Anda di halaman 1dari 8

ISOLASI MINYAK CENGKEH DENGAN DESTILASI UAP

Oleh :

Nelly Christina Sinambela

1808511025

Abstrak

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman cengkeh Minyak cengkeh
telah banyak dimanfaatkan sebagaiagen perasa dan pemberi aroma pada berbagai makanan dan
campuran dalam rokok kretekkarena aroma dan rasanya yang kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh
memilikiaktivitas biologis karena mengandung eugenol dengan kadar tinggi, yaitu sebagaiantiseptik dan
analgesik pada 270 pengobatan gigi dan mulut, antifungal, antibakteri,antioksidan, antikarsinogen dan
anti radikal bebas. Metode yang digunakan ialah metode destilasi stahl dimana prinsip dari metode
tersebut ialah ekstraksi cair cair berdasarkan perbedaan titik didih komponen. Senyawa dengan titik
didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan senyawa dengan titik didih
tinggi. rendemen yg didapatkan sebesar 0,53%. Identifikasi dan pemurnian dilakukan menggunakan KLT
dimana prinsipnya berdasarkan perbedaan interaksi intermolekul analit dengan dua fase yang berbeda.
Hasil elusi telah sesuai dengan standar dmana Rf yang didapat sebesar 0,687.

I. Pendahuluan
Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman cengkeh (Syzigium
aromaticum), yang termasuk dalam famili Myrtaceae,yang banyak ditanam diIndonesia, India dan
Madagaskar .Minyak cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagaiagen perasa dan pemberi aroma
pada berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretekkarena aroma dan rasanya yang kuat dan
pedas, selain itu minyak cengkeh memilikiaktivitas biologis karena mengandung eugenol dengan
kadar tinggi, yaitu sebagaiantiseptik dan analgesik pada 270 pengobatan gigi dan mulut,
antifungal, antibakteri,antioksidan, antikarsinogen dan anti radikal bebas. Minyak cengkeh dapat
diisolasi daridaun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%). Minyak atsiri dari
bungacengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal karena rendemennnya tinggi
danmengandung eugenol mencapai 80-90%. Kelimpahan komponen-komponen dalamminyak
cengkeh bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan metode analisayang digunakan.
Minyak cengkeh umumnya diisolasi dari bunga cengkeh kering. Proses pengeringan bertujuan
sebagai teknik pengawetan bunga cengkeh setelah panen untukkeperluan berbagai industri
makanan, farmasi, dan kosmetik. Bunga cengkeh segar didistilasi dan dihasilkan minyak cengkeh
dengan eugenol sebanyak 47,57%, β -karyofilen35,42%, eugenil asetat 13,42%. Namun selama ini
belum ada riset tentang pengaruh pengeringan terhadap perubahan komponen dalam minyak
cengkeh (Priantoet al , 2013).Cengkeh (Syzygium aromaticum) umumnya didapatkan terutama di
Indonesia,Madagaskar dan Zanzibar, India, Pakistan dan Sri Lanka. Menurut FAO,
Indonesiamemproduksi hampir 80% cengkeh yang dipasarkan di dunia pada tahun 2005.
Cengkehmengandung eugenol (4-alel-2-methoxyphenol), yang merupakan konstituen utama
dariminyak esensial dan digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap
sebagaisenyawa fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki tiga substituen (hidroksi,
metoksi dan allyl) yang mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik melalui nitrasi. Nitro-
eugenol merupakan senyawa penting dalam produksi senyawa kimia lainnya seperti aminoeugenol
untuk sintesis lebih lanjut. Amino eugenol memiliki gugus amino (-NH2) yang mudah bereaksi
dengan karbon disulfida (Sudarma, 2015).
Senyawa alami dari ekstrak tumbuhan telah menjadi komponen penting dalam dunia
medis tradisional. Ekstrak kayu manis (Cinnamomum verum), thyme (Thymus vulgaris), oregano
(Origanum glandulosum) dan cengkeh (Syzygium aromaticum) menjadi yang paling banyak
diteliti. Ekstrak spesifik dari tanaman ini memiliki aktivitas tinggi termasuk trans-cinnamaldehyde
dari kayu manis, timol dari thyme atau oregano dan eugenol dari cengkeh. Senyawa alternatif lain
yang sering dievaluasi ialah asam kaprilat yang terdapat dalam susu dan minyak kelapa. Ekstrak
ini menunjukkan khasiat melawan bakteri patogen E. coli, Staphylococcus aureus. Salmonella spp
dan Clostridium spp secara in vitro dan in vivo (Donoghue et al, 2015).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dari famili Myrtaceae merupakan tanaman cemara
dengan tinggi mulai dari 8-12m, daun bentuk persegi besar dan bunga berada pada berbagai
terminal cluster. Kuncup bunga cengkeh kering dari S. aromaticum telah digunakan sebagai
rempah-rempah dalam masakan di seluruh dunia. Manfaat penting lainnya ialah tanaman tersebut
telah digunakan sebagai obat masyarakat tradisional selama berabad-abad untuk mengobati
gangguan pencernaan, aterosklerosis, asma, batuk, gangguan kulit, sakit kepala, infeksi pada gigi
dan penyakit gusi, jerawat, luka, kudis, gigitan serangga dan gangguan seksual pada laki-laki
(Sultana et al, 2014).
Peralatan pada metode destilasi dengan air (hidrodestilasi) pada umumnya terdiri dari 3
bagian utama. Tiga bagian utama tersebut adalah alat penyulingan, pendingin dan penampung
kondensat. Alat penyulingan berfungsi sebagai tempat bahan tanaman yang akan diproses. Dalam
alat ini terdapat air yang berhubungan langsung dengan bahan tanaman dan menguapkan minyak
atsiri yang dikandungnya. Pendingin berfungsi mengubah uap uap air yang mengandung uap
minyak atsiri menjadi cairan. Penampung kondensat berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri
dari air yang terkondensasi secara sempurna. Kondensat mengalir dari pendingin ke penampung
kondensat dan akan terlihat minyak atsiri yang dihasilkan akan terpisah dari air dengan sendirinya,
karena berat jenis minyak atsiri lebih ringan dari pada air (Sastrohamidjojo, 2004).

II. Metode percobaan


a. Isolasi minyak atsiri dengan destilasi stahl
b. Analisis Kualitatif dengan KLT
III. Hasil dan pembahasan
a. Hasil
Organoleptis
Bentuk Cairan berminyak
Bau Khas
Warna Kuning Jernih
Tekstur Halus

Rf
Sampel Jarak spot Rf
Eugenol 1. 5,5 cm 1. 0,687
2. 7,7 cm 2. 0,962
Standar minyak cengkeh 5,5 cm 0,687

Rendemen
Berat awal Berat akhir % Rendemen
100 g 0,5322 0,53 %

b. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan uji isolasi minyak atsiri dari sampel cengkeh. Pada
percobaan ini bertujuan untuk dapat mengisolasi minyak atsiri dengan cara penyulingan dan
ekstraksi dari cengkeh. Proses isolasi dilakukan dengan metode destilasi menggunakan alat
destilasi stahl dimana alat tersebut sesuai digunakan untuk proses isolasi senyawa-senyawa
volatil atau mudah menguap seperti minyak atsiri. Cengkeh mengandung eugenol (4-etil-2-
methoxyphenol), yang merupakan konstituen utama dari minyak esensial dan digunakan untuk
antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap sebagai senyawa fenolik yang mirip dengan
benzena yang memiliki tiga substituen (hidroksi, metoksi dan allyl) yang mengalami reaksi
substitusi elektrofilik aromatik melalui nitrasi. Nitro-eugenol merupakan senyawa penting
dalam produksi senyawa kimia lainnya seperti aminoeugenol untuk sintesis lebih lanjut.
Amino eugenol memiliki gugus amino (-NH2) yang mudah bereaksi dengan karbon disulfida
(Sudarma, 2015). Struktur dari eugenol ialah:

Pada percobaan ini,digunakan sampel bunga cengkeh kering sebanyak 100g. sampel
cengkeh ditumbuk terlebih dahulu untuk mememarkan dan sedikit menghaluskan untuk
memperkecil ukurannya sehingga luas permukaan kontak dengan penyari akan lebih banyak
dan penyari dapat masuk ke dalam sel dan mengambil senyawa aktif atau minyak atsiri dengan
lebih optimum. Namun proses penggerusan hanya dilakukan singkat dan tidak sampai
terbentuk serbuk halus untuk mencegah kerusakan sel dari cengkeh dan mencegah
terbentuknya serbuk yang terlalu halus yang justru akan mempersulit proses penyarian karena
banyak sel yang telah pecah dan rusak serta akan membentuk suspensi dengan adanya pelarut.
Sampel cengkeh yang digunakan akan diisolasi senyawa aktifnya berupa senyawa
minyak atsiri eugenol. Eugenol merupakan salah satu komponen kimia dalam minyak cengkeh
yang memberikan bau dan aroma khas pada minyak cengkeh. Proses isolasi minyak atsiri dari
sampel cengkeh dilakukan dengan metode destilasi stahl. Prinsip isolasi dengan destilasi stahl
ialah pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih suatu zat dimana komponen dengan titik
didih yang lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, sedangkan yang mempuyai titik didih
lebih tinggi akan tertampung di labu distilasi. Saat pemanasan, uap yang dihasilkan akan
mengalir menuju pipa kondensor untuk didinginkan kembali, sehingga uap air akan diubah
kembali menjadi cair.
Digunakan proses isolasi dengan destilasi stahl ialah karena senyawa yang diisolasi
merupakan senyawa yang volatil dan mudah menguap sehingga membutuhkan alat isolasi
yang sangat khusus untuk mencegah adanya celah penguapan dari sampel hasil isolasi. Pada
alat destilasi stahl dilengkapi dengan skala ukuran untuk menampung dan mengukur volume
senyawa yang telah didapatkan dan menampung sementara senyawa untuk mencegah
terjadinya penguapan bila dikeluarkan dari alat. Selain itu, senyawa yang akan diisolasi tahan
terhadap pemanasan sehingga sesuai untuk diisolasi menggunakan destilasi stahl. Kelebihan
lain dari destilasi stahl ialah dapat dilakukan penambahan pelarut sehingga apabila sampel
sudah mulai mengalami kekeringan dapat dilakukan penambahan pelarut melalui pipa
penghubung pada alat. Destilasi stahl termasuk kedalam destilasi air dimana pelarut dan
sampel dicampurkan menjadi satu dalam labu alas bulat dan dilakukan pemanasan secara
bersamaan.
Setelah proses penggerusan, sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan pelarut berupa aquadest dimana penambahan pelarut dilakukan sampai seluruh
sampel terendam oleh pelarut dan tidak ada bagian yang kering sehingga mencegah
penggosongan dan perusakan sampel selama pemanasan. Dilakukan penambahan batu didih
yang berfungsi meratakan pemanasan pada seluruh labu alas bulat sehingga suhu merata pada
seluruh bagian. Selain itu batu didih juga membantu mempercepat proses pemanasan pada
labu alas bulat. Gelembung yang dihasilkan dari batu didih dapat membantu proses
pengadukan dari sampel dengan pelarut bila diperlukan. Proses isolasi dilakukan dengan
menggunakan pelarut aquades yang merupakan pelarut polar yang berfungsi untuk membasahi
sampel selama pemanasan. Selain itu digunakan pelarut aquades karena memiliki titik didih
yang lebih tinggi dari minyak atsiri sehingga pada proses destilasi, minyak atsiri yang
memiliki titik didih lebih rendah akan mudah menguap terlebih dahulu dibandingkan dengan
aquades.
Pada proses pemanasan, suhu harus tetap dijaga agar hanya minyak atsiri saja yang dapat
menguap tanpa diikuti oleh penguapan dari pelarut aquades yang terlalu banyak. Minyak atsiri
yang berasal dari cengkeh akan menguap selama proses pemanasan. Uap tersebut kemudian
melewati kondensor. Fungsi kondensor adalah sebagai pendingin balik, sehingga uap yang
melewati kondensor akan berubah wujud menjadi cair kembali (mengembun). Proses
pendinginan ini terjadi karena dalam kondensor dialiri air yang berfungsi sebagai pendingin
uap. Uap yang telah melewati kondensor dan mengalami perubahan fase menjadi cairan akan
masuk mengalir ke pipa berskala untuk kemudian ditampung pada erlenmayer. Pada proses
pemanasan, suhu yang digunakan terlalu tinggi sehingga menyebabkan banyak pelarut
aquades yang ikut menguap dan mengembun mengalir menuju pipa skala sehingga pada pipa
skala didapatkan dua cairan yang tidak larut dimana pada bagian bawah berwarna kuning
bening sedangkan bagian atas berwarna putih. Hal ini menunjukkan cairan dibagian bawah
merupakan minyak atsiri sedangkan bagian atas merupakan aquades. Minyak atsiri berupa
eugenol memiliki massa jenis yang lebih besar dari air yaitu sekitar 1,0664 (Kusumadewi,
2011). Hal tersebut menyebabkan minyak atsiri berada di bagian bawah sedangkan air berada
di bagian atas.
Untuk memisahkan minyak yang telah terisolasi, dapat dilakukan dengan membuka kran
pada destilasi stahl secara perlahan sehingga bagian minyak akan turun terlebih dahulu dan
terpisah dari bagian air. Proses destilasi dilakukan selama 1 jam dengan beberapa kali
penambahan pelarut hingga didapatkan minyak yang cukup. Pada akhir hasil isolasi,
didapatkan minyak atsiri sebanyak 0,5ml dari sampel cengkeh sebanyak 100g. Untuk
mengetahui berat rendemen dapat dilakukan dengan perhitungan berdasarkan massa jenisnya
dimana rumusnya ialah:
ρ=𝑔𝑉

ρ = Massa jenis eugenol = 1,0664


g = Massa
v = Volume = 0,5ml
Sehingga berdasarkan perhitungan didapatkan hasil berat rendemen sebesar 0,532g.
Jumlah senyawa yang didapat sangat sedikit hal ini kemungkinan dikarenakan sampel yang
digunakan bukanlah sampel yang baru saja dipanen sehingga kemungkinan telah mengalami
banyak perlakuan yang menyebabkan senyawa aktif telah hilang maupun terdegradasi. Selain
itu, kesulitan dalam proses pemisahan antara minyak dan air pada pipa skala juga
menyebabkan terdapat beberapa sampel yang terbuang bersama dengan air. Didapatkan hasil
rendemen sebesar 0,53%.
Tahapan selanjutnya ialah identifikasi senyawa yang didapatkan menggunakan KLT atau
kromatografi lapis tipis. KLT merupakan teknik pemisahan secara adsorbsi dimana terjadi
pemisahan karena adanya perbedaan distribusi dan migrasi senyawa pada dua fase yang
berbeda. Prinsip dari KLT ialah pemisahan berdasarkan perbedaan kekuatan interaksi
intermolekul senyawa dengan fase gerak dan fase diam dimana senyawa yang berikatan kuat
dengan fase diam akan terelusi lebih lama dibandingkan dengan senyawa yang berikatan
secara lemah dan akan lebih mudah terelusi bersama dengan eluen.
Pada percobaan, digunakan fase diam berupa silika gel dan fase gerak berupa
Nheksan:kloroform dengan perbandingan 3:2. Berdasarkan kepolarannya maka dapat
dipastikan bahwa metode yang digunakan merupakan KLT fase normal dimana fase diamnya
lebih polar dibandingkan fase geraknya. Digunakan fase gerak non polar karena sampel yang
di isolasi merupakan senyawa non polar sehingga sampel akan terelusi jauh bersama dengan
eluen sedangkan fase diamnya akan menahan pengotor maupun senyawa lain yang bersifat
polar.
Pada proses identifikasi dengan KLT, digunakan standar berupa minyak cengkeh yang
dielusi bersama-sama dengan sampel. Pada proses elusi, chamber mula-mula harus dijenuhkan
terlebih dahulu dengan fase gerak untuk tujuan meningkatkan nilai reprodusibilitas dari proses
KLT, selain itu penjenuhan perlu dilakukan untuk menstabilkan proses eluen dimana kerika
fase gerak mulai naik ke fase diam sedapat mungkin tidak ada penghalang atau gangguan. Bila
chamber tidak jenuh maka di dalam chamber masih terdapat udara dengan tekanan yang
berbeda dengan uap eluen, maka aliran eluen akan tertahan dan dapat menyebabkan
pemisahan tidak berjalan dengan baik. Proses elusi dilakukan sampai eluen telah mencapai
batas atas dari plat KLT.
Berdasarkan hasil elusi dengan KLT, pada standar minyak atsiri didapatkan satu spot
pada jarak 5,5cm dengan nilai Rf 0,687. Sedangkan pada hasil elusi sampel, didapatkan dua
spot hasil elusi yaitu pada 5,5cm dan 7,7cm sehingga didapatkan nilai Rf sebesar 0,687 dan
0,962. Hal ini menunjukkan pada Rf spot pertama telah sesuai dengan standar dimana senyawa
yang didapatkan merupakan minyak cengkeh yang mengandung eugenol. Terdapat spot
tambahan pada sampel dimungkinkan karena masih terdapat pengotor berupa senyawa yang
bersifat non polar sehingga dapat terelusi lebih jauh dibandingkan spot dari sampel eugenol.
Pada hasil menunjukkan pelebaran dari proses elusi hal ini dimungkinkan karena sampel yang
digunakan terlalu cair dan terlalu banyak pada saat proses penotolan sehingga terjadi
perembesan selama proses elusi. Sampel eugenol memiliki struktur dengan ikatan terkonjugasi
yang kurang banyak sehingga sangat sulit untuk melihat hasil elusi menggunakan sinar
tampak. Oleh karena itu perlu dibantu dengan alat berupa detektor UV 254 untuk melihat hasil
elusi. Pada UV 254 akan menyebabkan silika gel berpendar dan sampel akan menutupi
pendaran dari silika gel sehingga terlihat sebagai noda hitam yang menutupi pendaran. Hal ini
dapat terjadi karena silika gel yang digunakan telah dimodifikasi sehingga dapat berfluoresensi
apabila diberikan sinar UV pada panjang gelombang 254

IV. Simpulan
Dapat dilakukan isolasi minyak atsiri dari sampel cengkeh menggunakan metode destilasi
stahl dimana prinsip dari metode tersebut ialah ekstraksi cair cair berdasarkan perbedaan titik
didih komponen. Senyawa dengan titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu
dibandingkan dengan senyawa dengan titik didih tinggi. Didapatkan hasil berupa minyak atsiri
sebanayk 0,5ml dari 100g sampel cengkeh dengan berat rendemen sebesar 0,53%. Dilakukan
identifikasi dan pemurnian menggunakan KLT dimana prinsipnya berdasarkan perbedaan
interaksi intermolekul analit dengan dua fase yang berbeda. Senyawa eugenol yang bersifat non
polar akan terelusi lebih jauh karen memiliki interaksi yang lebih kuat dengan eluen
dibandingkan dengan fase diamnya. Hasil elusi telah sesuai dengan standar dmana Rf yang
didapat sebesar 0,687. Terdapat spot tambahan yang dimungkinkan merupakan senyawa pengotor
yang belum terpisah seutuhnya dari minyak atsiri hasil isolasi

V. Referensi

Donoghue, A., Venkitanarayanan, Arsi, A. Woo-Ming, Upadhyaya, A. Kollanoor, M. J. Darre, A.


C. Fanatico, D. J. Donoghue. 2015. Organic Poultry: Developing Natural Solutions for
Reducing Pathogens and Improving Production. Eorganic
Prianto, H., Rurini R., Unggul P. J. 2013. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak Bunga Cengkeh
(Syzigium aromaticum) Kering Hasil Destilasi Uap. Kimia Student Journal. 1(2) :269-
275
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudarma, I.M., A. Kusnandini, M.G. Darmayanti. 2015. Chemical Transformation of Eugenol
Isolated from Leaves of Syzygium aromaticum to Its New Isothiocyanate Derivatives.
Journal of Natural Products. 8 :27-32.
Sultana, B., Farooq A., M. Mustaq., Maryam A., Sidra I. 2014. In Vitro Antimutagenic,
Antioxidant Activities and Total Phenolics of Clove (Syzygium aromatium L.) Seed
Extracts. Pak. J. Pharm. Sci. 27(4) : 893-899

Anda mungkin juga menyukai