Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SENYAWA MINYAK NABATI BUNGA KECOMBRANG

(Etlingera elatior) DAN PEMBUATAN SEDIAAN DEODORAN


SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
epidermidis
Farid Sandy Muharom, Lilis Tuslinah, dan Indra
Program Studi Farmasi, STIKes BTH Tasikmalaya
Email: faridmuharom@gmail.com

Abstrak Kecombrang merupakan tanaman yang banyak sekali tumbuh di Indonesia dan memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai
antibakteri. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen senyawa yang terkandung dalam minyak bunga
kecombrang, mengetahui efektivitas antibakteri minyak nabati bunga kecombrang dan pembuatan sediaan deodoran minyak bunga
kecombrang. Telah dilakukan analisis komponen senyawa minyak nabati bunga kecombrang menggunakan GC-MS hasil yang diperoleh
yakni minyak nabati bunga kecombrang terdiri atas 22 komponen senyawa yang diantaranya memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu
senyawa dodecanal sebanyak 1%, dodecanal dimethylasetal sebanyak 1,51% dan 1-Eicosanol sebanyak 0,37%. Kemudian dilakukan
pengujian aktivitas antibakeri Minyak nabati dan deodoran bunga kecombrang dan memiliki aktivitas antibakteri. Pada minyak nabati daya
hambat terbaik ditunjukan pada konsentrasi 9% dengan daya hambat 15mm ± 0,20 mm dan 10% dengan daya hambat 16,7 mm ± 0,45.
Sedangkan untuk daya hambat sediaan deodoran F1 adalah 9,89 mm ± 0,51 mm dan F2 adalah 12,1 mm ± 0,41 mm. Sediaan deodoran F1
dan F2 memiliki kualitas yang baik. Akan tetapi, formula yang sediaan terbaik adalah sediaan deodoran F2 hal ini ditunjukan oleh zona
hambat yang terbentuk serta hasil uji hedonik pada parameter efek menghilangkan bau badan.

Kata Kunci: Antibakteri, Bunga Kecombrang, Deodoran, Minyak Nabati

LATAR BELAKANG olahan makanan. Akan tetapi, tumbuhan kecombrang ini


Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia
harinya melakukan berbagai macam aktivitas baik itu terutama sebagai antioksidan dan antimikroba. Hal ini
aktivitas ringan maupun aktivitas berat, sehingga tubuh menjadikan kecombrang sebagai tumbuhan yang potensial
manusia akan mengeluarkan keringat. Sebenarnya, bila ditinjau dari ketersediaanya dan manfaat yang
berkeringat merupakan respon tubuh alami untuk dimilikinya.
pengaturan suhu tubuh. Akan tetapi keringat dapat
menghasilkan bau tak sedap yang dapat mengganggu. METODOLOGI PENELITIAN
Keringat yang menimbulkan bau tak sedap Alat
dihasilkan dari kelenjar apokrin terutama pada daerah Alat yang digunakan adalah timbangan digital, pipet
ketiak. Kelenjar mengandung sejumlah protein dan zat tetes, mikro pipet, cawan petri, autoklaf, oven, spirtus,
gula yang dapat diuraikan oleh bakteri Staphylococcus kaki tiga, loyang, seperangkat alat gelas, kromatografi gas-
epidermidis yang menghasilkan bau seperti ammonia spektrofotometer massa (GC-MS) Shimadzu , rotary
(khasanah dkk, 2010). evaporator (Eyela), Viscometer Brookfield, Ultra turrax
Permasalahan mengenai bau badan ini dapat diatasi (IKA).
salah satunya dengan menggunakan deodoran yang
mengandung bahan antibakteri, sehingga dapat Bahan
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan Bahan yang digunakan adalah N-hexana, Hydroxy Prophyl
tersebut. Deodoran yang banyak tersebar di masyarakat Cellulosa-medium (HPC-m), Butylated Hydroxy Toluen
(BHT), Propilen glikol, Tween 80, Etanol 96%, Aquadest,
merupakan deodoran yang berasal dari zat sintetis dan
Nutrien Agar, Mueller Hinton Agar, Bakteri
hampir tidak ada deodoran yang terbuat dari tumbuhan.
Padahal, di Indonesia banyak sekali tumbuhan yang Staphylococcus epidermidis.
memiliki khasiat terutama sebagai antibakteri salah satu
Prosedur
contohnya adalah kecombrang.
Pengumpulan Bahan dan Pengolahan Bahan
Tumbuhan kecombrang (Etlingera elatior) tersebar
Bahan yag akan digunakan untuk penelitian diambil
cukup luas di Indonesia sehingga cukup mudah untuk
dari wilayah Priangan Timur. Diambil bunga yang masih
dijumpai termasuk dipulau jawa. Pemanfaatan
segar dan dalam kondisi baik kemudian dicuci dengan air
kecombrang ini masih sangat kurang dalam dunia farmasi, yang mengalir agar pengotor hilang. Kemudian bunga
masyarakat biasanya memanfaatkan kecombrang sebagai
dikeringkan menggunakan oven untuk mengurangi kadar
airnya. Kemudian dihaluskan menggunakan blender d. Kelarutan dalam etanol
hingga menjadi serbuk. Minyak 1 ml yang diukur dengan teliti ditempatkan
di dalam gelas ukur bertutup berukuran 10 ml dan
Ekstraksi dan Isolasi Minyak Nabati Bunga ditambahkan setetes demi setetes pada setiap penambahan
Kecombrang dikocok sampai diperoleh suatu larutan yang sejernih
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Proses mungkin pada suhu 25°C (Depkes, 1985).
ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel
menggunakan pelarut n-heksan pada suhu kamar sehingga Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Nabati
dapat melarutkan analit dalam sampel sambil diaduk Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri dilakukan
sesekali untuk mempercepat proses pelarutan analit. dengan menuangkan media Mueller Hinton Agar sebanyak
Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali selama 24 jam, 20 mL dan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis
kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. sebanyak 300 μL ke dalam cawan petri dan dibiarkan
Isolasi dilakukan dengan cara destilasi. Ekstrak kental hingga memadat. Kemudian media diberi lubang , dan
N-heksana bunga kecombrang ditambahkan etanol 96 % dituangkan minyak kecombrang dengan variasi
untuk memisahkan lilin dan minyak nabati. Fase etanol konsentrasi sampai memenuhi bagian media yang
diambil dan didestilasi pada suhu 78ºC. Destilasi dilubangi. Menginkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
dilakukan sampai minyak nabati terisolasi secara Lalu diamati dan diukur zona hambat yang terbentuk
sempurna. (Rizqiyana et al, 2014).

Proses Transesterifikasi Minyak Nabati Bunga Pembuatan Sediaan Deodoran


Kecombrang Pembuatan deodorant dilakukan dengan cara
Senyawa minyak nabati bunga kecombrang sebelum mendispersikan HPC-m dalam etanol 96% dan didiamkan
dianalisis kembali menggunakan GC-MS, dilakukan selama 24 jam. BHT ditambahkan dalam minyak bunga
transesteri minyak bunga kecombrang dengan kecombrang. Dibuat pelarut campuran air, etanol dan
menambahkan 20 mL Na.metanolik kemudian dipanaskan propilen glikol. Tween 80 diencerkan dengan air. Minyak
selama 10 menit, setelah itu ditambahkan 1 mL H2S04 dan nabati bunga kecombrang dicampurkan dengan larutan
10 mL N-hexana, kocok dengan menggunakan vortex tween 80, kemudian campuran tersebut ditambahkan
sehingga tercipta 2 fase,yakni fase ester dibagian atas dan pelarut campur dan thickening agent yang telah
fase gliserol dibagian bawah, kemudian ambil fase dikembangkan, setelah itu sediaan dihomogenkan
atasnya. menggunakan Ultra turrax homogenizer dengan kecepatan
10000 rpm.
Analisis Menggunakan Gas Chromatography-Mass
Spectroscopy Evaluasi Sediaan
Minyak nabati bunga kecombrang (Etlingera elatior) Uji Organoleptik
dianalisis komponennya menggunakan alat GC-MS Uji organoleptik sediaan deodoran meliputi warna,
dengan menyuntikan sejumlah minyak atsiri kedalam alat bau, dan homogenitas sediaan.
GC-MS.
Uji pH
Pengujian Mutu Minyak Nabati Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
a. Uji Organoleptik dan diamati pH sediaan deodoran yang telah dibuat dengan
Uji organoleptik dilakukan dengan mengidentifikasi persyaratan pH 4 – 6,8 (Rusli, 2014).
simplisia menggunakan panca indra, meliputi bentuk,
warna, bau dan rasa. Uji Viskositas
b. Penapisan monoterpenoid dan seskuiterpenoid Uji pH dilakukan dengan menggunakan alat
Ditambahkan larutan vanillin 10% dan asam sulfat Viskometer Brookfield dengan spindle 2 pada rpm 100,
pekat. Terjadinya warna-warna menunjukan adanya torsi 82,5% dan diamati viskositas sediaan deodoran yang
senyawa monoterpenoid dan seskuiterpenoid (Farnswort, telah dibuat (Rizqiyana et al, 2014).
1966).
Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Deodoran
c. Analisis Bobot Jenis
Uji Aktivitas Antibakteri sediaan deodoran dilakukan
Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan ditimbang.
dengan menuangkan media Mueller Hinton Agar sebanyak
Piknometer di isi dengan minyak . Permukaan minyak
20 mL dan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis
diatur sampai garis tanda kemudian dikeringkan dengan
sebanyak 300 μL ke dalam cawan petri dan dibiarkan
kain kering dan ditimbang. Perlakuan sama dilakukan pada
hingga memadat. Kemudian media diberi lubang, dan
aquades sebagai pembanding dan dihitung bobot jenisnya
ditambahkan sediaan deodoran F1 dan F2 sampai
berdasarkan perbandingan antara minyak dengan aquades
memenuhi bagian media yang dilubangi. Menginkubasi
(Depkes, 1985).
pada suhu 37ºC selama 24 jam. Setelah itu diamati dan
diukur zona hambat yang terbentuk lalu dilakukan blanko senyawa non polar yang tidak larut etanol. Fraksi etanol
dan dibandingan dengan sediaan deodoran yang ada ini selanjutnya dipekatkan dengan cara destilasi sehingga
dipasaran (Rizqiyana et al, 2014). didapat ekstrak kental etanol bunga kecombrang sebanyak
20 mL dan memiliki rendemen ekstrak etanol sebesar
Uji Iritasi 2,5%.
Uji iritasi dilakukan pada 20 orang panelis dengan
mengoleskan sediaan deodoran ke permukaan kulit bagian Transesterifikasi senyawa minyak bunga kecombrang
dalam dan diamati respon iritasi yang terjadi pada kulit Senyawa minyak nabati bunga kecombrang sebelum
selama 12 jam. dianalisis kembali menggunakan GC-MS, dilakukan
proses transesterifikasi yang bertujuan untuk merubah
Uji Hedonik minyak nabati kedalam bentuk esternya dengan
Uji hedonik dilakukan terhadap 20 orang panelis menggunakan Na.Metanolik, N-hexana dan H2SO4 sebagai
dengan menggunakan sediaan deodoran pada daerah katalis. Pada proses ini terjadi reaksi hidrolisis minyak
ketiak selama 12 jam, kemudian menyatakan kesukaan nabati oleh asam menjadi senyawa asam lemak yang
terhadap sediaan deodoran yang telah dibuat. kemudian senyawa tersebut bereaksi dengan Na.metanolik
dan menghasilkan 2 fase cairan yang mana cairan tersebut
PEMBAHASAN adalah gliserol pada bagian bawah dan senyawa turunan
ester pada bagian atas, senyawa ester inilah yang
Ekstraksi dan Isolasi selanjutnya digunakan pada analisis GC-MS.
Proses ekstraksi yang dilakukan adalah dengan
metode maserasi menggunakan pelarut N-hexana dengan Analisis Senyawa Menggunakan Gas
tujuan untuk menarik senyawa non polar dari bunga Chromatography-Mass Spectroscopy
kecombrang yang diantaranya mengandung senyawa Analisis senyawa dengan menggunakan Gas
monoterpenoid dan seskuiterpenoid, kemudian dipekatkan Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS) dilakukan
dengan rotary evaporator dan diperoleh rendemen ekstrak untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat
N-hexana sebesar 7,55%. pada suatu senyawa beserta kadarnya, bobot molekul, serta
Ekstrak kental tersebut kemudian dilarutkan pola fragmentasi dari senyawa-senyawa tersebut. Berikut
menggunakan etanol 96% sehingga didapatkan 2 fraksi, hasil dari analisis GC-MS minyak bunga kecombrang :
yakni fraksi senyawa non polar yang larut etanol dan fraksi

Gambar 1 Kromatogram GC-MS minyak bunga kecombrang


Pada Kromatogram tersebut terdapat 22 titik puncak, dipisahkan berdasarkan waktu retensi dari masing masing
yang mana hal itu menunjukan komponen senyawa yang senyawa, karena tiap senyawa memiliki waktu retensi
terdapat pada minyak nabati bunga kecombrang. Hal ini yang berbeda-beda (Leba, 2017).

Tabel 1 Hasil GC-MS komponen senyawa minyak nabati bunga kecombrang


Peak Waktu Retensi BM Area (%) Nama Senyawa
1 22,594 184 1 Dodecanal
2 25,750 214 9 Dodecanoic methyl ester
3 26,988 230 1,51 Dodecanal Dimethylasetal
4 30,293 338 1,37 Hexadecanal diallyl acetat
5 30,549 268 11,95 9-hexadecenoic methyl ester
6 31,738 184 1,90 2-decenoic methyl ester
7 32,467 170 5,64 10-Undecen-1-ol
8 33,252 272 3,16 Tetradecanoic methyl ester
9 35,040 298 11,49 Octadecanoic methyl ester
10 38,586 298 22,16 9,12-Octadecadienoyl chloride
11 38,992 298 0,89 Methyl octadecanoate
12 46,036 382 0,49 Tetracosanoic methyl ester
13 46,618 268 2,58 9-octadecen-1-ol
14 49,556 242 2,15 2-hexyl-1-decanol
15 49,717 298 0,37 1-Eicosanol
16 50,320 436 3,87 9,12,15-Octadecatrienoic methyl ester
17 50,792 268 1,35 9-Octadecen-1-ol
18 51,723 230 2,14 1,1 Dimethoxydodecane
19 51,942 478 1,17 Hexadecyl ester
20 55,342 478 9,78 Tetradecyl ester
21 55,710 153 2,60 7-Azabicyclo 4.1.0 heptane
22 59,670 478 3,46 Tetradecyl ester

Berdasarkan data GC-MS tersebut, dapat diketahui b. Senyawa Dodecanal Dimethylasetal


bahwa pada minyak bunga kecombrang terdapat beberapa Senyawa ini memberikan waktu retensi 25,750 menit
golongan senyawa yakni golongan alcohol, aldehid, asam dengan kadar sebanyak 1,51%. Hasil MS memberikan
lemak, dan senyawa turunan terpen. Berdasarkan studi puncak ion molekul m/e = 230 dengan diikuti puncak-
literatur, terdapat beberapa senyawa yang memiliki puncak fragmentasi pada m/e = 125 (C9H17), m/e = 111
kemampuan sebagai antibakteri yakni dodecanal, (C8H15), m/e = 97 (C7H12), dan m/e = 41 (C3H4). Perkiraan
dodecanal dimethylasetal, dan 1-Eicosanol (PubChem). pola fragmentasi senyawa dodecanal dimethylasetal adalah
sebagai berikut :
a. Senyawa dodecanal O

Senyawa ini memberikan waktu retensi 22,594 menit


dengan kadar sebanyak 1%. Hasil MS memberikan puncak O

ion molekul m/e = 184. Menurut Silverstein et al (2005),


dodecanal dimethyl acetal
pada senyawa alifatik aldehid beberapa pemecahan m/e: 230 HC
senyawanya terdapat pada senyawa H2O dan Ethylene. m/e: 41

Berdasarkan hal tersebut, fragmentasi senyawa O


dodecanal terjadi pada titik puncak fragmentasi m/e = 166
CH
( ), m/e =110 (C7H10O), m/e = 96 (C6H8O), m/e = 57 O
HC

(C4H9), m/e = 41 (C3H5), m/e =27 (C2H2), sedangkan m/e: 111

untuk H2O tidak terbaca oleh spektroskopi massa. m/e: 75,04

Perkiraan pola fragmentasi senyawa dodecanal adalah Gambar 3 Pola fragmentasi senyawa dodecanal dimethyl
sebagai berikut : asetal
O
dodecanal
H2O H
c. Senyawa 1-Eicosanol
HC
C
Senyawa ini memberikan waktu retensi 49,717 menit
H
dodecanal
m/e: 166 (100.0%), 167 (13.2%)
dengan kadar sebanyak 0,37%. Hasil MS memberikan
HC
CH2
puncak ion molekul m/e = 298 dengan diikuti puncak-
m/e: 27 (100.0%), 28 (2.2%)
puncak fragmentasi pada m/e =280 (C20H39), m/e = 140
HC (C10H19), m/e = 111 (C7H10O), m/e = 97 (C6H8O), m/e =
m/e: 138 (100.0%), 139 (11.0%) 57 (C4H9), m/e = 43 (C3H5O), m/e = 41 (C3H5), m/e =27
(C2H3). Perkiraan pola fragmentasi senyawa 1-Eicosanol
HC

m/e: 82 (100.0%), 83 (6.6%)


m/e: 56 (100.0%), 57 (4.4%) adalah sebagai berikut :
Gambar 2 Pola fragmentasi senyawa dodecanal
HO
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat diketahui
H
1-Eicosanol
m/e: 298 HC
bahwa senyawa minyak bunga kecombrang memiliki
H2O
m/e: 18
M-2 CH2
m/e: 27
aktivitas sebagai antibakteri pada semua konsentrasi. Akan
tetapi, konsentrasi minyak nabati bunga kecombrang yang
HC
C
HC
efektif dalam menghambat bakteri adalah pada konsentrasi
m/e: 111 m/e: 140 9% dan 10%. Hal ini dapat diketahui dari rentang nilai
HC
efektivitas antibakteri yang dihasilkan pada saat pengujian.
m/e: 41
Adapun rentang efektifitas antibakteri menurut literalur
yakni < 7 mm menandakan bahwa bakteri tersebut resisten
HC

m/e: 97
terhadap antibakteri, 7 – 14 mm menandakan bahwa
Gambar 3 Pola fragmentasi senyawa 1-Eicosanol kemampuan senyawa antibakteri bersifat intermediet atau
pertengahan, sedangkan > 14 mm menandakan bahwa
Pemecahan 1-Eicosanol pada puncak ion molekul senyawa tersebut efektif sebagai antibakteri.
C10H19 dan C7H10O mengalami kehilangan 2 massa Formulasi Sediaan Deodoran Minyak Bunga
molekul. Silverstein, (2010) menyatakan bahwa, pada Kecombrang
senyawa alkohol primer spektrum disekitar ion puncak Tabel 3 Formula sediaan deodoran
Jumlah (%) b/v
molekul yang sangat lemah dari alkohol primer terkadang Bahan
akan kehilangan ion molekul sebanyak M-2 atau M-3. F0 F1 F2
Minyak Nabati Bunga 0 9 10
Kecombrang
Hasil Pengujian Mutu Minyak Bunga Kecombrang HPC-m 3 3 3
Pengujian mutu minyak kecombrang yang dilakukan BHT 0,1 0,1 0,1
meliputi uji organoleptik, uji bobot jenis, kelarutan dalam Propilenglikol 15 15 15
Etanol 95% 40 40 40
etanol serta skrining senyawa monoterpen dan Tween 80 1,5 1,5 1,5
seskuiterpenoid. Pengujian ini dilakukan untuk Aquadest ad 100 ad 100 ad 100
mengetahui kualitas minyak bunga kecombrang yang telah
diperoleh. Evaluasi Sediaan Deodoran Minyak Bunga Kecombrang
Hasil yang didapatkan yakni minyak nabati bunga a. Uji Organoleptik
kecombrang memiliki warna kuning-jingga, bau khas Pengujian organoleptik dilakukan sebagi langkah awal
kecombrang, bobot jenis 0,9405, kelarutan dalam etanol untuk menentukan karakteristik dari sediaan deodoran
1:9 mL dan positif mengandung senyawa mono dan minyak bunga kecombrang yang telah dibuat yang
seskuiterpenoid. meliputi bentuk, warna, dan bau sediaan. Sediaan
deodoran F1 dan F2 berbentuk cairan kental dengan warna
Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Bunga Kecombrang putih dan bau khas kecombrang.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi
padat Cup-plate technique dimana pada metode ini dibuat Uji pH Sediaan Deodoran
sumuran pada media yang telah ditanami bakteri Pengujian pH sediaan dilakukan untuk mengetahui
Staphylococcus epidermidis dan kemudian pada sumuran kesesuaian pH dari sediaan yang telah dibuat dengan pH
tersebut dimasukan minyak nabati bunga kecombrang ketiak yakni pada rentang 4 – 6,8 (Rusli,2014). Hasil
dengan variasi konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 2%; 3%; 4%; pengujian didapatkan pH sediaan deodoran F1 dan F2
5%; 6%; 7%; 8%; 9%; dan 10%. Hasil yang diperoleh dari adalah 5,8. Dari nilai pH tersebut menujukan bahwa pH
pengujian antibakteri adalah sebagai berikut: sediaan deodoran yang dibuat telah memenuhi persyaratan
Tabel 2 Zona hambat minyak bunga kecombrang pH.
(Etlingera elatior)
Diameter zona hambat Uji Viskositas Sediaan Deodoran
No Konsentrasi (%) v/v Uji viskositas deodoran dilakukan dengan
(mm)
1 0 0 menggunakan spindle 2 dengan kecepatan 100 rpm. Hasil
2 0,5 2,3 ± 1.1 pengujian diperoleh viskositas sediaan deodoran F1 adalah
3 1 3,56 ± 0,41
4 2 3,9 ± 0,37 285,2 cP sedangkan sediaan deodorant F2 adalah 298,0 cP.
5 3 5,3 ± 0,60
6 4 6,2 ± 0,62 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Deodoran
7 5 8,5 ± 0,64 Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi
8 6 9,2 ± 1,04
9 7 11,2 ± 0,25 padat Cup-plate technique dimana pada metode ini dibuat
10 8 12,6 ± 0,56 sumuran pada media agar yang telah ditanami bakteri
11 9 15 ± 0,20 Staphylococcus epidermidis dan kemudian pada sumuran
12 10 16,7 ± 0,45 tersebut dimasukan sediaan deodoran bunga kecombrang
F1 dan F2 serta blanko yakni basis sediaan dan kontrol dimethylasetal sebanyak 1,51% dan 1-Eocosanol sebanyak
positif yakni deodoran yang telah beredar dipasaran. 0,37%.
Minyak nabati dan deodoran bunga kecombrang dan
Tabel 4 Zona hambat minyak bunga kecombrang memiliki aktivitas antibakteri. Pada minyak nabati daya
Formula Diameter zona hambat terbaik ditunjukan pada konsentrasi 9% dengan
No
hambat (mm) daya hambat 15mm ± 0,20 mm dan 10% dengan daya
1 F0 0 hambat 16,7 mm ± 0,45. Sedangkan untuk daya hambat
2 F1 9,89 ± 0,51 sediaan deodorant F1 adalah 9,89 mm ± 0,51 mm dan F2
3 F2 12,1 ± 0,41
4 kontrol positif 12,3 ± 0,37
adalah 12,1 mm ± 0,41 mm.
Sediaan deodoran F1 dan F2 memiliki kualitas yang
Hasil pengujian menunjukan bahwa sediaan deodoran baik. Akan tetapi, formula yang sediaan terbaik adalah
F2 bunga kecombrang memiliki efektivitas yang hampir sediaan deodoran F2 hal ini ditunjukan oleh zona hambat
sama dengan deodoran yang berada dipasaran. Akan yang terbentuk serta hasil uji hedonik pada parameter efek
tetapi, pada sediaan deodorant F1 dan F2 terjadi penurunan menghilangkan bau badan.
daya hambat jika dibandingkan dengan senyawa Saran
minyaknya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor Adapun saran pada penelitian ini adalah agar
konsentrasi zat dalam sediaan dengan minyak berbeda atau dilakukan optimasi penambahan H2SO4 dan Na-metanolik
oleh faktor zat tambahan sehingga kemampuan untuk pada proses transesterifikasi, penambahan pewangi pada
berdifusinya pun berbeda. sediaan deodoran serta dilakukan uji stabilitas pada
sediaan deodoran yang dibuat.
Uji Iritasi
Uji iritasi sediaan deodoran bunga kecombrang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan terhadap 20 orang panelis, hasil yang diperoleh Farnswort, N. 1966. Biological and Phytochemical Screening of
dari pengujian ini adalah tidak terjadi respon iritasi pada Plnats. Journal of pharmaceutical Science. Vol.55 (3): 247-
268.
kulit yang telah dioleskan dengan sediaan deodoran F1 dan Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara
F2. Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB
Hendayana, Sumar. 2010. Kimia Pemisahan Metode
Uji Hedonik Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung :
Hasil analisis statistik menujukan bahwa untuk Remaja Rosdakarya.
parameter aroma, warna, kekentalan, kenyamanan saat dan https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ diakses tanggal 16 juli 2018
setelah digunakan menunjukan bahwa tidak terdapat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope
preferensi penilaian yang signifikan sediaan deodorant F1 Indonesia Edisi V. Jakarta : KemenKes RI
dan F2. Khasanah, R., Eko B., dan Nenny W. 2010. Pemanfaatan
Ekstrak Sereh (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Alternatif
Parameter efek menghilangkan bau badan bahwa
Antibakteri Staphylococcus epidermidis pada Deodoran
terdapat preferensi yang signifikan pada efek Parfume Spray. Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri
menghilangkan bau badan antara sediaan deodoran F1 dan Yogyakarta.
F2. Berdasarkan nilai mean rank, F2 sedian deodoran lebih Kuswiyanto. 2016. Bakteriologi 2: Buku Ajar Analis Kesehatan.
disukai dibanding F1. Nilai skala yang diperoleh dari Jakarta : EGC
sediaan deodoran F2 adalah 3,6 yang artinya nilai efek Leba, Maria A. U. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi.
menghilangkan bau badan deodoran F2 agak disukai. Yogyakarta : Deepublish.
KESIMPULAN Rizqiyana, N., Oom k., Ike Y.W. 2014. Formulasi Deodoran Roll
On Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Sebagai
Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan analisis Antibakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis .
senyawa minyak bunga kecombrang serta pembuatan Universitas Pakuan Bogor
sediaan deodoran maka dapat disimpulkan bahwa minyak Rusli, Tati Rusliati. 2014. Uji Antiseptik Deodoran dari Kulit
Buah Jeruk Purut (Citrus histrix DC). Fakultas Kedokteran
bunga kecombrang terdiri atas 22 komponen senyawa Universitas Tarumanegara.
yang terdiri dari senyawa golongan asam lemak, alcohol Silverstein, R. M., Francis X. W., dan David J. K. 2005.
dan aldehid. Dari komponen-komponen senyawa tersebut, Spectrometric Identification of Organic Compounds
senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri Seventh Edition. State University of New York College of
diantaranya adalah dodecanal sebanyak 1%, dodecanal Environmental Science and Forestry

Anda mungkin juga menyukai