Disusun oleh :
Astrid Pangestuty
(128114114)
BartolomeusWidiasta
(128114115)
Margareta Novi W.
(128114117)
Medaliana Hartini
(128114118)
Desion Sudi
(128114121)
Vinsensia Septima R. Y.(128114123)
Maria Faustina Sari
(128114125)
Kevien Arditanoyo
(128114126)
Kelompok
: A2
TanggalPraktikum
: 17, 24 Maret & 14 April 2014
PJ Laporan
:
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS INSTRUMENTAL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
A. Tujuan
Memperoleh minyak cengkeh dari bunga cengkeh dengan cara destilasi uap
Mengisolasi & mendeterminasi eugenol dari minyak cengkeh dengan cara ekstraksi
dan kromatografi gas
B. Prinsip
Kromatografi pada umumnya merupakan pemisahan berdasarkan cuplikan antara fase
gerak dan fase diam. Kromatografi adalah suatu proses migrasi diferensial dimana komponen
komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fasa diam. Ada dua jenis kromatografi gas,
yaitu kromatografi padat-gas dengan mekanisme adsorbsi dan pada kromatografi cair-gas
mekanismenya partisi. Pada GSC karena dasar kerjanya adalah adsorbsi, maka GSC sukar
untuk digunakan berulang ulang dengan hasil yang sama karena aktivitas tergantung pada
bagaimana ia diperlakukan setelah pembuatannya (Hardjono, 2007).
Kromatografi gas (KG) merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase
diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solute
akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus
antara solute dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung
kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat bertujuan untuk
menjamin bahwa solute akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi. Pada kromatografi
gas ini terdapat dua macam jenis, yaitu : KGC dan KGP. Perbedaan mendasar pada dua
macam KG tersebut pada fase diam. Pada KGC fase diam yang digunakan adalah
cairan/liquid sedangkan pada KGP fase diam yang digunakan adalah solid. Sedangkan pada
fase gerak yang berupa gas, biasanya KG menggunakan fase gerak yang mengandung helium,
nitrogen, hidrogen, atau campuran argon dan metana (Rohman, 2007).
Ada 3 proses dalam prinsip kerja kromatografi gas. Pertama, proses memisahkan
senyawa dalam campuran dilakukan antara fase diam berupa cair dan fase bergerak berupa
gas. Kedua, hasil pemisahan akan melalui kolom yang lolos tahap gas terletak di sebuah oven
dimana temperatur gas dapat dikontrol. Ketiga, konsentrasi yang majemuk dalam fase gas
adalah salah satu fungsi dari tekanan uap dari gas (Hardjono, 2007).
Destilasi uap merupakan metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan menguap atau votalitas bahan. Setiap senyawa memiliki titik leleh yang berbedabeda. Hal ini yang mendasari suatu senyawa dalam campuran yang memiliki titik didih paling
rendah akan menguap lebih dahulu sehingga akan didapatkan senyawa yang murni yang
diinginkan. Pada umumnya alat destilasi terdiri dari penangas, labu destilasi, pendingin, dan
Praktikum Analisis Farmasi dan Validasi Metode |Kromatografi Gas
penampung. Penangas akan memberikan energy pada larutan yang berada di labu destilasi
untuk mengubahnya dari larutan menjadi uap. Larutan yang mempunyai titik didih paling
rendah akan mudah menguap dahulu. Uap yang terbentuk dari pemanasan dilewatkan melalui
pendingin yang bertujuan agar mengubah uap menjadi larutan dan akan ditampung pada
penampung. Selama melakukan destilasi, suhu harus tetap dijaga, ini bertujuan agar senyawa
yang tidak diinginkan tidak ikut menguap (Syamal, 2009).
Pemisahan larutan yang tidak saling campur dapat dilakukan dengan menggunakan
corong pisah. Corong pisah pada prinsipnya memisahkan dua larutan tak saling campur
berdasarkan berat jenis (Kohli, 2008).
Rotary vacum evaporator atau rotary evaporator dapat digunakan untuk meningkatkan
kecepatan pemisahan antara solven dan zat yang tercampur. Dengan cara menurunkan titik
didihnya dengan menurunkan tekanan didalam rotary evaporator, penurunan tekanan
menyebabkan turunnya titik didih sebagai contoh, air mendidih pada 100oC pada permukaan
air laut tetapi pada ketinggian 15.000 kaki diatas permukaan laut yang tekanannya lebih
rendah air mendidih pada 93o C (Ledgard, J. B., 2006).
Tujuan dari pemekatan adalah untuk mendapatkan hasil ekstrak yang murni. Hasil dari
pemisahan dikondisikan pada suhu yang tinggi agar hasil pemisahan yang tersisa murni dari
senyawa yang telah terektraksi memanfaatkan sifat titik didih senyawa ekstrak yang tinggi
(Bassett, J., Denney, R. C., 1994).
Tujuan dari determinasi adalah untuk mengetahui keakuratan hasil senyawa yang telah
di ekstraksi. Karena hasil ekstraksi tidak pernah terbebas dari pengotor. Sehingga perlu
dilakukan determinasi untuk mengetahui apakah benar senyawa hasil kromatografi
merupakan senyawa yang benar benar ingin diteliti (Bassett, J., Denney, R. C., 1994).
Solvent extraction merujuk pada perpindahan zat terlarut didalam dua larutan tak
dapat campur atau sedikit campur dalam suatu wadah corong pisah. Prinsipnya adalah
koefisien partisi. Ekstraksi cairan-cairan (liquid-liquid extraction) merupakan suatu teknik
dalam mana suatu larutan (biasanya air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada hakekatnya tak tercampurkan dengan yang disebut pertama,
dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solute) kedalam pelarut yang
kedua, misal 50mL air mengandung 0,1 g iod di lakukan partisi dengan 25mL karbon tetra
Praktikum Analisis Farmasi dan Validasi Metode |Kromatografi Gas
klorida, koefisien distribusi iod antara air dan karbon tetra klorida pada temperature
laboratorium biasa adalah 1/85 maka pada karbon tetra klorida akan terdapat sekitar 0,00230
g iod dan pada air 0,0000145 g (Bassett, J., Denney, R. C., 1994).
C. Latar Belakang Teoritik
Taksonomi tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum (L.) (Tjitrosoepomo, 2007).
Semua bagian pohon cengkeh mengandung minyak atsiri mulai dari akar, batang,
daun, hingga bunga. Minyak atsiri daun cengkeh terdiri dari eugenol, asetil eugenol, dan
kariofilen. Kuncup bunga mengandung 16-23% minyak atsiri yang terdiri dari eugenol (6485%), zat samak tipe gallat (10%), sianidin ramnoglukosida (pigmen utama bunga), kuersetin,
kaemferol, mirisetin, dan isokuersitrin. Kandungan kimia minyak bunga cengkeh terdiri dari
eugenol (70-75%), eugenol acetat (15%), caryophillen (5-12%) (Guenther, 1987).
Minyak atsiri cengkeh memiliki sifat kimia fisika antara lain warna kuning kecoklatan,
indeks bias (25) 1,52874, massa jenis (25) 1,0636 g/ml, kelarutan dalam etanol 70% pada
perbandingan 1:2 jernih dan eugenol total 72,98%. Kecuali warna, sifat kimia fisika minyak
cengkeh sama dengan mutu minyak cengkeh SNI 06-4267-1996 (bobot jenis (25C) 1,030 1,060 g/ml), indeks bias (25) 1,527-1,535 dan kelarutan dalam etanol (70%) 1:2 jernih.
Warna kuning kecoklatan pada minyak cengkeh tersebut disebabkan adanya kandungan
senyawa terpen yang sangat peka terhadap proses oksidasi dan polimerisasi oleh cahaya, sinar
dan air dalam minyak (Guenther, 1987). Kelarutan minyak dapat berkurang karena pengaruh
umur minyak, terjadinya polimerisasi sehingga dapat menurunkan daya larutnya dalam
alkohol (Ketaren, 1980).
Eugenol merupakan salah satu bahan bioaktif yang terkandung dalam minyak cengkeh
dan menyebabkan cengkeh memiliki nilai jual. Pemakaian eugenol pada umumnya terbatas
dalam industri makanan sebagai pengawet dan pemberi aroma sabun, daging, dan kue, serta di
bidang farmasi digunakan sebagai obat luar (pegal linu) dan obat sakit gigi. Eugenol juga
Praktikum Analisis Farmasi dan Validasi Metode |Kromatografi Gas
dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis isoeugenol dan dimer isoeugenol yang
berfungsi sebagai antioksidan. Selain ditemukan dalam tanaman cengkeh, eugenol dapat
dijumpai pada pala, kayu manis, dan daun salam. (Latifatul & Bambang, 2001).
Eugenol memiliki sifat kimia fisika antara lain tidak berwarna atau kuning-pucat,
berbau cengkeh kuat dan menusuk. Selain itu eugenol memiliki rasa pedas, tidak dapat
memutar bidang polarisasi. Jika terpapar udara, warnanya menjadi lebih tua atau mengental.
Eugenol sukar larut dalam air. Namun eugenol dapat bercampur dengan etanol, kloroform,
eter, maupun minyak lemak. Kelarutan eugenol dalam etanol 70 % yaitu 1:2 bagian. Eugenol
memiliki indeks bias 1,540-1,542 pada suhu 20C. Bobot jenis eugenol berkisar 1,064-1,070
g/ml, berat molekul eugenol 164,20 g/mol (Depkes RI, 1995). Eugenol memiliki titik lebur
-9C, titik didih 256C, serta titik nyala 104C (Sciencelab, 2004)
Natrium klorida
Berupa hablur berbentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, dengan rasa
asin. Natrium klorida mudah larut dalam air, sedikit mudah larut dalam air mendidih, larut
dalam gliserin, namun sukar larut dalam etanol.
Dikloro metana
Berupa cairan dengan bobot molekul 84,93 g/mol dan titik didih 39,75C. Memiliki
berat jenis 1,33. Kelarutannya mudah larut dalam methanol, dietil eter, n-oktanol, aseton. Dan
larut sebagian dalam air dingin.
pahit, asin berwarna putih. Memiliki titik didih 1100C dan titik lebur 888 C. Kelarutannya
larut dalam air dingin, dan glycerol, tidak larut dalam alkohol.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan didasarkan pada kemampuan melarut
yang berbeda beda dari tiap komponen dalam campuran. Alat pemisahan yang umum
digunakan ada dua,yaitu corong pisah dan soxhlet. Corong pisah digunakan dalam pemisahan
Praktikum Analisis Farmasi dan Validasi Metode |Kromatografi Gas
dua cairan yang tidak bercampur, sementara soxhlet merupakan alat pemisahan dua fase,
dimana salah satu fase dapat dikontakkan dengan fase lainnya secara berulang ulang. Pada
praktikum kali ini digunakan corong pisah untuk melakukan pemisahan. (Ghosh, 2007).
Ekstraksi cair cair (liquid extraction) membutuhkan suatu solven berupa cairan untuk
memisahkan solut dari cairan pembawanya (diluen), proses pemisahan dengan ekstraksi cair
cair berlangsung dalam dua tahap yaitu pencampuran bahan yang akan diekstraksi dengan
pelarut dan tahap pemisahan kedua fase cair tersebut. Campuran antara diluen dan solven
bersifat heterogen atau tidak saling campur, sehingga saat dipisahkan akan didapat dua fase
yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Adanya perbedaan konsentrasi solute di
dalam diluen dengan konsentrasi saat keadaan setimbang merupakan factor pendorong
terjadinya perpindahan solute dari diluen ke solven, perpindahan terjadi sampai hingga
tercapai keadaan setimbang (Dunn, 2013).
Destilasi Uap
Metode destilasi uap adalah teknik pemisahan campuran menjadi komponennya
melalui pemanasan dimana uap yang dihasilkan kemudian didinginkan untuk mendapatkan
destilat sebagai hasil pemisahan dari senyawa yang ingin dipisahkan. Metode destilasi uap
secara langsung menggunakan labu destilasi yang berisi campuran yang akan dipisahkan dan
sejumlah air. Destilasi uap langsung dalam skala kecil, menggunakan pemanas (heating
mantle) untuk memanaskan campuran, namun paling baik jika menggunakan api langsung
karena air dalam campuran harus dipanaskan secara cepat. Penggunaan corong pemisah
memungkinkan penambahan air selama proses destilasi berlangsung. Destilasi dapat
dikatakan berhasil ketika destilat yang dihasilkan keruh atau berwarna putih susu, yang
menunjukkan bahwa campuran (cairan) sudah terpisah. Rangkaian alat destilasi uap dapat
digambarkan sebagai berikut :
(Pavia, 2005).
Isolasi minyak bunga cengkeh umum dilakukan menggunakan metode distilasi uap dan
distilasi air, sebab kedua metode tersebut mudah dan aman bagi lingkungan karena tidak
menggunakan pelarut organik berbahaya. Isolasi dengan distilasi uap menghasilkan minyak
cengkeh dengan kandungan eugenol lebih tinggi daripada isolasi dengan distilasi air. Minyak
cengkeh dapat diisolasi dari daun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%).
Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal karena
rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-90%. Kelimpahan komponenkomponen dalam minyak cengkeh bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan
metode analisa yang digunakan. Pada penelitian, bunga cengkeh segar didistilasi dan
dihasilkan minyak cengkeh dengan eugenol sebanyak 47,57%, -karyofilen 35,42%, eugenil
asetat 13,42%. (Prianto, 2013).
Kromatografi gas (GC) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi
senyawa senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran. KG merupakan teknik
instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat
utama yang digunakan oleh laboratorium unutk melakukan analisis. Perkembangan teknologi
yang signifikan dalam bidang elektronik, computer, dan kolom telah menghasilkan batas
deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik
analisis dengan resolusi yang meningkat. Kegunaan umum kromatografi gas adalah untuk
melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah
menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatis dan kuantitaitf senyawa dalam suatu
campuran. Kromatografi gas dapat bersifat dekstruktif dan dapat bersifat non dekstruktif
tergantung pada detektor yang digunakan. Kromatografi gas dapat diotomatisasi untuk
Praktikum Analisis Farmasi dan Validasi Metode |Kromatografi Gas
analisis sampel sampel padat, cair, dan gas. Sampel padat dapat diekstraksi atau dilarutkan
dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan dalam system kromatografi gas. Demikian
juga sampel gas dapat langsung diambil dengan penyuntik (syringe) yang ketat terhadap gas
(Gandjar, 2013).
Terdapat dua jenis kromatografi gas, yaitu :
1. Kromatografi Gas Cair (KGC)
Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu pendukung
sehingga solute akan terlarut dalam fase diam. Mekanismenya sorpsi-nya adalah partisi.
2. Kromatografi Gas-Padat (KGP)
Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang kadang polimerik). Mekanisme sorpsinya adalah absorpsi (Gandjar, 2013).
Validasi
Validasi merupakan suatu poses yang paling tidak terdiri dari 4 langkah yaitu validasi
perangkat lunak, validasi perangkat keras / instrumen, validasi metode, dan kesesuaian sistem.
Proses validasi dimulai dengan perangkat lunak yang tervalidasi dan sistem yang terjamin,
lalu metode yang divalidasi menggunakan sistem yang terjamin dikembangkan. Akhirnya
validasi total diperoleh dengan melakukan kesesuaian sistem.
Validasi metode analisis dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat,
spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Beberapa
pendekatan untuk melakukan validasi metode antara lain metode spiking buta nol, metode
spiking buta tunggal, metode spiking buta ganda, pendekatan kolaboratif antar laboratorium,
dan pendekatan dengan membandingkan metode baru yang diterima (Gandjar 2013).
Peralatan destilasi : statif, klem cincin, corong pisah, adapter Claesin, heating mantel,
gelang karet, labu alas bulat, wadah air, termometer, pendingan Liebig, aliran masuk air
dingin, aliran keluar air dingin, penangas, dan wadah labu destilat.
Alat penyerbuk
Ayakan
LAB
Corong Pisah
Flakon
Beaker glass
Sendok
Kertas saring
Batang pengaduk
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas firn
Erlenmeyer
Labu takar
Rotary Evaporator
GCh-FID
Oven
Mikropipet
Mortir dan stamper
Daun cengkeh
Eugenol
Aquadest
Batu didih
Diklorometan
Natrium sulfat exicc
Larutan 5% KOH
Larutan5% HCl
Larutan jenuh NaCl
NaCl
Heksan
Es batu
Indikator pH universal
Metanol
E. Bagan Kerja
1. Destilasi Uap
2 g Daun Cengkeh
Ditumbuk
Ditimbang
Destilasi
akuades +
3 batu didih
Destilat
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 5 g NaCl
Ditambah 15 ml diklorometan
Lapisan air
Lapisan diklorometan I
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 10 ml diklorometan
Lapisan air
Lapisan diklorometan II
Lapisan air
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 10 ml diklorometan
Lapisan air
2. Partisi
Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 25 ml larutan 5 %
KOH
Lapisan air II
Lapisan diklorometan
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 25 ml
larutan 5% KOH
Lapisan diklorometan
Dicuci dengan 15 ml
diklorometan
Lapisan air
Lapisan diklorometan
Didinginkan
Ekstraksi cair-cair
Bilas dengan 10 ml diklorometan (2x pembilasan)
Lapisan air
Lapisan diklorometan I
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 10 ml diklormetan
Lapisan air
Lapisan diklormetan II
Ekstraksi cair-cair
Ditambah 10 ml diklorometan
Lapisan air
Lapisan diklorometan
Lapisan Air
Lapisan Air
Lapisan diklorometan
Lapisan diklorometan
Dimasukka
n ke dalam
erlenmeyer /
beaker glass
Ditambah
15 gram Natrium
sulfat anhidrat p.a
3. Pemekatan
Saat pelarut habis akan tersisa minyak kuning pucat yang berbau tajam dan khas dari
cengkeh dan mengandung sekitar 98% eugenol
4. Determinasi
Dilarutkan dalam heksan dan diencerkan dalam labu takar hingga batas tanda
Dari larutan stok tersebut diambil sejumlah 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 ml larutan
6. Pengkondisian GC
GC dinyalakan sesuai petunjuk pemakaian
Sampel diinjeksikan, jika puncak terlalu besar, diencerkan dengan metanol sampai
F. Data Pengamatan
g
V 1 C 1=V 2 C 2 1 ml 1 =10 ml C 2
ml
C 2=0,1
g
ml
g
V 1 C 1=V 2 C 2 5 ml 0.1 =25 ml C 2
ml
C 2=0,02
g
=20000 g/ml=20000 ppm
ml
C 2=2000 ppm
2.
C 2=4000 ppm
3.
C 2=6000 ppm
4.
C 2=8000 ppm
5.
C 2=10000 ppm
= 0,281
2. Tr
= 152,3 s
3. Tr
4. Tr
5. Tr
= 0,518
= 152,2 s
AUC = 34,143 - 33,400
= 0,743
= 152,9 s
AUC = 39,582 - 38,601
= 0,981
= 152,4 s
AUC = 31,587 - 30,411
= 1,176
Konsentrasi
= 0,0639
= 0,00011
= 0,999
(ppm)
2000
AUC
Tr (s)
4000
0,281
152,5
6000
0,518
152,3
8000
0,743
152,2
10000
0,981
152,9
1.176
152,4
y=bx +a
y=0,00011 x +0,0639
= 0,588
B. AUC
= 69,969 - 69,489
= 0,48
C. AUC
= 60,858 60,151
= 0,707
D. AUC
= 59,444 58,423
= 1,021
E. 1. AUC = 55,445 55,057
= 0,388
2. AUC
= 62,616 62,147
= 0,469
x=4764,5
B.
C.
E. 1.
2.
x=3682,7
ampel
AUC
(ppm)
4764,5
3782,7
5846,4
8700,9
2946,4
0,588
0,480
0,707
1,021
0,388
3682,7
0,469
Konsentrasi
E
2
4764,5 g /ml
10
10 ml=158816,67 g
3
B.
2
3782,7 g /ml 10 ml=75654 g
1
C.
2
5846,4 g /ml 10 ml=116928 g
1
D.
2
8700,9 g /ml 10 ml=174018 g
1
E. 1.
2
2946,4 g /ml 10 ml=58928 g
1
2
3682,7 g /ml 10 ml=73654 g
2.
1
( 174018 g73654 g )
100 =100,364
100000 g
% Kesalahan Determinasi
Tahap Pemekatan
= 100 % - 100 % = 0%
% Recovery Sampel C
% Kesalahan Pemekatan
% Recovery Sampel B
% Recovery Pemekatan
% Kesalahan Partisi
% Recovery Partisi
( 75654 g58928 g )
100 =16,726
100000 g
Tahap Destilasi
% Recovery Sampel A
( 158816,67 g58928 g )
100 =99,89
=
100000 g
Tahap Partisi
( 116928 g73654 g )
100 =43,274
=
100000 g
= 100%
% Kesalahan Destilasi
% Recovery Destilasi
Tah
% Recovery
ap
Dest
ilasi
Part
Kesalahan
100
73,452
43,274
26,54
isi
8
Pem
ekatan
Det
56,72
6
100
erminasi
=0,2839
y=0,00011 x +0,0639
2.
=0,00011 (4000)+0,0639
=0,5039
y=0,00011 x +0,0639
3.
=0,7239
y=0,00011 x +0,0639
4.
=0,9439
y=0,00011 x +0,0639
5.
=1,1639
Konsentrasi
|y- |
|y- |2
(ppm) (x)
2000
UC (y)
0,
281
4000
6000
0,
8000
10000
0,5
0,
1.
981
0,7
1
0,0001988
1
0,0003648
0,037
1
0,0013764
0,012
1
0,0001464
1
0,0020948
0,014
0,019
1
0,9
1,1
439
176
0,0000084
239
0,
0,002
9
039
743
839
518
0,2
639
Sb=
| y |2
Sb=
0,00209485
52
Sb=0,026425
n2
Konsentrasi
(ppm)
2000
0,
2839
4000
0,
= 0,0639
= 0,00011
=1
y=bx +a
5039
6000
8000
0,
7239
0,
9439
10000
1,
1639
Perhitungan LOD
y LOD = A (intersep) + 3 Sb
y LOD = 0,143175
y=0,00011 x +0,0639
y = 0,00011 x + 0,0639
Perhitungan LOQ
y LOQ = A (intersep) + 10 Sb
y LOQ = 0,32815
y = 0,00011 x + 0,0639
f(x) = 0x + 0.06
R = 1
0.8
AUC
0.6
0.4
0.2
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Konsentrasi (ppm)
8000
G. Pembahasan
adanya
panas
kondensor.
Destilasi
pemisahan
bahan
yang
dapat
kimia
selanjutnya
dikatakan
berdasarkan
pula
dikondensasikan
sebagai
perbedaan
suatu
dengan
metode
kecepatan
atau
kemudahan menguap.
Metode destilasi dibagi menjadi tiga antara lain destilasi sederhana,
destilasi uap, dan destilasi fraksi. Teknik destilasi uap biasanya digunakan
untuk mengisolasi minyak. Destilasi uap didasarkan pada volatilitas dari
beberapa senyawa organik terhadap uap yang terjadi pada temperatur
kurang dari 100C.
Prinsip destilasi uap yaitu pemisahan campuran yang didasarkan
pada perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran, sehingga zat
yang memiliki titik didih yang lebih rendah maka akan menguap terlebih
dahulu, selanjutnya apabila didinginkan maka akan mengembun dan
menetes yang selanjutnya disebut sebagai zat murni (destilat). Salah satu
keuntungan isolasi minyak atsiri dengan menggunakan destilasi uap
diantaranya penetrasi uap ke dalam sel-sel tanaman cukup baik dan
membagi uap lebih merata keseluruh bagian ketel. Selama proses destilasi
berlangsung, uap air masuk menembus jaringan material dan melarutkan
sebagian minyak yang ada didalam sel. Uap air menembus dengan cara
osmosis yang mengakibatkan pembengkakan membrane dan akhirnya
minyak sampai pada permukaan. Kemudian minyak langsung diuapkan
bersama-sama dengan uap air. Proses ini berlangsung terus-menerus
hingga semua minyak yang ada di dalam sel keluar.
larutan yang mengandung pelarut volatile (mudah menguap) dan non-volatile (tidak mudah
menguap), dapat dinyatakan dengan rumus: Plarutan = Xsolven x P0solven. Dimana Plarutan
adalah tekanan uap dari larutan, Xsolven adalah fraksi mol daro solven, dan P 0 adalah tekanan
uap dari pelarut murni pada suhu tertentu (Helmenstine, T., 2014).
destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, yang
dilakukan dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga
bagian yang berpotensi untuk menguap akan menguap pada suhu yang
lebih rendah. Destilasi uap melibatkan melibatkan kodestilasi campuran
air dan senyawa organik yang mudah menguap dan tidak bercampur
dengan air. Dengan adanya tekanan uap campuran dari dua senyawa,
diharapkan tekanan uap campuran akan menjadikan titik didih masingmasing senyawa dalam campuran lebih rendah dari titik didih awal nya.
Hal inilah yang merupakan keunggulan dalam penggunaan metode
destilasi uap karena senyawa yang diinginkan dapat lebih cepat menguap
dengan cara menurunkan titik didihnya sehingga destilat yang diinginkan
pun diperoleh.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses
destilasi uap:
1 Perbedaan komposisi yang terdapat di antara cairan dan uap pada
keadaan kesetimbangan (hubungan kesetimbangan uap dan cairan atau
volatilitas relatif).
2 Efektivitas kontak dari uap dan cairan yang biasa dinyatakan dalam plat
teoritis.
3 Kecepatan uap yang naik atau kecepatan aliran destilat. Semakin besar
kecepatan uap maka kecepatan aliran destilat pun akan meningkat
sehingga proses destilasi uap berlangsung lebih cepat.
4 Adanya reflux ratio. Reflux merupakan kembalinya cairan atau uap untuk
mengadakan kontak ulang dengan fasa uap maupun fasa cairannya
dalam
kolom.
Reflux
ratio
inilah
yang
akan
berpengaruh
pada
ekstraksi ini berdasarkan hukum Nerst dimana pada konsentrasi dan tekanan yang
konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut
yang saling tidak campur.
Corong pisah yang berisi tampungan lapisan air I, II, dan III tadi dicuci
Larutan yang telah diasamkan, dipindahkan ke dalam corong pisah 125 ml dan
Erlenmeyer yang tadi digunakan untuk menampung larutan yang telah diasamkan dibilas
dengan 10 ml diklorometan dan dimasukkan ke dalam corong pisah (dilakukan sebanyak dua
kali) dengan harapan tidak ada eugenol yang tertinggal pada alat. Corong pisah ditutup dan
dilakukan penggojokan (penggojokan dilakukan jangan terlalu kuat agar tidak terbentuk
emulsi yang dapat menghambat pengamatan), hasil dari penggojokan maka akan terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan air (bagian atas) dan lapisan diklorometan (bagian bawah). Lapisan
diklorometan (lapisan diklorometan I) ditampung dalam erlenmeyer yang telah diberi label
dan ditutup dengan alumunium foil karena eugenol memiliki sifat mudah menguap,
sedangkan lapisan air diekstraksi lagi dengan ditambahkan 10 ml diklorometan dengan cara
yang sama seperti yang telah disebutkan diatas. Lapisan diklorometan (lapisan diklorometan
II) ditampung dan dicampur dalam erlenmeyer yang telah berisi lapisan diklorometan I,
lapisan air yang terbentuk ditambah dengan 10 ml diklorometan dan diekstraksi kembali
dengan cara yang sama. Lapisan diklorometan (lapisan diklorometan III) ditampung dan
dicampur dalam erlenmeyer yang telah berisi lapisan diklorometan I dan II, lapisan air yang
terbentuk dibuang. Tujuan diekstraksi cair cair dengan menggunakan diklorometan ini
adalah untuk memisahkan senyawa eugenol dari senyawa lain yang larut dalam air. Lapisan
diklorometan yang telah terbentuk tadi dimasukkan kembali kedalam corong pisah yang
sama, kemudian dicuci dengan 15 ml aquadest dengan harapan agar pemisahan yang
dilakukan dapat optimal (senyawa yang nantinya didapat hanya eugenol). Dari hasil
pencucian dengan menggunakan aquadest didapat dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan
diklorometan, lapisan air dibuang sedangkan lapisan diklorometan dicuci lagi dengan
menggunakan NaCl setengah jenuh. Tujuan pencucian menggunakan NaCl setengah jenuh ini
adalah untuk memisahkan senyawa eugenol dari senyawa-senyawa lain yang berupa ion. Dari
pemisahan menggunakan NaCl didapat dua lapisan yaitu lapisan air (bagian atas) dan lapisan
diklorometan (lapisan bawah), lapisan air dibuang sedangkan lapisan diklorometan
dimasukkan ke dalam ke dalam Erlenmeyer yang telah diisi 15 g natrium sulfat anhidrat p.a
(pro-analisis). Tujuan penambahan natrium sulfat anhidrat p.a ini adalah untuk menarik air
yang masih tersisa dalam larutan sehinga nantinya hanya diperoleh eugenol saja.
Setelah dipartisi larutan yang didapatkan dari hasil partisi dipekatkan dengan
menggunakan vaccum rotary evaporator. Vaccum rotary evaporator dapat menguapkan
pelarut dengan lebih cepat karena ada vakum yang dapat menurunkan tekanan
sehingga titik didih pelarut juga akan turun, maka akan lebih cepat menguap. Selain
itu dengan di rotary maka luas permukaan penguapan juga semakin luas sehingga
pemekatan dapat dilakukan dalam waktu yang cukup singkat. Keuntungan lain dari
penggunaan vaccum rotary evaporator ini yaitu akan didapatkan kembali pelarut yang
diuapkan sehingga nantinya dapat digunakan lagi. Hasil pemekatan ini menghasilkan
eugenol yang lebih murni dibandingkan hasil partisi. Setelah dipekatkan eugenol yang
didapat dimasukkan dalam labu takar 10ml, ditambahkan heksan hingga batas tanda
kemudian siap dideterminasi dengan kromatografi gas.
Pada praktikum ini penambahan standar yaitu standar adisi yang bertujuan
untuk mengetahui persen recovery dari empat tahap yaitu destilasi, partisi, pemekatan,
dan determinasi. Untuk mengetahui persen recovery dari setiap tahap dilakukan
perhitungan dari determinasi terlebih dahulu. Dari setiap tahap dicari % recovery
dengan rumus :
Dari hasil tersebut dapat ditentukan % kesalahan yang terjadi dari tahap
determinasi dengan cara mengurangkan 100% dengan hasil recovery yang didapat.
Untuk mencari % recovery yang terjadi pada pemekatan, partisi dan destilasi
dilakukan dengan cara mengurangkan 100% dengan % kesalahan dari masing-masing
tahap (pemekatan, partisi, dan destilasi). Persen kesalahan masing-masing tahap
didapat dari 100% dikurangkan dengan jumlah % kesalahan dari tahap sebelumnya
dengan % recovery dari masing-masing sampel (A, B, C, D, dan E).
Selain standar adisi, pada praktikum ini juga digunakan standar eksternal yaitu
baku eugenol. Dibuat seri larutan standar dari baku eugenol dengan 5 level konsentrasi
kemudian dihitung AUC yang didapat dengan kromatografi gas, sehingga didapatkan
persamaan regresi linear nya yaitu y = 0,00011x + 0,0639. Dari persamaan ini bisa
didapatkan konsentrasi sampel yang diuji dengan memasukan AUC sampel sebagai y
dan didapat x yang merupakan konsentrasi sampel.
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan tergantung pada rasio distribusinya. Pada
umumnya solute akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada
interaksi khusus antara solute dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi
solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Penggunaan suhu yang
meningkat (biasanya pada kisaran 500C 3500C) bertujuan untuk menjamin bahwa solute
akan menguap dan karenanya akan lebih cepat terelusi (Gandjar, 2013).
kromatografi gas padat (KGP) memiliki beberapa komponen peralatan utama, yaitu
pengontrol dan penyedia gas pembawa; ruang injeksi sampel; kolom, detector dan rekorder.
Susunan komponen komponen tersebut dapat digambarkan melalui diagaram di bawah ini :
(Meyers, 2009).
1. Gas pembawa
Disebut juga sebagai fase gerak dalam system kromatografi gas. Fase
gerak hanya digunakan untuk membawa solute dalam sampel menuju ke kolom, sehingga
sifatnya tidak berpengaruh pada selektifitas. Jenis gas pembawa yang biasa digunakan adalah
helium, hydrogen dan nitrogen, pada percobaan kali ini gas pembawa yang digunakan adalah
nitrogen (N2). Pemilihan gas pembawa sendiri disesuaikan dengan detector yang digunakan,
karena pada percobaan ini dipakai detektor FID (ionisasi nyala), maka digunakan gas N2
sebagai fasegeraknya. Gas pembawa biasanya disimpan dalam suatu tangki bertekanan tinggi
yang dihubungkan dengan alat pengontrol laju alir gas, karena laju alir dipengaruhi oleh
factor suhu dan tekanan dan disesuaikan dengan diameter kolom yang digunakan. Pada
tekanan yang tetap, naiknya suhu akan diikuti oleh kenaikan laju alir sehingga perlu dilakukan
pengaturan suhu untuk menjaga kestabilan aliran gas ke dalam kolom. Masing- masing gas
pembawa bekerja dengan efisien pada laju alir yang berbeda, untuk gas N2 akan bekerja
efisien pada laju alir 10mL/menit (Gandjar,2007).
2. Injektor
kolom kapiler sampel yang diinjeksikan 0,01 L sedangkan kolom kemas 1-100 L
(Gandjar,2007).
3. Kolom
proses pemisahan terjadi. Efisiensi pemisahan ditentukan oleh diameter kolom, dimana makin
kecil diameter kolom makin efisien pemisahan yang terjadi sehingga puncak kromatogram
yang dihasilkan makin tajam. Pengaturan suhu kolom dilakukan dengan memperhatikan
kestabilan fase diam yang ada di dalamnya, sehingga tidak mempengaruhi pemisahan.
Pengaturan suhu selama pemisahan dilakukan dengan 2 cara, yakni pemisahan isotermal,
yaitu penggunaan suhu kolom yang tetap selama pemisahan, dan pemisahan suhu terprogram,
menggunakan suhu yang berubah secara terkendali. Pemisahan tipe ini lebih menguntungkan
karena mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen dalam campuran yang memiliki
kisaran titik didih yang luas, selain itu senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi lebih cepat
terelusi sehingga analisis berjalan lebih cepat.Terdapat 2 jenis kolom kromatografi gas, yaitu :
Kolom kemas (packing coloumn), fase diam hanya dilapiskan pada penyangga atau
(Gandjar,2007).
4. Detektor dan Rekorder
terbawa oleh gas menjadi ion-ion melalui pembakaran, berupa nyala hidrogen yang terbakar
di udara. Ion-ion ini biasanya terdiri atas satu karbon (C + ) yang dapat meningkatkan
daya hantar serta arus listrik yang mengalir diantara 2 elektroda. Peningkatan arus listrik
kemudian akan diukur dan direkam oleh rekorder. Pengaturan suhu detector juga perlu
diperhatikan dimana suhunya harus diatur di atas 1000 C untuk mencegah kondensasi uap air
yang dapat menyebabkan munculnya karat serta mengurangi sensitifitas detektor
(Gandjar,2007).
Kolom yang digunakan pada percobaan kali ini adalah jenis kolom DB 17
50%- phenyl methyl polysiloxanes. Polysiloxanes adalah jenis kolom yang paling
umum digunakan. Jenis kolom ini lebih stabil, mampu mendeteksi banyak jenis
senyawa (lebih serba guna) serta memiliki ketahanan yang kuat. 50% - phenyl methyl
berarti polysiloxanes yang memiliki cabang 50% phenyl dan 50% methyl. Fase diam
ini termasuk golongan semi polar.
Pada saat mengelusi yang terbaca pada detektor lebih dahulu adalah heksan.
Heksan adalah pelarut yang digunakan pada praktikum kali ini, digunakan pelarut
heksan karena heksan memiliki waktu retensi yang berbeda cukup jauh terhadap
eugenol. Titik didih heksan hanya 69oC sehingga solven akan menguap terlebih
dahulu. Sedangkan eugenol sebagai analit menguap pada suhu 254oC, sehingga peak
dari eugenol baru akan terbaca beberapa saat setelah peak dari heksan muncul. Di
dalam sistem GC, analit yang mulanya terlarut dalam solven akan diuapkan lebih
dahulu agar menjadi gas yang kemudian masuk kedalam kolom dan berinteraksi
dengan fase diam. Dan bila ada yang tidak ditahan fase diam maka senyawa akan
terelusi dan dibaca oleh detektor, diperbesar responnya oleh amplifier dan peak
kromatogram muncul di layar komputer.
1. Ketepatan (akurasi)
nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau
nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada
suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian
senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran dengan
bahan rujukan standar (standard reference material, SRM).
Untuk
mendokumentasikan
akurasi,
ICH
merekomendasikan
pengumpulan data dari 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi yang berbeda
(misal 3 konsentrasi dengan 3 kali replikasi). Data harus dilaporkan sebagai persentase
perolehan kembali.
RSD =
100 x SD
x
; yang mana x merupakan rata-rata data dan SD adalah
xx
kajian-kajian lain yang berkaitan dengan presisi seperti linieritas atau akurasi.
Biasanya replikasi 6-15 dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap-tiap konsentrasi.
Pada pengujian dengan KCKT, nilai RSD antara 1 - 2% biasanya dipersyaratkan untuk
senyawa-senyawa aktif dalam jumlah yang banyak; sedangkan untuk senyawasenyawa dengan kadar sekelumit, RSD berkisar antara 5 - 15%.
Pada praktikum kali ini tidak diketahui presisi nya karena praktikan
tepat dan spesifik dengan adanya komponen-komponen lain dalam matriks sampel
seperti ketidakmurnian, produk degradasi, dan komponen matriks.
ICH membagi spesifitas dalam 2 kategori, yakni uji identifikasi dan uji
kemurnian atau pengukuran. Untuk tujuan identifikasi, spesifitas ditunjukkan dengan
kemampuan suatu metode analisis untuk membedakan antar senyawa yang
mempunyai struktur molekul yang hampir sama. Untuk tujuan uji kemurnian dan
tujuan pengukuran kadar, spesifitas ditunjukkan oleh daya pisah 2 senyawa yang
berdekatan (sebagaimana dalam kromatografi). Senyawa-senyawa tersebut biasanya
adalah komponen utama atau komponen aktif dan atau satu pengotor. Jika dalam suatu
uji terdapat suatu pengotor (impurities) maka metode uji harus tidak terpengaruh
dengan adanya pengotor ini.
3 simpangan baku blanko. Simpangan baku (Sb) sendiri diperoleh dari rumus berikut :
| y |2
Sb=
n2
dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan dapat mendeteksi ada tidak nya analit
dalam sampel dengan konsentrasi terendah sebesar 720,682 ppm.
demikian ICH juga menggunakan 2 metode pilihan lain untuk menentukan LOD yakni
: metode non instrumental visual dan dengan metode perhitungan. Metode non
instrumental visual digunakan pada teknik kromatografi lapis tipis dan pada metode
titimetri. LOD juga dapat dihitung berdasarkan pada standar deviasi (SD) respon dan
kemiringan (slope, S) kurva baku pada level yang mendekati LOD sesuai dengan
rumus, LOD = 3,3 (SD/S). Standar deviasi respon dapat ditentukan berdasarkan pada
standar deviasi blanko, pada standar deviasi residual dari garis regresi, atau standar
deviasi intersep y pada garis regresi.
5. Batas Kuantifikasi (limit of quantification, LOQ)
artinya batas kadar terendah yang dapat dideteksi dan dikuantifikasi oleh metode yang
digunakan adalah 2402,273 ppm.
6. Linieritas
konsentrasi yang berbeda beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan
metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope),
intersep, dan koefisien korelasinya. Linear atau tidaknya data yang diperoleh dapat
ditunjukkan dengan nilai rhitung yang diperoleh sebesar 0,999. Padapercobaan kali ini,
diperolehpersamaankurvabakuserilarutanstandareugenoldengan lima konsentrasi (x)
yaitu 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, 10000 ppm dan respon berupa luas
area bawah kurva/AUC (y) yaitu y = 0,00011 x + 0,0639 dengan nilai r
hitung
0,999
7. Kisaran (range)
menjadi misalkan 33, 36, dan 39% lalu melihat pengaruhnya pada waktu retensi analit
yang diuji.
10. Stabilitas
maka sampel, reagen dan baku yang digunakan harus stabil pada waktu tertentu
(misalkan 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, atau tergantung kebutuhan). Sebagai contoh,
suatu analisis untuk pengujian 1 sampel dapat membutuhkan 10 atau lebih perlakuan
kromatografi ; yakni untuk menentukan kesesuaian system, termasuk di dalamnya
konsentrasi baku untuk membuat kurva baku dan juga untuk membuat 2 atau 3
replikasi tehadap sampel yang akan diuji. Dengan demikian, untuk melakukan analisis
1 sampel saja dibutuhkan waktu beberapa jam, karenanya selama analisis harus
dipastikan bahwa sampel dalam jumlah yang banyak, maka dibutuhkan waktu yang
lebih lama lagi sehingga stabilitas dapat menjadi faktor yang kritis pada validasi
metode.
11. Kesesuaian sistem
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh,
didapatkan
kurva
baku
y=0,00011 x +0,0639 . Dengan nilai LOD 720,682 ppm dan juga nilai LOQ
2402,273 ppm. Nilai AUC yang didapatkan pada sampel A, B, C, D, E1 dan E2 secara
berurutan adalah 0,588 ; 0,480 ; 0,707 ; 1,021 ; 0,388 ; 0,469, sehingga konsentrasi
dari sampel A, B, C, D, E1 dan E2 adalah 4764,5 ppm, 3782,7 ppm, 5846,4 ppm,
8700,9 ppm, 2946,4 ppm, dan 3682,7 ppm. Jumlah eugenol dalam sampel tersebut
sebesar 158816,67g, 75654 g, 116928 g, 174018 g, 58928 g, dan 73654 g.
Seharusnya pada sampel A mengandung eugenol yang lebih sedikit dari sampel B, C,
dan D. Karena sampel A diadisi dengan standar eugenol pada awal destilasi, sehingga
kemungkinan hilangnya eugenol jauh lebih banyak dibandingkan sampel B, C, dan D.
Tetapi pada praktikum kali ini diperoleh jumlah eugenol sampel A lebih banyak
daripada sampel B. Hal ini disebabkan karena pada tahap partisi, sampel A
terkontaminasi oleh pengotor.
H. Kesimpulan
- Teknik pemisahan senyawa dapat dilakukan dengan menggunakan metode destilasi
uap yaitu berdasarkan pada perbedaan titik didih dan tekanan uap dari campuran.
- Kadar eugenol yang didapatkan dalam percobaan kali ini untuk sampel A adalah
4764,5 ppm, sampel B 3782,7 ppm sampel C 5846,4 ppm, sampel D 8700,9 ppm,
sampel E1 2946,4 ppm dan sampel E2 adalah 3682,7 ppm .
- Pemisahan senyawa yaitu minyak cengkeh yang terdapat didalam bunga cengkeh
dapat diperoleh menggunakan cara destilasi uap. Pada tahap destilasi ini didapatkan
minyak cengkeh yang didalam nya terdapat eugenol sebesar 58928 g (E1) dan 73654
g (E2).
- Eugenol didapatkan dengan cara isolasi minyak cengkeh menggunakan metode
ekstraksi corong pisah kemudian dilanjutkan dengan partisi dan pemekatan untuk
mendapatkan isolat murni, setelah itu eugenol yang didapat dideterminasi dengan
Kromatografi Gas. Jumlah eugenol yang didapat tiap sampel yaitu 158816,67g
(sampel A), 75654 g (sampel B), 116928 g (sampel C), 174018 g (sampel D),
58928 g (sampel E1), dan 73654 g (sampel E2).
I. Jawaban Pertanyaan
Dari hasil kromatogram yang diperoleh untuk sampel E tidak perlu dilakukan tahap
clean up, karena kromatogram yang diperoleh sudah bagus dengan puncak kurus tinggi dan
terpisah dengan puncak lain yaitu puncak dari pelarut yang cukup jauh.
g
V 1 C 1=V 2 C 2 1 ml 1 =10 ml C 2
ml
C 2=0,1
g
ml
g
V 1 C 1=V 2 C 2 5 ml 0.1 =25 ml C 2
ml
C 2=0,02
g
=20000 g/ml=20000 ppm
ml
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
C 2=10000 ppm
= 0,281
Tr = 152,3 s
AUC = 37,620 - 37,102
= 0,518
Tr = 152,2 s
AUC = 34,143 - 33,400
= 0,743
Tr = 152,9 s
AUC = 39,582 - 38,601
= 0,981
Tr = 152,4 s
AUC = 31,587 - 30,411
= 1,176
Konsentr
= 0,0639
= 0,00011
= 0,999
asi (ppm)
2000
UC
0
r (s)
1
4000
,281
0
52,5
1
6000
,518
0
52,3
1
8000
,743
0
52,2
1
10000
,981
1
52,9
1
.176
= 0,588
B. AUC
= 69,969 - 69,489
= 0,48
C. AUC
= 60,858 60,151
= 0,707
52,4
y=bx +a
y=0,00011 x +0,0639
D. AUC
= 59,444 58,423
= 1,021
E. 1. AUC = 55,445 55,057
= 0,388
2. AUC = 62,616 62,147
= 0,469
Perhitungan Konsentrasi Sampel
A. y=0,00011 x +0,0639 0,588=0,00011 x +0,0639
x=4764,5
B.
C.
E. 1.
2.
x=3682,7
ampel
A
Konsentra
si (ppm)
4764,5
3782,7
5846,4
AUC
0,58
8
0,48
0
0,70
8700,9
7
1,02
2946,4
1
0,38
8
0,46
E
2
3682,7
A.
10
10 ml=158816,67 g
3
B.
2
3782,7 g /ml 10 ml=75654 g
1
C.
2
5846,4 g /ml 10 ml=116928 g
1
D.
2
8700,9 g /ml 10 ml=174018 g
1
2
2946,4 g /ml 10 ml=58928 g
E. 1.
1
2.
2
3682,7 g /ml 10 ml=73654 g
1
Konsentrasi
= 0,0639
= 0,00011
= 0,999
(ppm)
2000
AUC
Tr (s)
4000
0,281
152,5
6000
0,518
152,3
8000
0,743
152,2
10000
0,981
152,9
1.176
152,4
1.
y=0,00011 x +0,0639
2.
=0,2839
y=0,00011 x +0,0639
y=bx +a
y=0,00011 x +0,0639
=0,00011 (4000)+0,0639
=0,5039
y=0,00011 x +0,0639
3.
=0,7239
y=0,00011 x +0,0639
4.
=0,9439
y=0,00011 x +0,0639
5.
=1,1639
Konsentrasi
(ppm) (x)
2000
UC (y)
0,
281
4000
6000
0,
8000
10000
0,2
0,002
0,7
1.
981
1
0,0001988
1
0,0003648
0,037
1
0,0013764
0,012
1
0,0001464
1
0,0020948
0,019
1
0,9
1,1
439
639
0,0000084
0,014
|y- |2
239
0,
9
0,5
0,
176
|y- |
039
743
839
518
1
1
Sb=
| y |2
n2
0,00209485
52
Sb=
Sb=0,026425
Konsentrasi
(ppm)
2000
0,
2839
4000
= 0,0639
= 0,00011
=1
0,
y=bx +a
5039
6000
0,
y=0,00011 x +0,0639
7239
8000
10000
0,
9439
1,
1639
Perhitungan LOQ
y LOQ = A (intersep) + 10 Sb
y LOQ = 0,0639 + 10 (0,026425 )
y LOQ = 0,32815
y = 0,00011 x + 0,0639
0,32815 = 0,00011 x + 0,0639
E. 1.
2.
2
2946,4 g /ml 10 ml=58928 g
1
2
3682,7 g /ml 10 ml=73654 g
1
diquantifikasi dengan akurasi dan presisi yang baik pada kondisi pengujian tersebut
% Recovery Determinasi
( 174018 g73654 g )
100 =100,364
100000 g
% Recovery Sampel C
( 116928 g73654 g )
100 =43,274
100000 g
% Kesalahan Pemekatan
% Recovery Pemekatan
% Recovery Sampel B
( 75654 g58928 g )
100 =16,726
100000 g
% Recovery Partisi
= 100%
% Recovery Sampel A
% Kesalahan Destilasi = 100% - %kesalahan determinasi %kesalahan pemekatan - %kesalahan partisi - %recovery sampel
A
% Kesalahan A
% Kesalahan B
% Kesalahan C
% Kesalahan D
recovery sampel B
= 100% - 0% - 56,726% - 16,726 % = 26,548 %
= 100% -% kesalahan determinasi-% recovery sampel C
= 100% - 0% - 43,274% = 56,726 %
= 100 % - 100 % = 0%
Tahapan yang perlu dioptimasi lagi adalah tahap pemekatan karena dari perhitungan
%kesalahannya menunjukkan nilai terbesar yaitu sebesar 56,726%, selain tahap
pemekatan, tahap partisi juga perlu dioptimasi lagi karena % kesalahannya cukup besar
yaitu 26,548%.
J. Daftar Pustaka
Anonim,
2014,
Columnphases-GC,
http://www2.unine.ch/files/content/sites/saf/files/shared/
documents/ColumnPhases-
DepartemenKesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Dirjen POM, Jakarta,
hal. 372-373.
Dunn,
K.,
2013,
Separation
Processes:
Liquid
liquid
Extraction,
http://learnche.mcmaster.ca/wiki_4M3/images/b/b7/2013-4M3-LiquidLiquid
Gandjar, I.G., Rohman, A., 2013, Kimia Farmasi Analisa, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
hal. 410-420, 465 - 472.
Gandjar, I.G., danRohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 421 437,48 49.
Guenther, Ernest, Diterjemahkan oleh Ketaren, 1987, MinyakAtsiri, jilid I, UI Press, hal.
111-135.
Helmenstine,
A.
M.,
2014,
Daltons
Law
Calculation,
Helmenstine,
T.,
2014,
Raoults
Law
Example
Problem,
Ketaren, 1980, Analisa Sifat Fisiko-kimia MinyakAtsiri, IPB, Bogor, hal. 187-189.
Kohli, N., 2008, Longman Science Chemistry 9, Pearson Education, India, pp. 38-39.
Latifatul, H., dan Bambang, P., 2001, Pembuatan Antioksidan dari Bahan Dasar
Eugenol, Prosiding International Seminar on Organic Chemistry, Yogyakarta, hal. 190197.
Ledgard, J. B., 2006, King Chem Guide, 2nd Edition, United States of America:
UVKCHEM Inc., USA, p. 27.
Meyers, R.A., 2009, Encyclopedia of Analytical Chemistry, John Wiley & Sons Ltd,
Chicester, p.40.
Suryanti, V., Hastuti, S., Wahyuningsih, T. D., Mudasir., Muliawati, D., I., 2009, Indo. J.,
Chem., Biosurfactans Producton by Pseudomonas aeruginosa Using Soybean Oil as
Substrate, vol.1, p. 108.
Syamal, A., 2009, Living Science Chemistry 9, Ratna Segar P. Ltd., Delhi, pp. 46-47.
Watson, W. G., 2009, Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, hal. 283-284.
K. Lampiran
Kromatogram Pelarut Hexane
Kromatogram sampel B
Kromatogram sampel C
Kromatogram sampel D
Kromatogram sampel E1
Kromatogram sampel E2