Kafein FTIR
Aryanu Fahmi Arwangga*, Ida Ayu Raka Astiti Asih, dan I Wayan Sudiarta. 2016.
ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN PADA KOPI DI DESA SESAOT NARMADA
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016:
110-114.
Burnham, T.A., 2001, Drug Fact and Comparison, St Louis: A Wolters Kluwers
Company, USA
Conley, R.T. 1972. Infrared Spectroscopy. Edisi ke-2. Allyn and Bacon, Inc
Djarwani S. Soejoko dan Sri Wahyuni. 2002. SPEKTROSKOPI INFRAMERAH SENYAWA
KALSIUM FOSFAT HASIL PRESIPITASI. MAKARA SAINS, VOL. 6, NO. 3. Hal. 754-756
Farmakologi UI., 2002, Farmakologi dan Terapi, 4 th ed, Gaya Baru , Jakarta
Rahayu, T. dan Triastuti, R., 2007, Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan Inokulan
Kultur Kombucha (Kombucha Coffee), Jurnal Penelitian Science dan Teknologi, 8 (1) :
15-29
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,751.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000
10 cm-1 dengan menggunakan suatu alat yaitu Spektrofotometer Inframerah.
Metode ini banyak digunakan pada laboratorium analisis industri dan laboratorium
riset karena dapat memberikan informasi yang berguna untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif, serta membantu penerapan rumus bangun suatu senyawa. (djarwani,
20o2)
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno. 1997. Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia.
Bandung
Kafein adalah kristal putih alkaloida xantina yang pahit, yang merupakan obat stimulan
psychoactive. Alkaloid adalah senyawa organik mirip alkali yang mengandung atom nitrogen
yang bersifat basa dalam cincin heterosiklik. Kafein ditemukan di dalam berbagai macam jenis
kacang-kacangan, dedaunan, dan buah dari berbagai tanaman. Kafein juga bertindak sebagai
suatu pestisida alami yang mengusir dan membunuh serangga-serangga tertentu yang hidup di
tanaman tersebut. Kafein paling sering dikonsumsi oleh manusia dari ekstraksi biji buah kopi
dan daun teh, seperti juga berbagai makanan dan minuman yang berbahan dasar buah kola.
Pada manusia, kafein adalah suatu stimulan sistem saraf pusat (CNS, Central Nervous System),
mempunyai pengaruh temporer untuk menghindari terhadap kantuk dan juga memulihkan
keadaan siaga.
analisis kafein dalam sampel baik itu kopi maupun the perlu dilakukan untuk
mengetahui kadar kafein yang terdapat dalam suatu sampel, sebagai bahan acuan
kepada masyarakat mengenai kandungan kadar kafein dalam kopi yang hasilkan.
sehingga dapat dibandingkan dengan batas maksimum kafein yang telah di
tentukan yang menjadi parameter ambang batas kafein yang diijinkan untuk di
konsumsi. Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) yang diacu dalam Liska
(2004), dosis kafein yang diizinkan 100-200mg/hari, sedangkan Menurut SNI 01-
7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman adalah 150
mg/hari dan 50 mg/sajian.
Aryanu Fahmi Arwangga*, Ida Ayu Raka Astiti Asih, dan I Wayan Sudiarta. 2016.
ANALISIS KANDUNGAN KAFEIN PADA KOPI DI DESA SESAOT NARMADA
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS. JURNAL KIMIA 10 (1), JANUARI 2016:
110-114.
Senyawa ini pada kondisi tubuh yang normal memang memiliki beberapa
khasiat antara lain merupakan obat analgetik yang mampu menurunkan rasa sakit
dan mengurangi demam, memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis,
seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos terutama otot polos
bronkus dan stimulasi otot jantung. Akan tetapi, pada tubuh yang mempunyai
masalah dengan keberadaan hormon metabolisme asam urat, maka kandungan
kafein dalam tubuh akan memicu terbentuknya asam urat tinggi. (Burnham, 2001).
.
Burnham, T.A., 2001, Drug Fact and Comparison, St Louis: A Wolters Kluwers
Company, USA
Rahayu, T. dan Triastuti, R., 2007, Optimasi Fermentasi Cairan Kopi Dengan Inokulan
Kultur Kombucha (Kombucha Coffee), Jurnal Penelitian Science dan Teknologi, 8 (1) :
15-29
Farmakologi UI., 2002, Farmakologi dan Terapi, 4 th ed, Gaya Baru , Jakarta
DASAR TEORI
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang belum diketahui,karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode
ini banyak digunakan karena:
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab radiasi
yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless).
(lihat modul)
Seperti analisisi kuantitatif dengan instrument Lainnya penentuan kadar kafein secara spektro FTIR
menggunakan laruitan standar sebagai pembandinnya dan di buat kurva standarnya. Larutan standar kafein
dibuat dengan konsntrasi masing2 larutn standar menghasilkan puncak absorbansi pada bilanagan
gelombangnya. Seperti dapat dilihat pada tabel 1. Absorbansi tertinggi yaitu pada konst 10% dengan
absorbansi 0.02886 dan bilangan gelombang 1554.32. berdasarkan literature persamaan (ada d mba evana )
Nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi. Jadi makin tinggi konsentrasi larutan maka abs. juga semakin
tinggi. Hal ini telah sesuia dengan data yang kami hailkan bahwa ketika konst. Kafein semkain tinggi maka abs
juga semakin tinggi. Kecuali pada data ke 5 saat kons 12.5% mengalami penurunan nilai abs.
0.04
0.03
f(x) = 0x + 0.01
0.02 R = 0.83
Axis Title
0.01 Linear ()
Linear ()
0
0 5 10 15
Axis Title
Kurva kalibrasi merupakan plot antara kosentrasi (ppm) dengan absorbansi yang dibuat dari larutan standar
yang mengandung kafein. Perhitungan hasil pengukuran larutan standar diperoleh kurva kalibrasi dengan 6
variasi konsentrasi (2.5 % ) ) sehingg hasil dari persamaan garis regresi dari kafein adalah y = X+ ..
dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99714.
Setelah diketahui persamaan garis pada kurva standar, maka ditentukan pula
absorbansi sampel nya pada bilangan gelombang masing-masing. Pengukuran sampel
tidak langsung dapat diukur menggunakan spektrometer FT-IR melainkan perlu
dilakukan tahap preparasi sampel. Pada prinsipnya preparasi sampel dilakukan yaitu
proses filtrasi denagn kertas saring . Mula-mula sampel ditentukan bobotnya pada
penimbangan dengan neraca analitik ditimbang 2,5 gr untuk sampel teh dan 2,5 gr
untuk sampel kopi. Masing-masing sampel dilarutkan dalam 5 ml kloroform.
Penambahan kloroform dilakukan karena kafein lebih larut dalam pelarut organik.
Karena pelarut yang digunkan adalah pelarut organik maka seluruh
peralatan yang digunakan harus kering, karena adanya air akan
mengganggu pembacaan pada instrument. Air dapat menyerap radiasi uv
pada panjang gelombang yang cukup rendah sehingga bisa saja
transparan terhadap radiasi pengukuran, tetapi senyawa-senyawa organik
banyak yang tidak larut dalam air termasuk kloroform, sehingga akan
menyebabkan penyerapan radiasi pengukuran oleh pelarut. Setelah 10
menit dilakukan penyaringan. TUJUAN DARI PENYARINGAN ITU SENDIRI
YAITU memisahkan antara residu dan filtrate, sehingga hanya filtratny a saja yg di
ambil untuk d analisis. Pengukuran dengan FTIR dengan memasukan sampel yang
telah dipreparasi kedalam omni cell yang dan dimasukan ke kompartemen sampel yang
diletakan berada di atas diamond. Fungsi dari diamond ini yaiitu untuk mereflesikan
hasil dari sampel ke computer. dan kemudian diperoleh spektrumnya. Setelah
dilakukan pengukuran maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2 Hasil Pengukuran Sampel Kafein
Sampel Absorbansi Kadar Kaffein
The
Kopi
Berdasarkan hasil uji kandungan kafein pada kopi, ternyata pada percobaan kami kadar kafein dalam
kopi lebih sedikit dibandingkan pada teh. Hal ini dapat disebabkan pada proses penyaringan sebagian kecil dari
kafein menguap dan terbentuk komponen-komponen lain, berat kopi juga mempengaruhi.
Untuk menghindari adanya pengaruh negatif kafein terhadap kesehatan, Health
Canada memberikan rekomendasi batas maksimum konsumsi kafein sbb :45 mg per
hari bagi anak usia 4-6 tahun, 62,5 mg per hari bagi anak usia 7-9 tahun, 85 mg per hari
untuk anak usia 10 -12 tahun, 300 mg per hari bagi wanita yang berencana hamil,
wanita hamil dan menyusui, Orang dewasa sehat maksimum 400 mg per hari (Dedi M
2008).
Interpretasi Spektrum yang diperoleh pada masing2 sampel maupun larutan standar
memiliki banyak pita-pita yang merupakan pita pengganggu diatas daerah finger print.
Sehingga minum the ataupun kopi perlu dibatasi tidakBOLEH berlebih,
karena bila kafein yang dikonsumsi berlebih akan menyebabkan kecanduan dan
memacu kerja jantung memompa darah lebih cepat sehingga pembuluh darah dapat
pecah bahkan menyebabkan penyakit jantung.
Dari hasil yang didapat untuk bilangan gelombang dari sampel (the dan kopi ) pada
hasil FTIR, dengan larutan standar (2.5 %...) kafein hampir sama karena pada
puncak gelombang, bilangan gelombang sampel dengan larutan standar kafein
tidak terlalu jauh.
Simpulan
Kadar kafein dalam teh saring pada bilangan gelombang 1658.683 cm-1 sebesar
1202.2039 ppm, pada 1701.114 cm-1 sebesar 997.5543 ppm dengan kadar 4.73 % dan
3.93%(b/b). Sedangkan pada sampel teh sariwangi diperoleh, pada bilangan gelombang
1658.683 cm-1 sebesar 499.7245 ppm. dan pada bilangan gelombang 1701.114 cm-1
sebesar 399.7283 ppm dengan kadar nya 1.98 % dan 1.58 %(b/b).
s
2. Sampel yang diuji pada percobaan ini adalah minuman berenergi dengan
merek kuku bima energi.