Anda di halaman 1dari 11

Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak

Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)


(Mariam Malahayati, Rahmawati)

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM


TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata)

Mariam Malahayati1, Rahmawati2


Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Sahid, Jakarta
rahmafarasara@usahid.ac.id2

ABSTRAK. Eugenol merupakan komponen utama minyak daun cengkeh dan memiliki nilai
ekonomis tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kemurniannya. Untuk mendapatkan eugenol
dengan tingkat kemurnian tinggi dan memenuhi standar United States Pharmacopeia / USP
(2010) yaitu minimal 99,5%, maka pada penelitian ini dipelajari tekanan dan rasio refluks
pada distilasi fraksinasi vakum minyak daun cengkeh. Metode yang digunakan adalah
eksperimen dengan variabel tekanan (4, 6, 10 mmHg) dan rasio refluks (10/5, 20/4, 40/4).
Hasil menunjukkan bahwa tekanan mempengaruhi kemurnian, rendemen, bobot jenis,
indeks bias, dan putaran optik eugenol secara nyata (α = 0,01). Tekanan distilasi fraksinasi
vakum terbaik adalah 10 mmHg dengan rasio refluks 20/4 dan menghasilkan eugenol
beraroma khas cengkeh dan tidak berwarna dengan kemurnian 99,65% (sesuai standar
USP), rendemen 64,61%, bobot jenis 1,0656, indeks bias 1,5407, putaran optik -0,10,
kelarutan eugenol dalam etanol 70% sebesar 1:1.

Kata kunci: eugenol, tekanan, rasio refluks, distilasi fraksinasi

7
KONVERSI Volum 3 No.2 Oktober 2014 ISSN 2252-7311

PENDAHULUAN atsiri menjadi beberapa fraksi


berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Indonesia merupakan negara Minyak atsiri tidak difraksinasi pada
penghasil cengkeh, terutama di daerah - tekanan atmosfir tetapi dalam keadaan
daerah sentra produksi cengkeh seperti vakum, karena pada tekanan dan suhu
pulau Jawa. Di pulau Jawa luas areal yang tinggi dapat menyebabkan
penanaman cengkeh mencapai ± 50.000 dekomposisi dan resinifikasi, sehingga
ha, di mana diperkirakan terdapat daun distilat mempunyai bau dan sifat fisiko
cengkeh yang gugur dengan potensi kimia yang berbeda dengan minyak murni.
sekitar ± 305 ton per hari. Daun cengkeh Penggunaan tekanan tidak lebih dari 10
dikenal menghasilkan berbagai jenis mmHg pada distilasi fraksinasi vakum,
minyak. Dari daun yang gugur ini dapat akan menghindari minyak dari kerusakan
diperoleh sekitar 4,4 ton minyak daun akibat suhu yang tinggi (Guenther, 1990).
cengkeh per hari (Balittro, 2008). Minyak Distilasi fraksinasi vakum dilengkapi
daun cengkeh tersusun dari 23 dengan unit refluks, yang digunakan
komponen yang berbeda dengan untuk meningkatkan kemurnian fraksi
komponen utama yaitu eugenol (70- yang diperoleh. Perbandingan antara
90%) dan β - kariofilen (5-12%) (Ketaren, jumlah kondensat yang dikembalikan ke
1985). kolom (jumlah refluks) persatuan waktu
Eugenol adalah komponen utama terhadap jumlah distilat yang diambil
minyak daun cengkeh berupa cairan tidak persatuan waktu disebut rasio refluks
berwarna, beraroma khas, dan (Handojo, 1995). Menurut Furniss et al.
mempunyai rasa pedas yang banyak (1984), faktor-faktor penting yang
dimanfaatkan dalam industri fragrance mempengaruhi pemisahan campuran
dan flavor karena memiliki aroma yang menjadi fraksi murni salah satunya
khas dan industri farmasi karena bersifat adalah rasio refluks. Rasio refluks yang
antiseptic, sedangkan β -kariofilen adalah baik menurut hasil penelitian Haznan
pengotor yang harus dihilangkan karena (2002) adalah 10/5, 20/4, dan 40/4.
menurunkan tingkat kemurnian minyak Kondisi ini menghasilkan kemurnian yang
cengkeh (Ketaren, 1985). tinggi dan rendemen yang besar pada
Menurut standar United States pemurnian minyak pala, minyak sereh,
Pharmacopeia/USP (2010), untuk dapat dan minyak nilam serta minyak cengkeh
diperdagangkan secara internasional, (eugenol hitam).
eugenol harus memiliki tingkat Berdasarkan hal tersebut, penelitian
kemurnian minimal 99,5%. Selain itu, ini dilakukan untuk melihat seberapa
dengan meningkatnya kemurnian eugenol besar pengaruh tekanan dan rasio refluks
maka harga jualnya juga meningkat. pada distilasi fraksinasi vakum minyak
Minyak daun cengkeh dengan kadar daun cengkeh sehingga diperoleh
eugenol kurang dari 70% eugenol dari minyak daun cengkeh yang
diperdagangkan dengan harga US$ 4- memenuhi standar kemurnian eugenol
5/kg di dalam negeri, sedangkan yang USP (2010) yaitu minimal 99,5%.
berkadar 98-99% diperdagangkan dengan Tekanan yang digunakan adalah 4, 6, dan
harga US$ 30-40/kg (± 8 kali lebih tinggi) 10 mmHg dengan rasio refluks 10/5,
(Kurnia et al., 2010). Melihat potensi 20/4, dan 40/4 pada distilasi fraksinasi
eugenol dan didukung oleh nilai ekonomi vakum terhadap mutu eugenol dari minyak
yang lebih tinggi dibandingkan bahan daun cengkeh. Mutu eugenol ditentukan
bakunya (minyak daun cengkeh), maka melalui uji kimia yaitu kemurnian
perlu dilakukan pemisahan atau isolasi eugenol; uji fisik yaitu rendemen, bobot
eugenol dari minyak daun cengkeh. jenis, indeks bias, putaran optik, dan
Salah satu cara pemisahan kelarutan eugenol dalam etanol 70%; dan
komponen minyak atsiri adalah distilasi uji organoleptik yaitu warna dan aroma
fraksinasi vakum. Distilasi fraksinasi eugenol.
minyak atsiri adalah pemisahan minyak
8
Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
(Mariam Malahayati, Rahmawati)

Persiapan dilakukan dengan mengisi


tabung trap dengan campuran es dan
METODOLOGI PENELITIAN garam untuk mencegah tersedotnya fase
gas ke dalam pompa vakum, kemudian
Bahan dan Alat menghubungkan alat distilasi dengan
listrik 1000-1500 Watt sehingga unit
Bahan-bahan yang digunakan adalah distilasi dapat dinyalakan pada panel
minyak daun cengkeh dan bahan-bahan kontrol.
kimia untuk analisis. Alat-alat yang
digunakan adalah distilasi fraksinasi (2) Pengisian labu umpan
vakum, timbangan analitik, penangas air,
alat - alat gelas, piknometer, Sebanyak 2,5 L minyak cengkeh
refraktometer, polarimeter, dan gas dimasukkan ke dalam labu umpan dengan
kromatografi (GC). kapasitas labu sebesar 5 L. Labu umpan
ini dilengkapi dengan motor dan batang
Metode Penelitian pengaduk agar minyak tetap homogen
(kecepatan 1000 rpm); jaket pemanas
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. sebagai sumber panas serta menjaga
Tahap I bertujuan mengetahui kestabilan suhu; dan termokopel umpan
karakteristik minyak daun cengkeh untuk mengontrol suhu distilasi.
sebelum dimurnikan. Tahap II mempelajari
pengaruh tekanan dan rasio refluks pada (3) Pemanasan
distilasi fraksinasi vakum terhadap mutu
eugenol dari minyak daun cengkeh yang Minyak cengkeh dipanaskan selama
dihasilkan. Rancangan penelitian yang ± 3 jam pada tekanan vakum (4, 6, dan 10
digunakan adalah rancangan lengkap mmHg).
faktorial 3x3 dengan tiga kali ulangan.
Alur proses disajikan pada Gambar 1. (4) Pendinginan

Metoda Analisa Kondensor merubah uap minyak


yang keluar dari kolom distilasi menjadi
Proses distilasi fraksinasi vakum eugenol cairan. Air yang digunakan di kondensor
minyak daun cengkeh terdiri dari: sebagai fluida pendingin berasal dari bak
(1) Persiapan pompa vakum penampungan air dengan suhu 15-16 0C.

Persiapan pompa vakum

Pengisian labu umpan

Pemanasan ± 3 jam

P = 4 mmHg P = 6 mmHg P = 10 mmHg

Pemurnian dengan rasio refluks 10/5, 20/4, 40/4

Pengambilan destilat

Eugenol murni Residu

9
KONVERSI Volum 3 No.2 Oktober 2014 ISSN 2252-7311

Gambar 1. Alur proses distilasi fraksinasi vakum eugenol dari minyak daun cengkeh
(5) Pemurnian kondensat keluar dan masuk ke dalam
wadah penampung sebagai distilat. Distilat
Pemurnian dilakukan dalam unit yang keluar merupakan fraksi-fraksi
refluks. Rasio refluks yang digunakan (eugenol murni dan residu) yang telah
10/5,20/4, dan 40/4. Rasio refluks tertampung di dalam penampung fraksi
menunjukkan perbandingan waktu dikeluarkan untuk diukur volume dan
pengembalian kondensat ke dalam kolom dianalisa sifat-sifat fisika dan kimianya.
fraksinasi dan kondensat yang ditampung
sebagai distilat. Rasio refluks 10/5 berarti HASIL PENELITIAN DAN
selama 10 detik pertama katup magnetis PEMBAHASAN
pengatur pengeluaran kondensat tertutup
dan kondensat dikembalikan ke kolom Penelitian Tahap 1
fraksinasi, pada saat tersebut proses Karakteristik minyak daun cengkeh
pemisahan komponen berlangsung sebelum dimurnikan disajikan pada Tabel
kembali, kemudian 5 detik berikutnya 1.
katup tersebut terbuka, sehingga

Tabel 1. Karakteristik minyak daun cengkeh

No. Jenis Uji Satuan Nilai SNI 06-2387-2006


1 Keadaan
. a. Warna -
Coklat Kuning – coklat
b. Aroma/Bau gelap Khas
- tua Khas minyak
2 Berat jenis 20 C/20 Cminyak1
- 1.025 – 1.049
cengkeh
3. Indeks Bias (nD20) cengkeh
- ,
1 1.528 – 1.535
4. Putaran optic - ,0
Tidak terbaca (-1.3o) – (0.0o)
.5 Kelarutan dalam etanol 2
5
- 1:2 jernih 1:2 jernih
8
2
6. Total
70% eugenol (GC % 7
2 Minimum 78
8
. β-kariofilen
7. method) % 3
2 Maksimum 17
9
,
1
,7
Dari Tabel 1 terlihat bahwa 3 0 Penelitian Tahap 2
minyak daun cengkeh yang digunakan 9 1. Kemurnian eugenol
belum memenuhi SNI minyak daun Kemurnian eugenol hasil distilasi
cengkeh, yaitu untuk kadar eugenol, fraksinasi vakum pada tekanan dan rasio
kadar β -kariofilen dan putaran optik. Hal refluks berbeda disajikan pada Tabel 2.
ini karena adanya ion logam yang Hasil penelitian menunjukkan kemurnian
berasal dari alat penyulingan yang eugenol berkisar antara 89,30% sampai
terbuat dari drum besi dan bahan baku 99,65%. Kemurnian eugenol cenderung
yang kotor (Brahmana, 1991; EOA, meningkat dengan semakin tinggi tekanan
1975; Rusli, 1991), yang dapat bereaksi dan rasio refluks sampai 20/4. Pada rasio
dengan senyawa dalam minyak, refluks 40/4 kemurnian eugenol menurun.
terutama eugenol. Logam-logam yang Hasil Anova menunjukkan bahwa
terdapat dalam minyak daun cengkeh tekanan dan rasio reflux memengaruhi
antara lain Fe, Mg, Mn, Zn, dan Pb kemurnian eugenol secara nyata (α=0,01),
(Marwati et al., 2005). Logam-logam namun tidak ada interaksi antara
tersebut berasal dari daun dan alat keduanya. Hasil uji lanjut Duncan
penyuling. Akumulasi logam dalam daun menunjukkan bahwa rasio refluks 10/5,
terjadi karena penyerapan logam dari 20/4 dan 40/4 memengaruhi kemurnian
tanah melalui akar dan penyerapan eugenol secara berbeda, sedangkan
logam dari udara melalui stomata daun tekanan 4 dan 6 mmHg menghasilkan
(Pahlesson, 1989). kemurnian eugenol yang sama, namun
berbeda dengan tekanan 10 mmHg Hal ini
10
Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
(Mariam Malahayati, Rahmawati)

karena eugenol yang bertitik didih tinggi fraksi yang mengandung seskuiterpen
belum tersuling secara sempurna pada (C15) yang mendidih pada suhu 250C
tekanan 4 dan 6 mmHg. Titik didih pada tekanan atmosfir, sebaiknya disuling
eugenol pada tekanan 4 dan 6 mmHg dengan tekanan 10 mmHg pada suhu
berturut-turut adalah 106,70C dan sekitar 120C agar komponen minyak
114,15C. Hal ini sejalan dengan hasil yang bertitik didih tinggi tersuling secara
penelitian Guenther (1990), bahwa suatu sempurna dalam keadaan vakum.

Tabel 2. Nilai rata-rata kemurnian eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda

Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-rata
4 6 10
10/5 95,55 95,66 96,85 96,02b
20/4 98,45 98,51 99,65 98,87a
40/4 89,30 89,60 90,56 89,82c
Rata-rata 94,43b 94,59b 95,69a
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α=0,01)
Tabel 2 menunjukkan bahwa diperoleh dari tiap satuan bobot minyak
kemurnian eugenol tertinggi diperoleh daun cengkeh yang digunakan. Hasil rata-
pada rasio refluks 20/4 dan terendah rasio rata rendemen eugenol dengan tekanan
refluks 40/4. Hal ini karena saat distilat dan rasio refluks berbeda disajikan pada
dikembalikan ke kolom terjadi kontak Tabel 3.
antara uap dengan cairan secara Tabel 3 menunjukkan rendemen
berulang-ulang dengan dengan waktu eugenol berkisar antara 51,34% - 69,56%.
yang lebih lama dibandingkan dengan Rendemen eugenol cenderung meningkat
perlakuan lain (40 detik). Kondisi ini dengan semakin rendahnya tekanan dan
menyebabkan beberapa komponen cenderung menurun dengan semakin
terdegradasi menjadi komponen lain tingginya rasio refluks. Hasil Anava
sehingga kemurnian eugenol lebih rendah menunjukkan bahwa tekanan dan rasio
dibandingkan rasio refluks lainnya reflux berbeda memengaruhi rasio
(Agustian et al., 2007). Hal ini sejalan eugenol secara nyata (α=0,01). Ada
dengan Cook dan Cullen (1987), yaitu interaksi diantara keduanya dalam
semakin tinggi nilai rasio refluks, maka memengaruhi rendemen eugenol.
semakin besar efisiensi proses Nilai rata-rata rendemen eugenol
pemisahan, tetapi peningkatan rasio tertinggi diperoleh dari perlakuan rasio
refluks di atas nilai tertentu tidak akan refluks terendah (10/5) dan sebaliknya
menaikkan tingkat pemisahan atau rata-rata rendemen eugenol terendah
efisiensi kolom, sehingga rasio refluks diperoleh dari perlakuan rasio refluks
seharusnya divariasikan sesuai dengan tertinggi (40/4). Hal ini karena semakin
tingkat kesulitan pemisahan fraksinasi. tinggi rasio refluks, maka jumlah distilat
Kemurnian eugenol yang memenuhi yang ditampung dalam wadah penampung
standar USP (2010) dihasilkan pada semakin rendah dalam satuan waktu,
tekanan 10 mmHg dan rasio refluks 20/4, sehingga perlakuan rasio refluks yang
yaitu 99,65%. lebih besar relatif menghasilkan fraksi
dengan rendemen yang lebih kecil
2. Rendemen (Furniss et al., 1984). Rendemen eugenol
Rendemen eugenol adalah tertinggi dihasilkan pada tekanan 4 mmHg
perbandingan bobot eugenol yang dan rasio refluks 10/5.

11
KONVERSI Volum 3 No.2 Oktober 2014 ISSN 2252-7311

Tabel 3. Nilai rata-rata rendemen eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 69,56a 69,35b 68,24c 69,05a
20/4 65,67d 65,57d 64,61e 65,28b
f g h
40/4 52,77 52,40 51,34 52,17c
a b c
Rata-Rata 62,67 62,44 61,40
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α=0,01

3. Bobot jenis 1,0675. Bobot jenis eugenol cenderung


Nilai rata-rata bobot jenis eugenol meningkat dengan semakin tinggi tekanan
dengan tekanan dan rasio refluks berbeda dan rasio refluks sampai 20/4 yang
disajikan pada Tabel 4, di mana bobot selanjutnya menurun.
jenis eugenol berkisar antara 1,0502-

Tabel 4. Nilai rata-rata bobot jenis eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 1,0604 1,0610 1,0633 1,0616b
20/4 1,0644 1,0649 1,0675 1,0656a
40/4 1,0502 1,0510 1,0535 1,0516c
Rata-Rata 1,0583c 1,0590b 1,0614a
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α=0,01)

Hasil Anova menunjukkan bahwa berat dalam minyak daun cengkeh


tekanan dan rasio refluks berbeda (Armando, 2009). Bobot jenis yang
memengaruhi bobot jenis eugenol secara memenuhi standar USP (2010) diperoleh
nyata (α = 0,01), namun tidak ada interaksi pada tekanan 10 mmHg dan rasio refluks
dari keduanya dalam memengaruhi bobot 20/4, yaitu 1,0656.
jenis eugenol. Meningkatnya bobot jenis
eugenol dipengaruhi oleh kemurnian 4. Index bias
eugenol yang juga meningkat dengan Nilai rata-rata indeks bias eugenol
semakin tinggi tekanan. Demikian juga dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
rasio refluks sampai 20/4 menghasilkan disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian
bobot jenis eugenol yang semakin menunjukkan indeks bias eugenol berkisar
meningkat. Hal ini sejalan dengan nilai antara 1,5332 - 1,5390, di mana indeks
kemurnian eugenol. Bobot jenis eugenol bias eugenol cenderung meningkat
berhubungan dengan berat komponen dengan semakin tinggi tekanan dan rasio
yang terkandung didalamnya. Semakin refluks sampai 20/4. Hasil Anava
besar fraksi berat yang terkandung dalam menunjukkan bahwa tekanan dan rasio
minyak, semakin besar pula nilai bobot refluks memengaruhi index bias minyak
jenis atau densitasnya. Biasanya, bobot eugenol, dan ada interaksi diantaranya
jenis komponen hidrokarbon teroksigenasi dalam memengaruhi index bias secara
lebih besar dibandingkan dengan nyata (α=0,01). Indeks bias eugenol
hidrokarbon tak teroksigenasi, sehingga tertinggi diperoleh dari tekanan tertinggi
semakin tinggi kemurnian eugenol akan (10 mmHg) dan terendah dari tekanan
menyebabkan bobot jenis minyak semakin terendah (4 mmHg). Semakin tinggi
tinggi, karena eugenol merupakan fraksi
12
Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
(Mariam Malahayati, Rahmawati)

tekanan menghasilkan kemurnian eugenol semakin meningkat.

Tabel 5. Nilai rata-rata indeks bias eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 1,5381c 1,5384bc 1,5390b 1,5385b
a a a
20/4 1,5399 1,5401 1,5407 1,5403a
40/4 1,5332e 1,5339de 1,5346d 1,5339c
c b a
Rata-Rata 1,5371 1,5375 1,5381
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α=0,01)

Semakin tinggi rasio refluks sampai dihasilkan pada tekanan 10 mmHg dan
20/4 menghasilkan indeks bias eugenol rasio refluks 20/4 (1,5407).
yang semakin meningkat. Menurunnya
index bias pada rasio refluks 40/4 5. Putaran optik
dipengaruhi oleh kemurnian eugenol yang Nilai rata-rata putaran optik eugenol
menurun pada kondisi ini. dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
Indeks bias merupakan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil
perbandingan antara kecepatan cahaya di menunjukkan putaran optik eugenol
dalam udara dengan kecepatan cahaya di berkisar antara (-1,23) - (-0,10), di mana
dalam zat tersebut pada suhu tertentu. putaran optik cenderung meningkat
Sama halnya dengan bobot jenis di mana dengan semakin tingginya tekanan dan
komponen penyusun minyak atsiri dapat rasio refluks sampai 20/5. Hasil analisis
memengaruhi nilai indeks biasnya. ragam menunjukkan tekanan dan rasio
Semakin banyak komponen hidrokarbon reflux mempengaruhi putaran optik
teroksigenasi ikut tersuling maka eugenol berbeda secara nyata (α = 0,01)
kerapatan medium minyak akan dan ada interaksi antara keduanya dalam
bertambah sehingga cahaya yang datang mempengaruhi putaran optik eugenol.
akan lebih sukar dibiaskan. Hal ini Semakin tinggi tekanan menghasilkan
menyebabkan indeks bias minyak lebih putaran optik eugenol yang semakin
besar. Sehingga kemurnian eugenol yang meningkat, hal ini dipengaruhi oleh nilai
meningkat menyebabkan indeks bias kemurnian eugenol yang juga meningkat
minyak semakin tinggi (Armando, 2009). dengan semakin tinggi tekanan.
Indeks bias eugenol yang memenuhi
standar USP (2010) (1,5400-1,5420)

Tabel 6. Nilai rata-rata putaran optik eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 -0,57o d -0,47o cd -0,40o c -0,48o b
20/4 -0,27o b -0,23o b -0,10o a -0,20o a
og of oe
40/4 -1,23 -1,00 -0,83 -1,02o c
oc ob oa
Rata-Rata -0,69 -0,57 -0,44
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α=0,01)

Putaran optik eugenol meningkat oleh kemurnian eugenol yang meningkat


sampai rasio refluks 20/4, namun menurun sampai rasio refluks 20/4 dan menurun
pada rasio refluks 40/4. Hal ini dipengaruhi pada rasio refluks 40/4. Jika suatu cahaya

13
KONVERSI Volum 3 No.2 Oktober 2014 ISSN 2252-7311

terpolarisasi dilewatkan pada senyawa eugenol (kandungan kariofilen masih ada


optik aktif maka bidang cahaya dalam jumlah tertentu) maka nilai putaran
terpolarisasi tersebut akan berputar. Besar optik eugenol cenderung semakin negatif.
arah berputarnya bidang cahaya Perlakuan yang menghasilkan putaran
terpolarisasi dinyatakan dengan nilai optik sesuai standar USP (2010) ((-0,5o) –
putaran optik. Sebagian besar minyak (+0,5o)), adalah tekanan 10 mmHg dan
atsiri memiliki sifat memutar bidang rasio refluks 20/4 (-0,10o).
polarisasi ke arah kanan (dextrorotary)
atau ke arah kiri (laevorotary) jika 6. Kelarutan eugenol dalam etanol
ditempatkan dalam cahaya yang 70%
dipolarisasikan. Menurut Ketaren (1985), Hasil rata-rata kelarutan eugenol
seskuiterpenal berupa senyawa naftalen dalam etanol 70% disajikan pada Tabel 7.
(C10H8) dalam minyak daun cengkeh Tabel 7 menunjukkan bahwa semua rata –
merupakan persenyawaaan optik aktif. rata kelarutan eugenol dalam etanol 70%
Senyawa ini merupakan turunan dari adalah 1:1, artinya 1 volume (ml) eugenol
seskuiterpen (kariofilen) dan mempunyai larut dalam 1 volume (ml) etanol 70% dan
kemampuan memutar bidang polarisasi membentuk larutan yang jernih.
cahaya ke arah kiri (laevorotatory). Hal ini
menyebabkan semakin rendah kemurnian

Tabel 7. Nilai rata-rata kelarutan eugenol dalam alkohol 70% dengan tekanan dan rasio
refluks berbeda (ml eugenol : ml etanol)

Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 1:1 1:1 1:1 1:1
20/4 1:1 1:1 1:1 1:1
40/4 1:1 1:1 1:1 1:1
Rata-Rata 1:1 1:1 1:1 1:1

Standar kelarutan eugenol menurut semakin rendah karena masih


USP (2010) dalam etanol 70% maksimal mengandung kariofilen dalam jumlah
1:2. Berdasarkan hal tersebut, maka tertentu. Hal ini menghasilkan
seluruh perlakuan memenuhi standar perbandingan kelarutan eugenol dalam
kelarutan eugenol USP (2010). Minyak etanol 70% semakin tinggi. Daya larut
atsiri dapat larut dalam etanol pada eugenol yang rendah dalam etanol 70%,
perbandingan dan konsentrasi tertentu. menunjukkan bahwa minyak tersebut
Dengan demikian, dapat diketahui jumlah masih mengandung sesquiterpen dalam
dan konsentrasi etanol yang dibutuhkan jumlah tertentu. Pencampuran minyak
untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri atsiri dengan bahan – bahan lain dapat
secara sempurna. Umumnya minyak atsiri memengaruhi kelarutan.
yang mengandung senyawa hidrokarbon
teroksigenasi lebih mudah larut daripada 7. Warna
minyak atsiri yang mengandung Menurut Sastrohamidjojo (2004),
hidrokarbon (terpen). Semakin tinggi eugenol berwujud cairan jernih tidak
kandungan terpen, semakin rendah daya berwarna yang akan berubah secara
larutnya atau semakin sukar larut. Hal lambat menjadi kekuningan bila terkena
tersebut disebabkan senyawa terpen udara. Hasil rata-rata warna eugenol
merupakan senyawa nonpolar yang tidak dengan tekanan dan rasio refluks berbeda
mempunyai gugus fungsional. Hal ini disajikan pada Tabel 8. Hasil uji anava
menyebabkan kemurnian eugenol menunjukkan bahwa tekanan dan rasio
14
Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
(Mariam Malahayati, Rahmawati)

refluks berbeda, tidak memengaruhi warna berwarna coklat gelap. Logam – logam
eugenol secara nyata (α= 0,01). dan kotoran yang terdapat di dalam bahan
Dengan distilasi fraksinasi vakum, baku tertinggal di ketel sebagai residu
eugenol yang dihasilkan tidak berwarna (tidak ikut menguap) sehingga eugenol
dan jauh lebih baik dibandingkan warna yang dihasilkan tidak berwarna.
bahan baku (minyak daun cengkeh) yang

Tabel 8. Nilai rata-rata warna eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda.

Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 1,00 1,00 1,00 1,00
20/4 1,00 1,00 1,00 1,00
40/4 1,02 1,02 1,00 1,01
Rata-Rata 1,01 1,01 1,00
Keterangan: skor 1=amat sangat kuning; 2=sangat kuning; 3=kuning; 4=agak kuning; 5 =
tidak berwarna
8. Aroma mempunyai rasa yang pedas. Nilai rata-
Menurut Sastrohamidjojo (2004), rata aroma eugenol dengan tekanan dan
eugenol memiliki aroma / bau yang kuat rasio refluks berbeda dapat dilihat pada
seperti cengkeh dan bila dicicipi Tabel 9.

Tabel 9. Nilai rata-rata aroma eugenol dengan tekanan dan rasio refluks berbeda

Tekanan (mmHg)
Rasio Refluks Rata-Rata
4 6 10
10/5 3,50 3,47 3,48 3,48b
20/4 3,77 3,72 3,85 3,78a
40/4 2,48 2,67 2,70 2,62c
Rata-Rata 3,25 3,28 3,34
Keterangan: skor 1 = amat sangat khas cengkeh; 2 = sangat khas cengkeh; 3 = khas
cengkeh; 4 = agak khas cengkeh; 5 = tidak beraroma
Keterangan: kode huruf sama berarti tidak berbeda nyata antara perlakuan dan kode huruf
berbeda berarti berbeda nyata antara perlakuan (α = 0,01)

Aroma eugenol berkisar antara 2,48 Sebagian besar minyak atsiri terdiri
sampai 3,85 (sangat khas cengkeh-khas dari campuran hidrokarbon (monoterpen,
cengkeh). Aroma eugenol relatif sama sesquiterpen, diterpen, dan politerpen),
dengan semakin tinggi tekanan dan hidrokarbon teroksigenasi (alkohol,
cenderung menguat dengan semakin aldehida, keton, oksida, ester, dan eter),
tinggi rasio refluks. Hasil uji anova dan sejumlah kecil residu kental atau
menunjukkan bahwa tekanan tidak padat yang tidak dapat menguap (resin
mempengaruhi aroma eugenol secara dan lilin). Dari kesemuanya,
sangat nyata (α=0,01), namun rasio persenyawaan hidrokarbon teroksigenasi
refluks memengaruhi aroma eugenol merupakan penyebab utama bau wangi
secara sangat nyata (α=0,01). Aroma dalam minyak atsiri, sedangkan
eugenol terkuat diperoleh pada rasio hidrokarbon (terpen dan sesquiterpen)
refluks 40/4 (sangat khas cengkeh) dan berpengaruh kecil terhadap aroma
terlemah pada rasio refluks 10/5 (khas minyak. Persenyawaan hidrokarbon
cengkeh). teroksigenasi mempertinggi kelarutan

15
KONVERSI Volum 3 No.2 Oktober 2014 ISSN 2252-7311

dalam alkohol encer (kecuali beberapa dan rasio refluks 20/4 dan merupakan
senyawa golongan aldehida), dan lebih perlakuan terbaik.
tahan serta stabil terhadap proses
oksidasi dan resinifikasi. Persenyawaan Saran
terpen dan sesquiterpen yang tidak jenuh
mengalami proses oksidasi dan resinifikasi Disarankan untuk (1) melakukan
di bawah pengaruh cahaya dan udara, proses isolasi/pemisahan eugenol dari
atau pada kondisi penyimpanan yang minyak daun cengkeh dengan metode lain
kurang baik, sehingga merusak aroma seperti metode penyulingan uap,
serta menurunkan kelarutan minyak dalam penyulingan dengan CO2 superkritik, dan
etanol (Guenther, 1990). molecular distillation untuk meningkatkan
Hal ini menyebabkan kemurnian kemurniannya; (2) mempelajari
eugenol semakin rendah (kandungan pembuatan vanilin sintetik dari eugenol
kariofilen / terpen masih ada dalam jumlah minyak daun cengkeh karena memiliki
tertentu) maka aroma eugenol cenderung nilai ekonomis tinggi.
semakin tidak beraroma khas cengkeh.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan Armando, R. 2009. Memproduksi 15


Minyak Asiri Berkualitas. Penebar
Hasil penelitian menunjukkan Swadaya, Jakarta.
bahwa: Balittro. 2008. Produksi Cengkeh 2008
1. Secara keseluruhan tekanan dan Prakiraan Produksi Cengkeh
memengaruhi kemurnian, rendemen, sampai 2012 di Indonesia. Balai
bobot jenis, indeks bias, dan putaran Penelitian Tanaman Rempah dan
optik eugenol secara nyata (α=0,01), Obat, Bogor.
namun tidak memengaruhi warna dan Brahmana, HR. 1991. Pengaruh
aroma eugenol secara nyata (α=0,01). penambahan minyak kruing dan
Tekanan distilasi fraksinasi vakum besi oksida terhadap Mutu Minyak
terbaik adalah 10 mmHg. Nilam (Patchouli Oil). Komunikasi
2. Secara keseluruhan rasio refluks Penelitian 3 (4):33()"341.
memengaruhi kemurnian, rendemen, BSN. 1996. Syarat mutu minyak daun
bobot jenis, indeks bias, putaran optik, cengkeh (SNI 06-2387-2006).
dan aroma eugenol secara nyata Badan Standardisasi Nasional,
(α=0,01), namun tidak memengaruhi Jakarta.
warna eugenol secara nyata (α=0,01). Cook T.M. dan D.J. Cullen. 1987. Industri
Rasio refluks terbaik adalah 20/4. kimia. Operasi, Aspek – aspke
3. Ada interaksi antara tekanan dan rasio Kemanan dan Kesehatan.
refluks dalam memengaruhi Terjemahan. PT. Gramedia,
rendemen, indeks bias, dan putaran Jakarta.
optik secara nyata (α=0,01), tetapi EOA. 1975. EGA Specifications and
tidak ada interaksi yang memengaruhi standards. Essential Oil
kemurnian, bobot jenis, aroma dan Association of USA, New York.
warna eugenol secara nyata (α=0,01). Furniss, B., S. Haanaford, V. Rogers,
Interaksi yang menghasilkan eugenol P.W.G. Smith, dan A.R. Tatchell.
sesuai standar USP (2010), yaitu 1984. Vogel’s Textbook of Practical
beraroma khas cengkeh dan tidak Organic Chemistry. ELBS,
berwarna dengan rata-rata kemurnian Longman.
99,65%, rendemen 64,61%, bobot Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid I.
jenis 1,0656, indeks bias 1,5407, Penerjemah S. Ketaren.
putaran optik -0,10, serta kelarutan Universitas Indonesia, Jakarta.
eugenol dalam etanol 70% sebesar 1:1 Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid IV-B.
adalah perlakuan tekanan 10 mmHg Penerjemah S. Ketaren.
Universitas Indonesia, Jakarta.
16
Optimasi Tekanan dan Rasio Refluks pada Distilasi Fraksinasi Vakum terhadap Mutu Eugenol dari Minyak
Daun Cengkeh (Eugenia caryophyllata)
(Mariam Malahayati, Rahmawati)

Handojo, L. 1995. Teknologi Kimia Jilid II.


PT. Gramedia, Jakarta.
Haznan, A. 2002. Pemisahan Komponen
Minyak Atsiri dengan
Menggunakan Teknologi Distilasi
Fraksinasi. LIPI. Pusat Penelitian
Kimia, Serpong.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka,
Jakarta.
Kurnia, A. dan A. Widyadhana. 2010.
Kesetimbangan Cair – cair Sistem
Eugenol + β-Caryophyllene +
Etanol + Air pada Rentang
Temperatur 303K-323K. Institut
Teknologi Surabaya, Surabaya.
Marwati, T., M.S. Rusli, E. Noor dan E.
Mulyono. 2005. Peningkatan Mutu
Minyak Daun Cengkeh Melalui
Proses Pemumian. Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian.
2 (2).
Pahlesson AB. 1989. Toxicity of Heavy
Metals (Zn, Cu, Cd, Pb) to Vascular
Plants. Water, Air, and Soil Polutan
2:3-4.
Rusli, M.S. 2010. Sukses Memproduksi
Minyak Atsiri. PT AgroMedia
Pustaka, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak
Atsiri. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
USP. 2010. United States Pharmacopeia
28. Conventon.Inc, USA.

17

Anda mungkin juga menyukai