadap SNI (06-
4267-1996)

Selain itu, terdapat juga hasil penelitian yang menyebutkan bahwa


perlakuan penambahan jenis reaktan yang berbeda akan menghasilkan berat
jenis yang berbeda.
Tabel 2. Rerata berat jenis eugenol antar jenis reaktan asam

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan jenis reaktan asam


yang berbeda menghasilkan berat jenis yang berbeda pula. Berdasarkan
spesifikasi eugenol secara umum yaitu berat jenis sebesar 1,053 g/ml-1,064
g/ml (EOA,1970) dan spesifikasi eugenol dalam perdagangan sebesar 1,064
g/ml-1,070 g/ml (Indesso, 2006), dapat diketahui bahwa pada jenis reaktan
asam HCl telah memenuhi spesifikasi sedangkan jenis reaktan asam HNO3
belum memenuhi spesifikasi. Hal ini diduga disebabkan karena masih adanya
senyawa lain yang masih terikut didalamnya selain eugenol. Kemungkinan
senyawa yang masih terikut adalah kariofilen yang memiliki berat jenis
0,9659 gr/ml (Sastrohamidjojo, 2002).
Tabel 3. Rerata berat jenis eugenol berdasarkan jumlah konsentrasinya
Tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan spesifikasi eugenol secara
Jurnal Industria Vol 3 No 2 Hal 83 – 92 Eugenol daun cengkeh 87 umum dan
perdagangan, konsentrasi reaktan asam sebesar 1,2-1,6 N telah memenuhi
spesifikasi eugenol secara umum, sedangkan pada konsentrasi reaktan asam
1,8 N telah memenuhi spesifikasi eugenol dalam perdagangan. Hal ini diduga
disebabkan karena kenaikan konsentrasi dapat meningkatkan jumlah eugenol
yang diperoleh sehingga meminimalisir terikutnya senyawa lain (Chang,
2005). (Ajeng)
Uji FTIR digunakan untuk mengidentifikasi atau menganalisis gugus
fungsi yang terdapat dalam eugenol. Hasil karakterisasi terhadap bahan
eugenol dengan teknik spektroskopi FTIR dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Spektra FTIR Senyawa Eugenol (Permantansari, dkk 2019)


Tabel 4. Data Spektra FTIR Eugenol (Permantansari, dkk 2019)

(Linatul)
Kemudian dilakukan pengidentifikasian menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Pertama, diambil 2 tetes eugenol hasil isolasi dan
dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml. Kemudian diencerkan dengan
pelarut etanol 10 ml yang bersifat polar, mengingat Eugenol bersifat
nonpolar. Selanjutnya ditentukan pola spektrumnya dengan
Spektrofotometer Uv-Vis. Analisis ini untuk mendeteksi pada panjang
gelombang (λ) berapa Eugenol hasil isolasi menghasilkan absorbansi
maksimum. Kemudian panjang gelombang (λ) dan absorbansi maksimum
tersebut dibandingkan dengan panjang gelombang (λ) Eugenol standart.
Pekat atau encernya Eugenol dalam pelarutnya akan mempengaruhi bentuk
spektranya. Berikut adalah gambar spektra hasil analisis dengan
Spektrofotometer Uv-Vis:

Gambar 7. Spektra UV-Vis Senyawa Eugenol


Spektra dari Eugenol di atas menunjukkan bahwa panjang gelombang
(λ) yang dihasilkan sebesar 300 nm, dengan absorbansi maksimum sebesar
4,908. Spektra Eugenol di atas juga menunjukkan bahwa Eugenol mengalami
transisi π-π*, sehingga menyebabkan pergeseran arah panjang gelombang
(λ) yang lebih panjang (bathokhromik). Karena pelarut etanol bersifat polar,
dan Eugenol bersifat nonpolar. Analisis transisinya adalah molekul dalam
keadaan dasar relatif nonpolar, sedangkan keadaan tereksitasinya lebih
polar dibandingkan dengan dasar, sehingga perbedaan energi transisi π-π*
pada pelarut yang polar ini lebih kecil. Akibat dari peristiwa ini adalah bahwa
transisi π-π* digeser ke panjang gelombang (λ) yang lebih besar (pergeseran
bathokhromik) dibandingkan panjang gelombang (λ) semula (Gandjar, 2012:
232). Anynomous (2013) menyatakan bahwa eugenol memiliki panjang
gelombang (λ) maksimum sekitar 285 nm-300 nm. Hal ini menunjukkan
bahwa percobaan isolasi Eugenol dari minyak cengkeh mendekati benar.
Pengukuran serapan senyawa eugenol hasil isolasi minyak cengkeh
menggunakan spektrometer UV-VIS dihasilkan absorbansi sebesar 4,908 dan
panjang gelombang maksimum adalah 300 nm. (Linatul)
1
Selanjutnya karakterisasi eugenol menggunakan spektra H NMR.
Menurut penelitian Setyowati (1999), spektra 1H NMR eugenol sebagai
berikut:

Gambar 8. spektra 1H NMR eugenol (Setyowati, 1999)


Dari hasil spektra 1H NMR eugenol, diperoleh hasil analisis data sebagai
berikut:
Tabel 5. analisa spektra 1H NMR eugenol
(Ariztha)

V. Penutup
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Eugenol dapat diisolasi dari minyak daun cengkeh dengan reaksi
penggaraman NaOH serta pengekstraksian dengan dietil eter.
6.1.2. Menurut SNI (06-4267-1996) karakteristik minyak cengkeh
adalah tidak berwarna-kuning muda, berbau khas minyak
cengkeh, memiliki indeks bias 1,592-1,537 dna memiliki bobot
jenis 1,040-1,070.
6.1.3. Pengukuran serapan senyawa eugenol hasil isolasi minyak
cengkeh menggunakan spektrometer UV-VIS dihasilkan
absorbansi sebesar 4,908 dan panjang gelombang maksimum
adalah 300 nm.

6.2. Saran
6.2.1. Percobaan harap dilakukan dengan hati-hati dan teliti.
6.2.2. Sesuaikan percobaan dengan langkah kerja.
6.2.3. Daun cengkeh dapat diganti dengan kayu manis atau biji pala
apabila kesulitan dalam menemukannya.

(Alhamdy)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Dyah. 2015. Minyak Atsiri. STIKES Karya Putra Bangsa.


Tulungagung.
Anny S. 2002. Pengolahan Lanjut Minyak Atsiri dan Penggunaannya Dalam
Negeri. Workshop Nasional Minyak Atsiri 30 Oktober 2002, Dirjen Industri
Kecil Dagang Menengah, Depperinda.
Anonymous. 2013. Klasifikasi Cengkeh. http://www.plantamor.com . Diakses
tanggal 12 September 2020.
Badan Standar Nasional Indonesia, 1996, SNI 06-4267-1996 tentang Minyak
Bunga Cengkih, ICS 71.100.60.
Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta.
Brooks, Geo F., Janet S. Butel, Stephan A. Mores. 2005. Mikrobiologi
Kedokteran. Alih Bahasa: Edy Muhardi, Kuntaman, Edy Bagus Wasito, Ni
Made Mertaniasih, Setio Husodo, Lindawati Alimasardjono. Jakarta:
Salemba Medika.
Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid
1 (edisi ke-3rd). Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
Dyah Suci Perwitasari et al, 2013, “Pemurnian Eugenol Minyak Daun Cengkeh
dengan menggunakan Proses Adsorpsi”, Jurnal Teknik Kimia, volume 7,
nomor 2, halaman 78-81.
Elvianto Dwi Daryono. 2015. Reactive Extraction Process in Isolation of Eugenol
of Clove Essential Oil (Syzigium aromaticum) Based on Temperature and
Time Process. Int.J. ChemTech Res, 8(11), pp 564-569. 569.
Farshad Yazdani et al, 2005, “Supercritical CO2 extraction of Essential Oil from
Clove Bud: Effect of Operation condition on the Selective Isolation of
Eugenol and Eugenyl Acetate”, Journal of Chemistry and Chemical
Engineering Research Center of Iran, volume 5, nomor 60, halaman 1197-
1201.
Fessenden, 1999. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, Ibnu Ghalib dan Abdul Rohman. 2012. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Haryani, Halima Wahyi, dkk. Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh
dengan Reaktan Asam Monoprotik, Kajian Jenis dan Konsentrasi Asam.
Jurnal Industri. Vol 3(2). Hal 83-92. Universitas Brawijaya.
Huggins, M. L. (1937). The Polarity of Chemical Bonds J. Chem. Phys. 5:527.
I Made Sudarma et al, 2013, “Markovnikov Addition of Chlorosulfuric Acid to
Eugenol Isolated from Clove Oil”, Indo.J.Chem, volume 13, nomor 2,
halaman 181-184.
Indesso. 2006. Eugenol and Isoeugenol Spesification. PT. Indesso Aroma. Jakarta.
Iswari, T. R. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kadarohman, Asep., dkk.. 2012. Sintesis Klovanadiol Dari Kariofilena.
Bandung : Pend. Kimia FPMIPA UPI.
Kardinan, A. 2003. Tanaman Obat Pengge UUmpur Kanker. Depok: P.T.
Agromedia Pustaka.
Kusumadewi, Silfia Windy. 2011. Uji Efek Antiplorifaratik Senyawa Eugenol
Terhadap Kultur Sel Kanker Serviks (Hella Cells Line).
Lucas H. et al. 2011. Principles and Practice In Organic Chemistry. USA:
Levisier.
Machmud Lutfi et al, 2013, “Peningkatan Kadar Eugenol Pada Minyak cengkeh
dengan Metode Saponifikasi-Distilasi Vakum”, Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, volume 2, nomor 2, halaman 198-203.
Nordstrom, B. H. (1984). The Effect of Polarity on Solubility. J.
Chem.Educ. 61 (11): 1009.
Nurhayati, M. Pd, Dra. Leila, dkk. 2013. Kimia Dasar. Bogor : SMK-SMAK
Bogor.
Pauling, L. (1960). The Nature of the Chemical Bond (edisi ke-3rd). Oxford
University Press. hlm. 98–100
Permatasari, Sri Intan, Muhammad Cholid Djunaidi, and Habibi Habibi. 2019.
"Pemisahan Ion Logam Krom Dari Limbah Elektroplating Menggunakan
Polieugenol Dengan Teknik Membran cair." Analit: Analytical and
Environmental Chemistry. 4.2 (2019): 14-29.
Perry, R.H., and Green, D.W., 1984, Perry’s Chemical Engineers Hand Book
,6th. ed. Mc. Graw Hill Co., International Student edition, Tokyo:
Kogakusha.
Prianto, Henny, Rurini Retnowati, Unggul P. Juswono. 2013. Isolasi Dan
Karakterisasi Dari Minyak Bunga Cengkeh (Syzigium aromaticum) Kering
Hasil Distilasi Uap. Kimia Student Journal. Vol.1 No. 2. pp. 269-275
Universitas Brawijaya Malang.
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kimia Minyak Atsiri. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Setyowati, Lis., Chairil Anwar, M. Muchalal. 1999. Pengaruh Penambahan
Divinil Benzena (DVB) pada kopolimerisasi kationik eugenol-DVB dan sifat
pertukaran kation-kopoligaramnya. Teknosains 12(2) UGM Yogyakarta.
Widayat et al, 2014, Pengaruh Jenis Packing dan Tekanan Vakum dalam
Peningkatan Mutu Minyak Cengkeh. https://eprints.undip.ac.id/39317/.
Diakses Tanggal 12 September 2020

(Diva)

Anda mungkin juga menyukai