PERCOBAAN III
ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK CENGKEH
Disusun oleh Kelompok 4 :
Agnidian Setyorini
24030112120015
Apriyandika
24030112130126
Irma Eviana
24030112120006
Lulu Shoffatun N.
24030112140031
Mita Manawiyah
24030112120007
24030112130042
24030110120021
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
PERCOBAAN III
ISOLASI EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH
I.
TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh
I.2. Menentukan tetapan fisik yaitu indeks bias
(Guenther, 1987)
2.5 Penggunaan Minyak Cengkeh
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial.
Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk
menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol,
digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan
dalam campuran tradisional chjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; "chji"
berarti cengkeh; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat
permukaan pedang mereka.
(Guenther, 1987)
2.6 Eugenol
Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang mendapat tambahan rantai
alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-(2-propenil) fenol. Ia dapat dikelompokkan
dalam keluarga alilbenzena dari senyawa-senyaw fenol. Warnanya bening hingga kuning
pucat, kental seperti minyak . Eugenol memiliki titik didih 256oC, titik leleh -9oC, densitas
1,06 g/cm3, indeks bias 1,529-1,537. Sumber alaminya dari minyak cengkeh. Terdapat pula
pada pala, kulit manis, dan salam. Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada
pelarut organik. Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga cengkeh kering, sehingga
sering menjadi komponen untuk menyegarkan mulut.
Senyawa ini dipakai dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri, dan farmasi
sebagai penyuci hama dan pembius lokal. Ia juga menjadi komponen utama dalam rokok
kretek. Dalam industri, eugenol dapat dipakai untuk membuat vanilin. Campuran eugenol
dengan seng oksida (ZnO) dipakai dalam kedokteran gigi untuk aplikasi restorasi
(prostodontika). Struktur eugenol:
samping pada isolasi eugenol belum banyak diteliti pemanfaatan dan sintesis senyawa
turunannya di Indonesia. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa harga ekspor
kariofilena jauh lebih rendah dari eugenol dan isoeugenol serta sukar dipasarkan. Oleh
karena itu pada isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh kariofilena biasanya
merupakan limbah yang dibuang. Dengan demikian semakin banyak eugenol yang
diisolasi maka akan semakin banyak pula kariofilena yang dibuang.
Hasil penelusuran pustaka ditemukan bahwa, kariofilena dan senyawa turunannya
mempunyai banyak kegunaan baik sebagai bahan obat maupun parfum. Kariofilena atau
senyawa turunannya dapat digunakan sebagai pemikat kumbang jantan Collops vittatus
(Flint, et.al., 1981), bahan kosmetik (Brunke and Rojahn, 1988; Mussinan et.al., 1980,
Opdyke, 1977), bahan dasar membuat antibiotik (Abraham, et.al., 1990), anti
karsinogenik (Zheng, et.al., 1992); anti bakteri karies gigi (Muroi dan Kubo, 1993), anti
jerawat (Muroi, et.al., 1993; Kubo, et.al., 1994), insektisida biologi (Tahid dan Connolly,
1994) dan penghambat tumbuhnya tanaman patogen Botrytis cinerea (Collado, et. al.,
1997).
konsentrasi zat terlarut dalam fase 2, maka perbandingan senyawa baru yang terdapat
dalam larutan 1 dan 2 adalah:
K = C1/C2,
dengan K = tetapan distribusi
Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu:
a. Pembentukan kompleks tak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.
b. Distribusi dari kompleks yang tereksitasi.
c. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
Hasil ekstraksi yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang
kali dengan jumlah pelarut sedikit demi sedikit. Ekstraksi pertahap baik digunakan jika
perbandingan distribusi besar. Alat yang digunakan pada ekstraksi ini adalah corong
pemisah.
( Underwood, 1986 )
2.10 Destilasi
Destilasi adalah teknik pemisahan berdasarkan titik didih. Fungsinya adalah
pemisahan pelarut, pemurnian cairan atau pemisahan komponen dari campuran. Macam
destilasi :
a. Destilasi sederhana
Perbedaan titik didih setidak-tidaknya 800C
b. Destilasi fraksional
Perbedaan titik didih kecil, menggunakan kolom fraksinasi
c. Destilasi uap
Digunakan jika larutan campuran tidak bercampur
d. Destilasi Vakum
Digunakan jika senyawa mempunyai tiitih didih tinggi atau terdekomposisi pada
titik didihnya.
(Khopkar, 1990)
2.11 Destilasi fraksinasi
Destilasi fraksionasi merupakan suatu metode pemisahan zat berdasarkan
perbedaan titik didih yang bedekatan. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat
proses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih
lanjut. Hal ini berarti proses pengayaan dari uap yang lebih volatil juga terjadi berkalikali sepanjang proses destilasi fraksional itu berlangsung. Prinsip kerja dari pemisahan
dengan destilasi fraksionasi yaitu pemisahan suatu campuran dimana komponenkomponennya diuapkan dan diembunkan secara bertingkat.
(Woranuch,2012)
2.12
Berat Jenis
Berat jenis merupakan salah satu lriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian suatu senyawa dan umunya nilai tersebut lebih kecil dari 1000. Picnometer,
merupakan alat penetapan berat jenis yang tepat dan praktis. Bentuk kerucut picnometer
bervolume 10ml dilengkapi dengan sebuah termometer dan kapiler gelas penutup. Nilai
berat jenis di tentukan dalam suhu ruang, kemudian membandingkan dengan mengurangi
atau menambah faktor koreksi yang tergantung pada jenis bahan pada 15oC.
(Guenther, 1987)
2.13 Titik Didih
Merupakan suhu minimum berubahnya fase cairan suatu zat menjadi fase uap yang
berdekatan. Uap dalam cairan sama dengan tekanan di permukaannya.
(Pudjaatmaka, 2002)
2.14 Indeks Bias
Jika sinar melewati media kurang padat ke media lebih pekat maka sinar akan
membelah atau membias dari garis normal. Jika dalah sudut sinar pantuk dan i adalah
sudut sinar datang maka menurut hukum pembiasan :
sin i
=
sin
N
n
dimana n adalah indeks bias media kurang padat dan N adalah indeks bias media lebih
padat.
Refraktor adalah alat yang tepat untuk menetapkan nilai indeks bias. Prosedur ini
hanya digunakan intik mengukur indeks bias pada suhu 20 oC sehingga indeks bias pada
suhu tertentu harus dikurangi atau ditambah faktor koreksi.
(Guenther, 1987)
2.15
Spektroskopi UV-VIS
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spectrum ultraviolet dan terlihat
bergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spectra ultraviolet terlihat senyawasenyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi didaerah tingkatan-tingkatan
tenaga elektronik, disebabkan karena hal ini maka serapan radiasi ultraviolet terlihat
sering dikenal dengan spektroskopi. Transisi-transisi tersebut biasanya antara orbital
ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak jenuh atau orbital anti
ikatan. Panjang gelombang serapan adalah ukuran dari pemisahan tingkatan-tingkatan
dari orbital-orbital yang bersangkutan. Pemisahan tenaga yang paling tinggi diperoleh
bila elektron-elektron dalam ikatan tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah
dari 120-200 nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak
banyak memberikan keterangan diatas 200 nm. Eksitasi elektron dan orbital p, orbital d
dan orbital segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak
keterangan. Dalam praktek, spektroskopi ultraviolet digunakan terbatas pada sistemsistem terkonjugasi.
(Sastrohamidjojo, 2001)
2.16
Spektroskopi Inframerah
Bila sinar infra merah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka
Analisa Bahan
Sifat kimia :
- memiliki bau dan flavor tipikal rempah-rempah
-
2.17.2 Na2SO4
Sifat fisik :
- berat molekul a42,06 g/mol
-
densitas 2,8
Sifat kimia :
- padatan berwarna putih
-
2.17.3 Akuades
Sifat fisik :
- tidak berbau,tidak berasa,
-
tidak berwarna,
titik beku 0 0C
densitas 1
Sifat kimia :
- sebagai pelarut universal
-
2.17.4 NaOH
Sifat fisik :
- padatan putih
-
Sifat kimia :
- dibuat dari elektrolisis asam dengan sel diagfragma
-
2.17.5 Heksana
Sifat fisik :
- cairan tidak berwarna
-
Sifat kimia :
- tidak larut dalam air
-
(Daintith, 1994)
2.17.6 Asam Klorida
Sifat fisik :
- gas berasap tidak berwarna,
-
Sifat kimia :
- dibuat dengan memanaskan NaCl dengan asam sulfat pekat
-
2.17.7 Eter
Sifat fisik :
- larutan berbau dan mudah menguap
-
Sifat kimia :
mempunyai kelarutan dalam 100 bagian : air 75 pada 20 0C alkohol.
(Daintith, 1994)
.
.
.
.
3.1
Plat tetes
Corong pisah
Gelas ukur
Corong gelas
10.
3.1.2
Bahan
Minyak cengkeh
NaOH 2 N dan NaOH 4 N
HCl
Akuades
Pentana
Petroleum eter
Na2SO4 anhidrat
8.
pH Universal
I.2.
3.1.3
Gambar Alat
I.3.
I.4.
kaca
I.5.
Gelas beker
Corong pisah
gelas ukur
Corong
I.6.
Pipet tetes
Magnetik stirrer
Batang pengaduk
I.7.
I.8.
I.9.
I.10.
I.11.
I.12.
I.13.
I.14.
I.15.
I.16.
I.17.
I.18.
Destilasi fraksinasi
Plat tetes
I.41.
I.42.
I.43.
larutan kariofilena
Pencampuran
Penyimpanan pada botol vial
larutan kariofilena
larutan Na-eugenolat
I.44.
Larutan Na-eugenolat
I.45.
I.46.
Pengasaman dengan HCl 25 % 20-30 mL
I.47.
I.48.
Pengukuran pH 3
I.49.
Pemisahan
I.50.
I.51.
I.52.
I.53.
I.54.
larutan
lapisan air
I.55. eugenol
I.56.
Ekstraksi dengan 25 mL petroleum eter
Pencampuran
I.57.
Pencucian
dengan
aquadest
sebanyak
3 kali
I.58.
Penambahan Na2SO4 anhidrat
I.59.
I.60.
Penyaringan
I.61.
I.62.
I.63.
I.64.
lapisan eugenol
larutan
I.65.
I.66.
I.67.
I.68.
I.69.
residu
filtrat
Pendestilasian dengan destilasi fraksinasi
Fraksi
Pengujian indeks bias
Hasil
IV.
DATA PENGAMATAN
I.70. I.71.
N
uan
o
I.73. I.86.
1
minyak cengkeh + 150 ml NaOH
I.74. I.87.
Perlak
I.72.
Hasil
100 ml I.97.
V.
I.117.
HIPOTESA
I.118.
mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, menentukan tetapan fisik yaitu indeks
bias. Prinsip dari percobaan ini adalah pemisahan eugenol dari kariofillena dan senyawa
kevil lain dalam minyak cengkeh melalui reaksi penggaraman, lalu lapisan yang
mengandung eugenol dimurnikan kembali dengan destilasi fraksinasi. Metode yang
digunakan adalah ekstraksi dan destilasi fraksinasi vakum. Hasil yang diperoleh berupa
larutan eugenol berwarna cokelat.
I.119.
I.120.
I.121.
VI.
Pembahasan
I.122.
mengisolasi eugenol minyak daun cengkeh, menentukan tetapan fisik yaitu indeks bias.
Prinsip dari percobaan ini adalah pemisahan eugenol dari komponen minyak daun cengkeh
yang lain, misalnya kariofilena. Metode yang digunakan adalah ekstraksi pelarut dan destilasi
fraksinasi. Ekstraksi pelarut yaitu suatu metode pemisahan senyawa dari senyawa lain
berdasarkan perbedaan kelarutan dan distribusi kelarutan pada suatu regen atau pelarut
tertentu berdasarkan tingkat kepolarannya, dan destilasi fraksinasi, yaitu suatu proses
pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih (Underwood,
1986).
I.123.
eugenol dan kariofilena. Eugenol yang merupakan senyawa paling banyak terkandung dalam
minyak daun cengkeh. Dapat dipisahkan/diisolasi dari komponen minyak daun cengkeh yang
lain. Penambahan NaOH dalam minyak daun cengkeh mengubah eugenol menjadi garam Naeugenolat. Dengan bentuk garam yang memiliki sifat polar, maka eugenol dalam bentuk Naeugenolat dapat dengan mudah terpisah dari komponen minyak daun cengkeh lain yang
bersifat non polar.
I.124.
cengkeh. Eugenol merupakan suatu alkohol siklis monohidroksi atau fenol sehingga dapat
bereaksi dengan basa kuat. Eugenol dari minyak daun cengkeh dapat diisolasi dengan
penambahan larutan encer dari basa kuat seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2. Pada reaksi
antara NaOH dengan minyak daun cengkeh ini timbul panas yang berarti reaksi berjalan
eksotermis yaitu melepaskan panas. Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan garam Naeugenolat. Reaksi penggantian gugus H+ dengan Na+ yang berasal dari NaOH melepaskan
energi yang muncul berupa panas.
I.125.
I.126.
I.127.
I.128.
I.129.
I.130.
I.131.
I.132.
Reaksi:
I.133.
I.134.
I.136.
(Fessenden, 1986)
NaOH karena kariofilena tidak mengandung gugus hidroksil (-OH) seperti pada eugenol.
Sehingga pada kariofilena tidak ada gugus yang dapat diganti untuk membentuk garam.
I.137.
Struktur Kariofilena:
I.138.
I.139.
I.141.
Na-eugenolat dapat dipisahkan dari kariofilena maupun komponen penyusun minyak daun
cengkeh lainnya yang bersifat non polar. Lapisan atas berupa kariofilena yang berwarna
kuning muda sedangkan lapisan bawah berupa garam Na-eugenol yang berwarna coklat
muda. Kariofilena berada di lapisan atas karena massa jenis kariofilena lebih kecil daripada
massa jenis eugenol dalam bentuk garamnya. Massa jenis kariofilena adalah 0,9658 g/ml,
sedangkan massa jenis eugenol adalah 1,06 g/ml. Pemisahan kedua lapisan dapat terjadi
karena perbedaan tingkat kepolaran. Kariofilena bersifat nonpolar sedangkan garam Naeugenolat bersifat polar dan dapat larut dalam air. Penambahan NaOH 4 N terlebih dulu
dengan tujuan agar pembentukan garam Na-eugenolat lebih optimal mengikat komponen
eugenol yang ingin diubah ke bentuk garamnya dalam minyak daun cengkeh mencapai 7080%, sehingga konsentrasi yang dibutuhkan lebih besar untuk mensubstitusi gugus H+ dari
eugenol dengan Na+ dari NaOH.
I.142.
pengadukan akan meningkatkan energi kinetik dari molekul yang bereaksi sehingga peluang
dari molekul-molekul untuk bertumbukan semakin besar dan reaksi akan lebih mudah terjadi
karena adanya kemungkinan tumbukan efektif yang terjadi (Khopkar,1990). Pendiaman
dengan temperatur campuran turun bertujuan untuk memastikan reaksi pembentukan garam
Na-eugenolat telah berlangsung optimal. Hal itu dapat dilihat dari terbentuknya 2 lapisan
dan penurunan suhu campuran. Dengan penurunan suhu dapat memberikan tanda bahwa
reaksi telah berhenti dan tidak adanya energi dari hasil reaksi yang dilepaskan lagi dalam
bentuk panas.
I.143.
bertujuan untuk mereaksikan kembali NaOH dengan eugenol yang mungkin masih tersisa
dan terbawa di lapisan kariofilena. Hal itu dilakukan agar eugenol yang terambil dari minyak
daun cengkeh lebih banyak. Konsentrasi NaOH yang digunakan lebih kecil daripada
konsentrasi NaOH yang digunakan pada ekstraksi pertama karena kadar eugenol yang ingin
direaksikan lebih sedikit daripada yang pertama. Dari hasil ekstraksi kedua ini sudah tidak
didapatkan lagi garam Na-eugenolat. Hal ini dibuktikan dengan hanya ada warna kuning
muda dalam larutan yang merupakan kariofilena.
I.144.
dicampur dengan heksana 25 mL. Tujuan ekstraksi dengan heksana tersebut adalah untuk
melarutkan senyawa nonpolar yakni kariofilena yang dimungkinkan masih tersisa pada
lapisan garam eugenolat. Hasilnya adalah lapisan bawah berwarna coklat muda yaitu lapisan
garam eugenolat dan lapisan atas berwarna kuning muda yaitu sisa senyawa non polar.
Ekstraksi dengan heksana ini dilakukan sebanyak 2 kali untuk memperoleh senyawa non
polar yang terpisah. Namun dalam percobaan hanya dilakukan sekali saja karena pada
ekstraksi pertama sudah tidak terdapat kariofilena sehingga ekstraksi dilakukan sekali dengan
menggunakan NaOH 4 N.
I.145.
Setelah itu dilakukan penambahan HCl pada lapisan garam eugenolat yang
bertujuan untuk mengubah garam eugenolat menjadi eugenol kembali yaitu dengan
mensubstitusi gugus H+ pada garam eugenolat sehingga eugenol dapat diperoleh kembali.
Hasilnya dalah lapisan atas berwarna coklat muda (eugenol) dan lapisan bawah adalah garam
NaCl berwarna putih.
I.146.
Reaksi :
I.147.
Na+
O-
OH
+ HCl
O
sodium eugenolate
I.148.
NaCl
O
eugenol
I.149.
I.150.
kondisi asam bagi reaksi tersebut. Dalam suasana asam, eugenol akan dengan mudah
menarik gugus H+ sehingga garam eugenolat dapat berekasi dengan HCl membentuk eugenol
kembali. pH 3 merupakan titik pH optimal pada eugenol untuk dapat menarik atau melepas
gugus H+ pada gugus hidroksilnya. Jika suasana lebih asam maka merusak struktur eugenol.
Lapisan NaCl berada di bawah karena massa jenisnya lebih besar yaitu 1,256 g/ml dibanding
massa jenis eugenol (lapisan eugenol berada di atas) yaitu 1,06 g/ml (Basri, 1994).
I.151.
untuk mengikat eugenol yang masih berada pada lapisan NaCl mengikuti kaidah like
dissolve like senyawa polar akan larut dalam pelarut nonpolar, begitu juga senyawa polar
akan larut dalam polar. Eugenol merupakan senyawa nonpolar sehingga akan larut dalam
pelarut eter yang juga bersifat nonpolar. Dari hasil ekstraksi ini akan diperoleh eugenol di
lapisan atas. Eugenol yang diperoleh digabung dengan eugenol yang sudah diperoleh
sebelumnya. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan akuades pada eugenol dengan tujuan
untuk menghilangkan pengotor polar seperti sisa-sisa NaCl yang mungkin masih ada.
I.152.
yang bertutjuan untuk mengikat molekul air. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk
memisahkan Na2SO4 dengan eugenol. Lalu dilakukan penguapan atau evaporasi dari hasil
yang diperoleh (eugenol) dengan tujuan menghilangkan eter pada lapisan eugenol.
Penguapan ini dilakukan dengan alat rotaryevaporator pada suhu 35 oC. Penguapan dilakukan
pada suhu 35 oC karena pelarut eter mudah menguap pada suhu 34,6 oC. Untuk memperoleh
eugenol yan lebih murni, maka dilakukan destilasi fraksinasi (destilasi bertingkat) dimana
dalam pemisahannya berdasarkan berbedaan titik didih. Fraksi yang pertama titik didihnya
sekitar 60-65oC dan fraksi kedua titik didihnya 70-75 oC. Dan untuk meyakinkan bahwa hasil
yang diperoleh adalah eugenol maka dilakukan analisis sifat-sifat eugenol yaitu analisis
indeks bias eugenol. Dimana diperoleh sifat fisik dari eugenol fraksi pertama yaitu berwarna
coklat, dengan indeks bias 1,5205 dan eugenol pada fraksi kedua berwarna kekuningan
dengan indeks bias 1,5215. Menurut Badan Standar Nasional (1996), indeks bias eugenol
berkisar antara 1,529 1,537, sehingga pada percobaan ini eugenol yang diperoleh belum
murni karena indeks biasnya tidak berada pada rentang tersebut dan pada saat destilasi
fraksinasi suhu fraksinasi belum tercapai (dibawah 100 0C). Seharusnya suhu yang digunakan
saat fraksi pertama 94-960 C dan pada fraksi kedua 97-1070 C.
I.153.
I.154.
I.155.
I.156.
I.157.
I.158.
I.159.
I.160.
I.161.
I.162.
I.163.
I.164.
I.165.
VII. PENUTUP
VII.1. Kesimpulan
1. Eugenol yang diisolasi dari minyak daun cengkeh dengan destilasi fraksinasi
dengan hasil fraksi pertama berwarna coklat dan fraksi kedua berwarna kekuningan.
2. Eugenol pada fraksi pertama memiliki indeks bias 1,5205 dan pada fraksi kedua
memiliki indeks bias 1,5215. Menurut Badan Standar Nasional (1996), indeks bias
eugenol berkisar antara 1,529 1,537, sehingga pada percobaan ini eugenol yang
diperoleh belum murni.
VII.2. Saran
1. Usahakan pada saat destilasi fraksinasi, suhu yang digunakan mencapai lebih dari
100 oC.
2. Untuk meyakinkan bahwa yang diperoleh adalah eugenol murni, perlu dilakukan uji
lanjutan seperti, uji spectra UV-Vis dan spectra IR.
I.166.
I.167.
I.168.
I.169.
I.170.
I.171.
I.172.
I.173.
I.174.
I.175.
I.176.
I.177.
I.178.
I.179.
I.180.
I.181.
I.182.
I.183.
I.184.
I.185.
I.194.
I.195. Brunke, E.J. dan Rojahn, W., 1989, Perfumed Containing Tetrahidro-caryphyllenon, Chem.
Abstr., 110, 179-895.
I.196.
I.197.
Basri, S, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
I.198.
I.199. Collado, I.G., Hamson, J.R., Hitchcock, dan Macias-Sanchez, A.J., 1997, Stereochemistry of
Epoxidation of Some Caryophyllene, J. Org. Chem., 62, 1965-1969
I.200.
I.201.
Daintith, J, 1994, Kamus lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
I.202.
I.203.
Fessenden, 1986, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
I.204.
I.205. Flint, H.M., Merkle, J.R., dan Sledge, M., 1981, Attraction of Male Collops Vittatus in the
Field by Caryophyllene Alcohol, Chemical Abstracts, 86, 129873c
I.206.
I.207.
Guenther, E, 1987, Minyak Atsiri, UI Press, Jakarta.
I.208.
I.209. Kadarohman, Asep., dkk., 2012, Sintesis Klovanadiol Dari Kariofilena, Pend. Kimia FPMIPA
UPI, Bandung.
I.210.
I.211.
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Ilmu Analitik, UI Press, Jakarta.
I.212.
I.213. Kubo, I, Muroi, H., dan Kubo, A., 1994, Naturally Occurring Antiacne Agents, J. of Natural
Products, 57:1, 9-17
I.214.
I.215. Muchalal, M. dan Crouzet, J., 1985, Volatile Components of Clove Essential Oil (Eugenia
caryophyllus Spreng): Neutral Fraction, Agric. Bio. Chem., 49:6, 1583-1589.
I.216.
I.217. Muroi, H., Kubo, A. dan Kubo, I., 1993, Antimicrobial Activity of Cashew Apple Flavor
Compounds, J. Agric. Food Chem., 41:1106-1109.
I.218.
I.219.
Mussinan, C.J., Mookherjee, B.D., Vock, M.H., Vinals, J.F., Kiwala, J. dan Schmitt, F.L.,
1980, Preparation of a Caryophyllene Alcohol Mixture, United States Patent, 4, 229, 599
I.220.
I.221. N. Hahn, Caitlin and R. Burkett, Jeremy., 2013, Optimizing eugenol extraction conditions
from fresh and dried samples of holy basil (Ocimum sanctum), Pelagia Research Library
Asian Journal of Plant Science and Research, 2013, 3(5):28-31.
I.222.
I.223. Opdyke, D.L.J., 1977, Monographs on Fragrance Raw Materials Caryophyllene Acetate,
Chem. Abstract, 86, 364.
I.224.
I.225. Petrucci, RH, 1987, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.
I.226.
I.227.
Pudjaatmaka, 2002, Kamus Kimia Pangan, Depdikbud, Jakarta.
I.228.
I.229. Sastrohamidjojo, H., 1981, A Study of Some Indonesian Essential Oils, Disertasi, FPMIPA
UGM, Yogyakarta.
I.230.
I.231.
Sastrohamidjojo, 2001, Kimia Organik, Liberty, Yogyakarta.
I.232.
I.233. Sighn, Amit, et al., 2013, Regulation of Wound Strength by Ocimum Sanctum : in Silico and
in Vivo Evidences, Varanasi, India.
I.234.
I.235. Tahid dan Connolly, J.D., 1994, Computer-Assisted Structure Elucidation of Humelene
Epoxide and Caryophyllene Epoxide Mixture of Turraea Brownii, Jurnal Kimia Terapan
Indonesia, 4:1, 45-47
I.236.
I.237.
Underwood, 1986, Analisis Kimia Kualitatif, Erlangga, Jakarta.
I.238.
I.239. Woranuch, S., dan Yoksan R., 2012, Eugenol Ioaded Chitosan Nanoparticles : II. Application
in Bio Based Plastics for Active Packeging, Carbohydrate Polymers 96 (2013) 586-592.
I.240.
I.241. Zheng, G.Q., Kenney, P.M. dan Lam, L.K.T., 1992, Sesqueterpenes from Clove (Eugenia
Caryophyllata) as Potential Anticarcinogenic Agents, Journal of Natural Products, 55:7,
999-1003.
I.242.
I.243.
LEMBAR PENGESAHAN
I.244. Semarang,
Juni
2014
I.245.
Praktikan,
I.246.
I.247.
I.248.
I.249.
I.250.
I.253.
I.254.
I.257.
I.258.
Irma Eviana
24030112120006
I.264.
I.265.
Syarifah Fadhilah N.
24030112130058
I.251.
I.266.
I.252.
I.267.
Lulu Shoffatun N.
24030112140031
I.268.
I.269.
Apriyandika
24030112130126
I.255.
I.270.
I.256.
I.271.
Agnidian Setyorini
I.272.
Zenima Patris M.
24030112120015
I.273.
24030112130042
I.259.
I.274.
I.260.
I.275.
I.261.
Mita Manawiyah
I.262.
24030112120007
I.263.
I.276.
I.277.
I.278.
I.279.
Mengetahui,
I.280.
Asisten,
I.281.
I.282.
I.283.
I.284.
Irma Yunitasari
24030110120021
I.285.
I.286.
I.287.
I.288.
ABSTRA K
I.289.
I.290. Percobaan isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh ini bertujuan untuk
mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, menentukan tetapan fisik yaitu indeks bias.
Prinsip dasar percobaan ini adalah pemisahan eugenol dari komponen minyak daun cengkeh
yang lain, misalnya kariofilena. Metode yang digunakan adalah ekstraksi pelarut dan destilasi
fraksinasi. Ekstraksi pelarut yaitu suatu metode pemisahan senyawa dari senyawa lain
berdasarkan perbedaan kelarutan dan distribusi kelarutan pada suatu regen atau pelarut tertentu
berdasarkan tingkat kepolarannya, dan destilasi fraksinasi, yaitu suatu proses pemisahan dua atau
lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Sampel yang digunakan adalah minyak
daun cengkeh. Hasil yang didapat pada fraksi 1 adalah lapisan yang berwarna cokrlat dengan
indeks bias 1,5205 dan pada fraksi 2 diperoleh lapisan berwarna kekuningan dengan indeks bias
1,5215.