Abstrak Kecombrang merupakan tanaman yang banyak sekali tumbuh di Indonesia dan memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai
antibakteri. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen senyawa yang terkandung dalam minyak bunga
kecombrang, mengetahui efektivitas antibakteri minyak nabati bunga kecombrang dan pembuatan sediaan deodoran minyak bunga
kecombrang. Telah dilakukan analisis komponen senyawa minyak nabati bunga kecombrang menggunakan GC-MS hasil yang diperoleh
yakni minyak nabati bunga kecombrang terdiri atas 22 komponen senyawa yang diantaranya memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu
senyawa dodecanal sebanyak 1%, dodecanal dimethylasetal sebanyak 1,51% dan 1-Eicosanol sebanyak 0,37%. Kemudian dilakukan
pengujian aktivitas antibakeri Minyak nabati dan deodoran bunga kecombrang dan memiliki aktivitas antibakteri. Pada minyak nabati daya
hambat terbaik ditunjukan pada konsentrasi 9% dengan daya hambat 15mm ± 0,20 mm dan 10% dengan daya hambat 16,7 mm ± 0,45.
Sedangkan untuk daya hambat sediaan deodoran F1 adalah 9,89 mm ± 0,51 mm dan F2 adalah 12,1 mm ± 0,41 mm. Sediaan deodoran F1
dan F2 memiliki kualitas yang baik. Akan tetapi, formula yang sediaan terbaik adalah sediaan deodoran F2 hal ini ditunjukan oleh zona
hambat yang terbentuk serta hasil uji hedonik pada parameter efek menghilangkan bau badan.
Perkiraan pola fragmentasi senyawa dodecanal adalah Gambar 3 Pola fragmentasi senyawa dodecanal dimethyl
sebagai berikut : asetal
O
dodecanal
H2O H
c. Senyawa 1-Eicosanol
HC
C
Senyawa ini memberikan waktu retensi 49,717 menit
H
dodecanal
m/e: 166 (100.0%), 167 (13.2%)
dengan kadar sebanyak 0,37%. Hasil MS memberikan
HC
CH2
puncak ion molekul m/e = 298 dengan diikuti puncak-
m/e: 27 (100.0%), 28 (2.2%)
puncak fragmentasi pada m/e =280 (C20H39), m/e = 140
HC (C10H19), m/e = 111 (C7H10O), m/e = 97 (C6H8O), m/e =
m/e: 138 (100.0%), 139 (11.0%) 57 (C4H9), m/e = 43 (C3H5O), m/e = 41 (C3H5), m/e =27
(C2H3). Perkiraan pola fragmentasi senyawa 1-Eicosanol
HC
m/e: 97
terhadap antibakteri, 7 – 14 mm menandakan bahwa
Gambar 3 Pola fragmentasi senyawa 1-Eicosanol kemampuan senyawa antibakteri bersifat intermediet atau
pertengahan, sedangkan > 14 mm menandakan bahwa
Pemecahan 1-Eicosanol pada puncak ion molekul senyawa tersebut efektif sebagai antibakteri.
C10H19 dan C7H10O mengalami kehilangan 2 massa Formulasi Sediaan Deodoran Minyak Bunga
molekul. Silverstein, (2010) menyatakan bahwa, pada Kecombrang
senyawa alkohol primer spektrum disekitar ion puncak Tabel 3 Formula sediaan deodoran
Jumlah (%) b/v
molekul yang sangat lemah dari alkohol primer terkadang Bahan
akan kehilangan ion molekul sebanyak M-2 atau M-3. F0 F1 F2
Minyak Nabati Bunga 0 9 10
Kecombrang
Hasil Pengujian Mutu Minyak Bunga Kecombrang HPC-m 3 3 3
Pengujian mutu minyak kecombrang yang dilakukan BHT 0,1 0,1 0,1
meliputi uji organoleptik, uji bobot jenis, kelarutan dalam Propilenglikol 15 15 15
Etanol 95% 40 40 40
etanol serta skrining senyawa monoterpen dan Tween 80 1,5 1,5 1,5
seskuiterpenoid. Pengujian ini dilakukan untuk Aquadest ad 100 ad 100 ad 100
mengetahui kualitas minyak bunga kecombrang yang telah
diperoleh. Evaluasi Sediaan Deodoran Minyak Bunga Kecombrang
Hasil yang didapatkan yakni minyak nabati bunga a. Uji Organoleptik
kecombrang memiliki warna kuning-jingga, bau khas Pengujian organoleptik dilakukan sebagi langkah awal
kecombrang, bobot jenis 0,9405, kelarutan dalam etanol untuk menentukan karakteristik dari sediaan deodoran
1:9 mL dan positif mengandung senyawa mono dan minyak bunga kecombrang yang telah dibuat yang
seskuiterpenoid. meliputi bentuk, warna, dan bau sediaan. Sediaan
deodoran F1 dan F2 berbentuk cairan kental dengan warna
Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Bunga Kecombrang putih dan bau khas kecombrang.
Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi
padat Cup-plate technique dimana pada metode ini dibuat Uji pH Sediaan Deodoran
sumuran pada media yang telah ditanami bakteri Pengujian pH sediaan dilakukan untuk mengetahui
Staphylococcus epidermidis dan kemudian pada sumuran kesesuaian pH dari sediaan yang telah dibuat dengan pH
tersebut dimasukan minyak nabati bunga kecombrang ketiak yakni pada rentang 4 – 6,8 (Rusli,2014). Hasil
dengan variasi konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 2%; 3%; 4%; pengujian didapatkan pH sediaan deodoran F1 dan F2
5%; 6%; 7%; 8%; 9%; dan 10%. Hasil yang diperoleh dari adalah 5,8. Dari nilai pH tersebut menujukan bahwa pH
pengujian antibakteri adalah sebagai berikut: sediaan deodoran yang dibuat telah memenuhi persyaratan
Tabel 2 Zona hambat minyak bunga kecombrang pH.
(Etlingera elatior)
Diameter zona hambat Uji Viskositas Sediaan Deodoran
No Konsentrasi (%) v/v Uji viskositas deodoran dilakukan dengan
(mm)
1 0 0 menggunakan spindle 2 dengan kecepatan 100 rpm. Hasil
2 0,5 2,3 ± 1.1 pengujian diperoleh viskositas sediaan deodoran F1 adalah
3 1 3,56 ± 0,41
4 2 3,9 ± 0,37 285,2 cP sedangkan sediaan deodorant F2 adalah 298,0 cP.
5 3 5,3 ± 0,60
6 4 6,2 ± 0,62 Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Deodoran
7 5 8,5 ± 0,64 Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi
8 6 9,2 ± 1,04
9 7 11,2 ± 0,25 padat Cup-plate technique dimana pada metode ini dibuat
10 8 12,6 ± 0,56 sumuran pada media agar yang telah ditanami bakteri
11 9 15 ± 0,20 Staphylococcus epidermidis dan kemudian pada sumuran
12 10 16,7 ± 0,45 tersebut dimasukan sediaan deodoran bunga kecombrang
F1 dan F2 serta blanko yakni basis sediaan dan kontrol dimethylasetal sebanyak 1,51% dan 1-Eocosanol sebanyak
positif yakni deodoran yang telah beredar dipasaran. 0,37%.
Minyak nabati dan deodoran bunga kecombrang dan
Tabel 4 Zona hambat minyak bunga kecombrang memiliki aktivitas antibakteri. Pada minyak nabati daya
Formula Diameter zona hambat terbaik ditunjukan pada konsentrasi 9% dengan
No
hambat (mm) daya hambat 15mm ± 0,20 mm dan 10% dengan daya
1 F0 0 hambat 16,7 mm ± 0,45. Sedangkan untuk daya hambat
2 F1 9,89 ± 0,51 sediaan deodorant F1 adalah 9,89 mm ± 0,51 mm dan F2
3 F2 12,1 ± 0,41
4 kontrol positif 12,3 ± 0,37
adalah 12,1 mm ± 0,41 mm.
Sediaan deodoran F1 dan F2 memiliki kualitas yang
Hasil pengujian menunjukan bahwa sediaan deodoran baik. Akan tetapi, formula yang sediaan terbaik adalah
F2 bunga kecombrang memiliki efektivitas yang hampir sediaan deodoran F2 hal ini ditunjukan oleh zona hambat
sama dengan deodoran yang berada dipasaran. Akan yang terbentuk serta hasil uji hedonik pada parameter efek
tetapi, pada sediaan deodorant F1 dan F2 terjadi penurunan menghilangkan bau badan.
daya hambat jika dibandingkan dengan senyawa Saran
minyaknya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor Adapun saran pada penelitian ini adalah agar
konsentrasi zat dalam sediaan dengan minyak berbeda atau dilakukan optimasi penambahan H2SO4 dan Na-metanolik
oleh faktor zat tambahan sehingga kemampuan untuk pada proses transesterifikasi, penambahan pewangi pada
berdifusinya pun berbeda. sediaan deodoran serta dilakukan uji stabilitas pada
sediaan deodoran yang dibuat.
Uji Iritasi
Uji iritasi sediaan deodoran bunga kecombrang DAFTAR PUSTAKA
dilakukan terhadap 20 orang panelis, hasil yang diperoleh Farnswort, N. 1966. Biological and Phytochemical Screening of
dari pengujian ini adalah tidak terjadi respon iritasi pada Plnats. Journal of pharmaceutical Science. Vol.55 (3): 247-
268.
kulit yang telah dioleskan dengan sediaan deodoran F1 dan Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara
F2. Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB
Hendayana, Sumar. 2010. Kimia Pemisahan Metode
Uji Hedonik Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Bandung :
Hasil analisis statistik menujukan bahwa untuk Remaja Rosdakarya.
parameter aroma, warna, kekentalan, kenyamanan saat dan https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/ diakses tanggal 16 juli 2018
setelah digunakan menunjukan bahwa tidak terdapat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope
preferensi penilaian yang signifikan sediaan deodorant F1 Indonesia Edisi V. Jakarta : KemenKes RI
dan F2. Khasanah, R., Eko B., dan Nenny W. 2010. Pemanfaatan
Ekstrak Sereh (Cymbopogon nardus L.) Sebagai Alternatif
Parameter efek menghilangkan bau badan bahwa
Antibakteri Staphylococcus epidermidis pada Deodoran
terdapat preferensi yang signifikan pada efek Parfume Spray. Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri
menghilangkan bau badan antara sediaan deodoran F1 dan Yogyakarta.
F2. Berdasarkan nilai mean rank, F2 sedian deodoran lebih Kuswiyanto. 2016. Bakteriologi 2: Buku Ajar Analis Kesehatan.
disukai dibanding F1. Nilai skala yang diperoleh dari Jakarta : EGC
sediaan deodoran F2 adalah 3,6 yang artinya nilai efek Leba, Maria A. U. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi.
menghilangkan bau badan deodoran F2 agak disukai. Yogyakarta : Deepublish.
KESIMPULAN Rizqiyana, N., Oom k., Ike Y.W. 2014. Formulasi Deodoran Roll
On Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea Indica L.) Sebagai
Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan analisis Antibakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis .
senyawa minyak bunga kecombrang serta pembuatan Universitas Pakuan Bogor
sediaan deodoran maka dapat disimpulkan bahwa minyak Rusli, Tati Rusliati. 2014. Uji Antiseptik Deodoran dari Kulit
Buah Jeruk Purut (Citrus histrix DC). Fakultas Kedokteran
bunga kecombrang terdiri atas 22 komponen senyawa Universitas Tarumanegara.
yang terdiri dari senyawa golongan asam lemak, alcohol Silverstein, R. M., Francis X. W., dan David J. K. 2005.
dan aldehid. Dari komponen-komponen senyawa tersebut, Spectrometric Identification of Organic Compounds
senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri Seventh Edition. State University of New York College of
diantaranya adalah dodecanal sebanyak 1%, dodecanal Environmental Science and Forestry