Anda di halaman 1dari 8

KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN CENGKIH YANG DIHASILKAN DARI

BERBAGAI WAKTU PENYULINGAN


Quality of Clove Leaf Essential Oil Produced from Various Distilation Times

Justus Elisa Loppies, Rahmad Wahyudi, Ardiansyah, Endang Sri Rejeki,


dan Aulia Winaldi
Jl. Prof. Dr. Abdurahman Basalamah No. 28, Makassar 90231
e-mail: justusloppies@gmail.com

Abstract: The quality of clove leaf essential oil is an indicator of success in the distillation pro-
cess. This study aims to determine the quality of clove leaf essential oil produced from various
distillation times. The observation method was used to explain the specifications of clove leaf
essential oil produced during 2, 4, 6 and 8 hours distillation. The specifications measured in-
clude: color, odor, solubility in ethanol, content of eugenol, and ß-caryophyllene. The results
showed that the essential oil produced by distillation with a time of 2 hours according to SNI 06-
2387-2006. The optimum time for the release of essential oil from clove leaf simplicia is 2-4
hours, with eugenol content of 34.01-86.33%. The essential criteria obtained were yellow color,
characteristic odor of clove oil, solubility in ethanol 1:2, eugenol 34.01±86.33% and ß-
caryophyllene 8.15±46.58%. The release of eugenol from the simplicia material is reduced and
is not effective at 6-8 hours of distillation. The results of this study serve as a reference for clas-
sifying the quality of essential oils based on the length of distillation time.

Keywords: Quality, essential oil, clove leaf, distillation time

Abstrak: Kualitas minyak atsiri daun cengkih merupakan indikator keberhasilan dalam proses
penyulingan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas minyak atsiri daun cengkih
yang dihasilkan dari berbagai waktu penyulingan. Metode observasi digunakan untuk
menjelaskan spesifikasi minyak atsiri daun cengkih yang dihasilkan selama penyulingan 2, 4, 6
dan 8 jam. Spesifikasi yang diukur meliputi: warna, bau, kelarutan dalam etanol, kadar eugenol,
dan ß-caryophyllene. Hasil penelitian menunjukkan minyak atsiri yang dihasilkan pada
penyulingan dengan waktu 2 jam sesuai SNI 06-2387-2006. Waktu optimum untuk pelepasan
minyak atsiri dari simplisia daun cengkih adalah 2±4 jam, dengan kadar eugenol 34,01±86,33%.
Kriteria atsiri yang diperoleh yaitu berwarna kuning, bau khas minyak cengkih, kelarutan dalam
etanol 1:2, eugenol 34,01±86,33% dan ß-caryophyllene 8,15±46,58%. Pelepasan eugenol dari
simplisia bahan menjadi berkurang dan tidak efektif pada penyulingan 6±8 jam. Hasil penelitian
ini menjadi rujukan untuk penggolongan kualitas minyak atsiri berdasarkan lama waktu
penyulingan.

Kata kunci: Kualitas, minyak atsiri, daun cengkih, waktu penyulingan

PENDAHULUAN Cengkih termasuk salah satu


Minyak atsiri merupakan salah tanaman penghasil minyak atsiri dengan
satu bahan baku industri yang diperoleh kandungan utamanya adalah eugenol.
dari hasil ekstraksi atau penyulingan Bagian tanaman cengkih yang dapat
bagian tanaman seperti bunga, kulit, akar, digunakan sebagai bahan baku untuk
kayu daun atau buah yang memiliki kebutuhan industri adalah; bunga, tangkai
kandungan senyawaan atsiri. Kualitas dan daun. Ketiga bagian tanaman ini
minyak atsiri ditentukan oleh kandungan mengandung senyawa utama yaitu
utama senyawa penyusunnya dan sifat- eugenol dengan komposisi yang berbeda-
sifat fisik lain yang saling mempengaruhi. beda. Rata-rata kandungan minyak atsiri
Kandungan dan sifat fisik minyak atsiri pada bunga 21,3% dengan kadar eugenol
dapat dipengaruhi oleh bahan baku, 78±95%, tangkai 6% dengan kadar
metode ekstraksi dan cara penanganan eugenol 89±95% dan daun cengkih 2±3%
pasca ekstraksi (Hastuti et al., 2017 dan dengan kadar eugenol 80±85% (Hadi,
Nurdjannah, 2012). 2012). Daun cengkih dari beberapa
species ditemukan mengandung 3±4%

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 89


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 16 No. 2, Desember 2021: 89-96

minyak atsiri dengan kadar eugenol daun cengkih di Industri Kecil dan
77,1% (Nurdjannah, 2004). Pemanfaatan Menengah menggunakan metode air dan
daun cengkih sebagai sumber atsiri uap dengan waktu penyulingan sekitar 8±
merupakan alternatif untuk memanfaatkan 12 jam pada tekanan 3±4 bar. Hasil
potensi guguran daun cengkih yang penyulingan berupa minyak atsiri yang
mencapai 2,6 ton/Ha/tahun dengan ditampung sejak awal hingga akhir
populasi tanaman 100 pohon/Ha pada penyulingan.
umur tanaman 6,5±8,5 tahun (Bustaman, Kelemahan dari metode ini adalah
2011). belum diketahui waktu optimum
Komponen utama atsiri daun pelepasan minyak atsiri tertinggi dari
cengkih adalah eugenol sekitar 80-85% simplisia bahan selama penyulingan 8-12
dan karyofilen sekitar 10-15%. Di samping jam. Secara teoritis, pelepasan minyak
dua komponen utama tersebut terdapat atsiri dari simplisia daun cengkih terjadi
komponen lain yang kuantitasnya relatif pada suhu, tekanan dan waktu tertentu
kecil, seperti alfa kubeben, alfa kopaen, sehingga apabila proses pelepasan atsiri
humulen, delta kadinen, dan sebagainya telah mencapai batas optimal maka yang
(Sastrohamidjojo, 2004). Selain itu, terjadi selanjutnya adalah pelepasan uap
kualitas miyak atsiri daun cengkih dapat tanpa kandungan atsiri. Belcker, dalam
ditentukan dengan mengukur; warna dan Susetyo dan Reny (2004) melaporkan,
bau atsiri, bobot jenis, indeks bias, waktu penyulingan yang singkat
kelarutan dalam etanol dan zat asing. menghasilkan atsiri dengan kandungan
Beberapa metode telah digunakan eugenol yang lebih tinggi dibanding
untuk mendapatkan minyak atsiri dari dengan waktu penyulingan yang lebih
daun cengkih antara lain: dengan cara lama. Akibat yang muncul adalah, jika
destilasi atau penyulingan, ekstraksi proses penyulingan berlangsung selama
menggunakan pelarut, dan ekstraksi 8±12 jam tanpa klasifikasi atsiri
menggunakan lemak padat. Umumnya berdasarkan waktu pelepasan eugenol
metode penyulingan banyak digunakan dari simplisia bahan, maka yang akan
oleh industri kecil dan menengah (IKM), terjadi adalah inefisiensi proses dan
karena lebih praktis dan efisien dibanding minyak atsiri yang diperoleh bermutu
menggunakan cara ekstraksi dengan rendah.
pelarut, walaupun kualitas yang diperoleh Upaya untuk mengatasi masalah
tidak sebaik pada cara ekstraksi dengan ini adalah melalui penentuan waktu
pelarut. optimum proses penyulingan dengan
Penyulingan merupakan proses tujuan untuk pemisahan dan
pemisahan komponen cair dan padat mengklasifikasikan hasil penyulingan
berdasarkan perbedaan titik uap. berdasarkan kualitas minyak atsiri yang
Terdapat tiga jenis metode penyulingan, dihasilkan pada waktu tertentu. Terkait
yaitu: penyulingan dengan air, permasalahan tersebut, maka dilakukan
penyulingan dengan uap dan air, dan penelitian untuk menentukan kualitas
penyulingan dengan uap langsung (Hadi, minyak atsiri daun cengkih yang
2012). Umumnya minyak atsiri daun dihasilkan dari berbagai waktu
cengkih diperoleh dengan metode penyulingan.
penyulingan dengan uap dan air. Hasil penelitian ini menjadi rujukan
IKM yang menggunakan metode untuk perbaikan dan pengembangan
penyulingan dengan uap dan air metode proses penyulingan minyak atsiri
mendapatkan kualitas dan rendemen melalui pemisahan atau klasifikasi
minyak atsiri yang berbeda-beda dan berdasarkan waktu pelepasan optimal
belum maksimal. Hal ini disebabkan minyak atsiri dari simplisia agar minyak
beberapa faktor antara lain: jenis dan atsiri yang dihasilkan lebih berkualitas.
kadar air bahan, suhu, tekanan uap,
kerapatan bahan yang disuling dan waktu
penyulingan. Penyulingan minyak atsiri

90 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Kualitas Minyak Atsiri « Justus)

METODOLOGI Abbe, piknometer GC-MS Shimadzu-


Tempat dan Waktu Penelitian QP2010S.
Penelitian ini dilaksanakan di unit Penelitian ini dilaksanakan dengan
pengolahan minyak atsiri di Dusun Bonto metode percobaan pada skala produksi
Heru, Desa Lembang Lohe, Kecamatan 1000 kg bahan baku daun cengkih.
Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai, Provinsi Kegiatan penelitian dilaksanakan melalui
Sulawesi Selatan, dan pengujian produk kajian literatur, pelaksanaan percobaan di
dilakukan di Laboratorium Penelitian dan lapangan, dan analisis spesifikasi produk.
Pengembangan Balai Besar Industri Hasil Bahan-bahan yang digunakan
Perkebunan di Makassar mulai bulan Juli untuk percobaan penyulingan di lapangan
2021 sampai dengan Oktober 2021. antara lain: daun cengkih kering dengan
kadar air 12±15%, air sungai untuk
Alat dan Bahan proses pemasakan dan penguapan, kayu
Alat-alat yang digunakan antara bakar dan daun kering hasil dari sisa
lain: unit penyulingan kapasitas 1000 kg penyulingan untuk bahan bakar.
(Gambar 1), termometer, refraktometer

Gambar 1. Alat Penyulingan Minyak Atsiri Kapasitas 1000 kg.

ˆ
Metode dan Mekanisme Penyulingan GLQJLQ GHQJDQ VXKX ” C. Atsiri yang
Proses penyulingan menggunakan diperoleh selanjutnya disaring untuk
metode destilasi air dan uap, dimana uap memisahkan bagian minyak dari sisa air
panas dari air memanasi simplisia daun terkondensasi.
cengkih yang terletak di atas tray dalam
ketel. Akibat pemanasan dari uap air, sel- Perlakuan Penyulingan
sel simplisia daun akan terbuka sehingga Proses penyulingan dilaksanakan
terjadi pengikatan, pelepasan dan selama 8 jam dengan waktu pengamatan
pengangkatan senyawaan atsiri setiap 2 jam pada 4 titik waktu yang
bersamaan dengan uap panas kemudian berbeda. Rentang waktu pengamatan
oleh adanya tekanan, uap yang yaitu 2, 4, 6 dan 8 jam. Hasil penyulingan
mengandung atsiri dialirkan ke unit dari setiap rentang pengamatan dilakukan
kondensor. Tahap selanjutnya adalah uji terhadap parameter; warna, bau,
atsiri dan uap akan dipisahkan kelarutan dalam etanol 70%, kadar
berdasarkan berat molekul setelah eugenol dan ß-Caryophyllene.
melalui unit kondensor yang dialiri air

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 91


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 16 No. 2, Desember 2021: 89-96

Tahapan Pelaksanaan Penelitian Pengujian Minyak Atsiri


Pelaksanaan penelitian dimulai Parameter uji yang dilakukan
dengan menyiapkan bahan-bahan yang untuk mengetahui kualitas minyak atsiri
terdiri dari daun cengkih, bahan bakar yang dihasilkan meliputi: warna, bau,
kayu dan daun kering sisa penyulingan. kelarutan dalam etanol 70%, dan analisis
Persiapan penyulingan dimulai komponen utama berupa kadar eugenol
dengan melakukan: a) pengisian air pada dan ß-Caryophyllene. Uji warna dan bau
bagian bawah tangki pemasak, b) dilakukan secara organoleptik dan
pengisian daun cengkih ke dalam tangki kelarutan dalam etanol menggunakan
pemasak dengan posisi bahan pada tray metode SNI 06-2387-2006. Sedangkan uji
yang berada sekitar 10 cm di atas kadar eugenol dan ß-Caryophyllene
permukaan air pemasak, c) pengisian air menggunakan metode GC-MS-QP-2010
pada tangki kondensasi, d) menutup Ultra.
tangki penyulingan, e) memanasi tangki
penyulingan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses penyulingan dimulai ketika Hasil penelitian melalui percobaan
keluar uap pertama dari pipa kondensasi. penyulingan daun cengkih selama 8 jam
Pada saat itu, air pendingin mulai dengan waktu pengamatan setiap 2 jam
dialirkan ke unit kondensor. Hasil pada 4 titik waktu yang berbeda
penyulingan berupa minyak atsiri mulai menunjukkan terdapat perbedaan kualitas
ditampung saat tetesan pertama sampai minyak atsiri yang diperoleh (Tabel 1).
tetesan terakhir untuk periode waktu 2 Hal ini ditandai dengan adanya
jam, kemudian dilanjutkan dengan perbedaan persentase pelepasan
tetesan berikutnya untuk periode waktu senyawaan utama atsiri dari simplisia
penyulingan 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. bahan pada berbagai waktu atau lama
Hasil penyulingan dari setiap periode penyulingan. Secara organoleptik
waktu ditampung terpisah kemudian beberapa parameter seperti sifat
dilakukan pemisahan antara bagian kelarutan dalam etanol, warna, dan bau
minyak dan air. Minyak atsiri yang atsiri menunjukkan kesamaan namun,
diperoleh terdiri dari 4 perlakuan waktu secara kualitatif dapat mempengaruhi
penyulingan yang kemudian dianalisis kualitas minyak atsiri secara keseluruhan.
kualitas berdasarkan sifat fisik yaitu: Tabel 1 menyajikan hasil analisis kualitas
warna, bau, kelarutan dalam etanol 70%, minyak atsiri daun cengkih yang akan
dan analisis komponen utama berupa dijelaskan secara spesifik.
kadar eugenol dan ß-Caryophyllene.

Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Minyak Atsiri Daun Cengkih


Lama Percobaan (jam)
Parameter *) Syarat *) Metode
2 4 6 8
Kuning- SNI 06-
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Coklat tua 2387-2006
Khas Khas Khas Khas Khas
SNI 06-
Bau minyak minyak minyak minyak minyak
2387-2006
cengkih cengkih cengkih cengkih cengkih
Kelarutan
SNI 06-
dalam etanol 1:2 Jernih 1:2 1:2 1:2 1:2
2387-2006
70%
Eugenol (% GC-MS
Min. 78 86,33 34,01 1,08 2,89
area) (Kualitatif)
Beta
GC-MS
Caryophillene Maks. 17 8,15 46,58 14,49 1,16
(Kualitatif)
(% area)
*) SNI 06-2387-2006

92 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Kualitas Minyak Atsiri « Justus)

Warna dan Bau Kelarutan dalam Etanol


Hasil penyulingan selama 2±8 jam Kelarutan dalam etanol
(Tabel 1) menunjukkan bahwa tidak merupakan parameter yang menentukan
terdapat perbedaan warna dan bau atsiri kualitas minyak atsiri. Minyak atsiri yang
di antara waktu penyulingan. Warna dan larut sempurna dalam etanol
bau yang dihasilkan minyak atsiri memiliki menunjukkan senyawaan penyusunnya
warna kuning dengan bau khas minyak yang bersifat polar lebih tinggi (Susetyo
cengkih sebagaimana yang dan Reny, 2004). Sebaliknya atsiri yang
dipersyaratkan oleh SNI 06-2387-2006 banyak mengandung senyawaan non
(BSN, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa polar akan berdampak pada kelarutan
selama penyulingan 8 jam, tidak terjadi dalam etanol yang bersifat polar.
kerusakan komponen atau senyawaan Hasil penelitian menunjukkan
penyusun minyak atsiri. Kerusakan bahwa minyak atsiri yang diperoleh dari
minyak atsiri ditandai dengan terjadi berbagai waktu penyulingan (2±8 jam)
perubahan warna menjadi kuning dapat larut sempurna dalam etanol 70%
kecoklatan yang disebabkan karena dengan perbandingan 1:2 (Tabel 1). Hal
adanya kandungan senyawa terpen ini menunjukkan bahwa kualitas minyak
(Sembiring, 2011). atsiri selama pengamatan sampai 8 jam
Salah satu penyebab kerusakan memenuhi syarat kelarutan dalam etanol
minyak atsiri adalah adanya kandungan sesuai yang dipersyaratkan oleh Badan
ß-Caryophyllene. Senyawa ini tergolong Standar Nasional (BSN).
hidrokarbon terpen yang mudah Salah satu faktor yang dapat
teroksidasi oleh pengaruh udara dan mempengaruhi kelarutan minyak atsiri
cahaya sehingga berdampak pada warna adalah adanya komponen senyawa ß-
dan aroma. Caryophyllene. Penyulingan selama 2±6
Hasil percobaan menunjukkan jam menyebabkan komponen ini
bahwa ß-Caryophyllene meningkat pada meningkat, namun kehadiran beta
penyulingan 4±6 jam dengan kadar caryophyllene tidak menghambat proses
tertinggi pada penyulingan 4 jam yaitu kelarutan atsiri dalam etanol 70%.
46,58%, dan menurun pada waktu Secara kualitas, klasifikasi minyak
penyulingan 8 jam. ß-Caryophyllene yang atsiri berdasarkan waktu penyulingan
tinggi merupakan potensi terjadinya dapat dilakukan dan dialokasikan sesuai
penurunan kualitas warna dan bau peruntukannya dengan tetap
minyak atsiri, sebagai akibat terjadinya mempertimbangkan efisiensi produksi
oksidasi selama penyimpanan bila tidak dan parameter pendukung lainnya.
dikemas dengan baik. Walaupun warna
dan bau minyak atsiri memenuhi syarat Eugenol
SNI selama penyulingan 8 jam, namun Pentingnya penetapan kadar
berpotensi teroksidasi apabila mempunyai eugenol berkaitan dengan syarat yang
kandungan ß-Caryophyllene yang tinggi. dibutuhkan dan kandungannya yang
Pada percobaan ini, perlakuan dominan dalam minyak atsiri daun
penyulingan 4 jam dan 6 jam berpotensi cengkih. Kadar eugenol minyak atsiri
menimbulkan kerusakan warna dan bau daun cengkih dibawah 78% menunjukkan
minyak atsiri daun cengkih sehingga mutu yang tidak dipersyaratkan SNI 06-
perlu pengelompokan hasil penyulingan 2387-2006.
berdasarkan waktu dengan Hasil percobaan menunjukkan
mempertimbangkan parameter lainnya. bahwa kadar eugenol selama penyulingan
Selain itu pengelompokan ini juga 8 jam mengalami penurunan secara
dimaksudkan untuk penanganan lanjutan bertahap dari setiap titik pengamatan
melalui proses pemurnian. (Gambar 2).

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 93


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 16 No. 2, Desember 2021: 89-96

Penyulingan selama 2 jam dan 4 penyulingan 4±8 jam. Namun dalam


jam menghasilkan eugenol 86,33% dan proses produksi, umumnya industri
34,01% sedangkan pada penyulingan 6 melakukan proses penyulingan selama 8
jam dan 8 jam diperoleh eugenol 1,08% jam tanpa menentukan waktu optimal
dan 2,89%. Hal ini menunjukkan bahwa pelepasan eugenol dari simplisia daun
pelepasan eugenol dari simplisia daun cengkih. Kadar eugenol dari hasil
cengkih telah mencapai puncak pada penelitian ini masih dapat ditingkatkan
penyulingan 2±4 jam dan telah melewati melalui proses pemurnian lanjutan.
rata-rata kadar eugenol daun cengkih Secara umum dapat dinyatakan bahwa
yang secara umum berada pada kadar proses penyulingan telah berlangsung
80±85% (Hadi, 2012). Eugenol yang sempurna dan menjadi bahan evaluasi
dihasilkan pada penyulingan 2 jam untuk mengklasifikasikan kualitas eugenol
memiliki kualitas lebih baik (sesuai SNI berdasarkan waktu penyulingan.
06-2387-2006) dibanding hasil

100
90
80
70
60
(%

50
40
30
20
10
0
2 4 6 8
Waktu penyulingan
Eugenol ß-Caryophyllene

Gambar 2. Kadar Eugenol dan ß-Caryophyllene selama Penyulingan

ß-Caryophyllene penyulingan 6 jam dan 8 jam dengan


ß-Caryophyllene merupakan kadar ß-Caryophyllene 14,49% dan
senyawa dengan jumlah terbesar kedua 1,16%. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah eugenol, dan termasuk senyawa pelepasan eugenol lebih mendominasi
penentu kualitas minyak atsiri daun pelepasan ß-Caryophyllene dimana sifat
cengkih dengan syarat sesuai SNI 1996 volatile dari eugenol yang cenderung
maksimum 17%. ß-Caryophyllene yang mudah menguap dibanding ß-
berlebihan mengindikasikan minyak atsiri Caryophyllene yang bersifat non volatile.
tidak berkualitas. Selama penyulingan 4 jam, senyawa ini
Hasil percobaan menunjukkan mengalami pelepasan dari simplisia daun
bahwa pada penyulingan 2 jam pertama sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa
kadar ß-Caryophyllene terekstrak baru sebagian besar senyawa-senyawa
mencapai 8,15%, selanjutnya pada volatile telah dilepaskan sehingga
penyulingan 2 jam berikutnya (4 jam) memberi peluang berikutnya untuk
diperoleh kadar ß-Caryophyllene 46,58% pelepasan untuk ß-Caryophyllene. Pada
dan selanjutnya menurun pada penyulingan jam ke-6 dan ke-8 kadar ß-

94 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan


Kualitas Minyak Atsiri « Justus)

Caryophyllene semakin berkurang hingga SIMPULAN


tersisa tidak lebih dari 1,5%. Hal ini Minyak atsiri yang dihasilkan
disebabkan karena ß-Caryophyllene pada selama penyulingan 8 jam memiliki
daun cengkih sebagian besar sudah kualitas yang berbeda-beda, sehingga
terekstrak pada penyulingan (jam ke-2 pengelompokannya berdasarkan lama
dan jam ke-4). waktu pelepasan atsiri dari simplisia daun
Caryophillene termasuk salah satu cengkih menjadi acuan untuk menentukan
senyawa golongan terpen yang mudah optimalisasi proses dan kualitas atsiri
teroksidasi dan resinifikasi oleh pengaruh yang dihasilkan.
cahaya dan udara sehingga akan Waktu penyulingan maksimal
menurunkan kelarutan minyak atsiri untuk pelepasan minyak atsiri dari
dalam alkohol dan merusak bau (Ketaren, simplisia daun cengkih adalah 2±4 jam,
1985 di dalam Larasati dan Zuhdi, 2017). dengan kadar eugenol 34,01±86,33%.
Selain itu senyawa ini memiliki sifat tidak Pelepasan eugenol dari simplisia bahan
larut dalam air tetapi larut dalam etanol menjadi berkurang dan tidak efektif pada
(Lesgards et al., 2014 dan Aranha, et al., penyulingan 6±8 jam.
2019) sehingga dalam jumlah yang Hasil penyulingan atsiri daun
berlebihan akan meningkatkan volume cengkih selama 8 jam memiliki kualitas
pelarut yang berakibat pada ketidaksesuaian sesuai dengan SNI 06-2387-2006, namun
dengan yang dipersyaratkan yaitu kelarutan memiliki waktu pelepasan dari simplisia
dalam etanol 70% sebanyak 1:2. daun dengan persentase yang berbeda-
Hasil penelitian ini menunjukkan beda.
bahwa penyulingan selama 4 jam
menghasilkan ß-Caryophyllene yang tidak DAFTAR PUSTAKA
sesuai standar namun masih memiliki 1. Aranha, E.S.P.; de Azevedo, S.G.; dos
34,1% eugenol dan mempunyai kelarutan Reis, G.G.; Silva Lima, E.; Machado,
yang baik dalam etanol 70% dengan M.B.; de Vasconcellos, M.C. 2019.
perbandingan 1:2. Meskipun memenuhi Essential oils from Eugenia spp.: In Vitro
Antiproliferative Potential with Inhibitory
syarat dari sisi kelarutan dalam etanol,
Action of Metalloproteinases. Ind. Crops
kehadiran senyawa ß-Caryophyllene yang Prod. 2019, 141, 111736,
berlebihan akan menurunkan kualitas doi:10.1016/j.indcrop.2019.111736.
minyak atsiri. 2. BSN. 2006. Mutu dan Cara Uji Minyak
Dari sisi standar, hasil daun Cengkih (Syzygium aromaticum),
penyulingan pada jam ke-4 tidak SNI 06-2387-2006. Jakarta: Badan
memenuhi syarat dari parameter ß- Standarisasi Nasional. Hal.1-8.
Caryophyllene tetapi masih mengandung 3. Bustaman, S. 2011. Potensi
kadar eugenol yang tinggi sehingga Pengembangan Minyak Daun Cengkih
secara komersial dapat diklasifikasikan sebagai Komoditas Ekspor di Maluku.
Balai Besar Pengkajian dan
sesuai peruntukan dalam industri. Kadar
Pengembangan Pertanian Bogor. Jurnal
ß-Caryophyllene yang tinggi dan tidak Litbang Pertanian, 30 (4), 2011.
memenuhi standar SNI minyak atsiri daun 4. Hadi, S. 2012. Pengambilan Minyak Atsiri
cengkih namun berpeluang untuk tujuan Bunga Cengkih (Clove Oil)
memanfaatkan senyawa ini sebagai menggunakan Pelarut n-Heksan dan
bahan baku industri. Hal ini disebabkan ß- Benzena. Jurnal Bahan Alam
Caryophyllene mempunyai fungsi penting Terbarukan. p-ISSN 2303 ± 0623, e-
untuk kesehatan antara lain dapat ISSN 2407 ± 2370 Vol. 1 No. 2 2012. Hal
digunakan sebagai bahan anestesi lokal, 25 ± 30
dietary cannabinoid, dan sebagai 5. Hastuti, L.T., Saepudin, E., Cahyana,
A.H., Rahayu, D.U.C., Murni, V.W and
indikator detoksifikasi enzim s-transferase
Haib, J. 2017. The Influence of Sun
pada lever dan usus (Zheng et al., 1992). Drying Process and Prolonged Storage
on Composition of Essential Oil from
Clove Buds (Syzygium aromaticum). AIP

Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 95


Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 16 No. 2, Desember 2021: 89-96

Conference Proceedings 1862, 030092 Spices, Second edition, Volume 1, edited


2017; http://doi.org/10.1063/1.4991196. by K. V. Peter (Woodhead Publishing
6. Larasati, W.A & H.F. Zuhdi. 2017. Limited, Philadelphia, USA, 2012), pp.
Kesetimbangan Cair-Cair Sistem 197-215.
Quartener Eugenol + ß ± 10. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak
Caryophinellene + I ± Butanol + H2O Atsiri. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada
pada Temperatur 303,15 dan 323,15 K. University Press. Hal. 3-10, 65-69.
Skripsi. Departemen Teknik Kimia. 11. Sembiring, D.M. 2011. Isolasi dan
Fakultas Teknologi Industri. Institut Analisis Komponen Minyak Atsiri dari
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Daun Tumbuhan Binara Di Daerah
2017. Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
7. Lesgards, J.-F.; Baldovini, N.; Vidal, N.; Serdang dengan GC-MS dan FT-IR.
Pietri, S. 2014. Anticancer Activities of Fakultas Matematika dan Ilmu
Essential Oils Constituents and Synergy Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra
with Conventional Therapies: A Review. Utara. Medan
Phyther. Res. 2014, 28, 1423±1446, 12. Susetyo, R., dan Reny, H. 2004. Kiat
doi:10.1002/ptr.5165. Menghasilkan Minyak Sereh Wangi,
8. Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Jakarta, Penebar Swadaya.
Penggunaan Cengkih. Perspektif, 13. Zheng, G.C., Kenney, P.M., Lam, L.K.T.
Review Penelitian Tanaman Industri 3(2): 1992. Sesquiterpenes from Clove
61 70. (Eugenia caryophyllata) as Potential
9. Nurdjannah, N and Bermawie, N. 2012. Anticarcinogenic agents, J. Nat. Prod,
³&ORYHV ´ LQ +DQGERRN RI +HUEV DQG 53(7), 999±1003.

96 Diterbitkan oleh Balai Besar Industri Hasil Perkebunan

Anda mungkin juga menyukai