Disusun oleh:
Skenario:
Seorang anak bernama Sandra berusia 4 tahun mengalami keluhan diare, gatal-
gatal dan demam. Diare dan demam yang dialami pasien diketahui terjadi selama 3 hari
belakangan. Anak tersebut juga mengalami gatal-gatal sehari sebelum periksa ke dokter
dan mengalami demam. Keluhan yang terjadi pada anak tersebut belum ditangani dengan
terapi obat apapun. Setelah 3 hari mengalami keluhan, kondisi yang tidak menunjukkan
perubahan pada anak tersebut membuat sang ibu memutuskan membawa anaknya ke
dokter terdekat didaerah kompleks rumahnya. Menurut hasil pemeriksaan, pasien
terdiagnosis mengalami diare, demam dan gatal-gatal serta mendapatkan resep berikut :
dr. Basuki Rangga Jati, SpPD
SIP : 06020101/2015
Jalan Gejayan 21 A
HP. 085629705870
R/ Erysanbe mg 130
Histapan tablet 1/5
Bricasma tablet 1/5
Flagyl mg 100
Sach. Lactis qs
m.f dtd no.xx
S. 3 dd pulv I
Obat yang diperoleh kemudian ditebus di Apotek Sehat Waras, saat penerimaan
resep oleh apoteker, apoteker menanyakan beberapa pertanyaan pada sang ibu dan
diperoleh informasi bahwa anak mengalami keluhan diare setelah mengonsumsi rujak
pedas di ruang tamu 3 hari yang lalu, gatal-gatal pada daerah dubur dan selangkangan
dan pasien masih minum dan makan dengan lahap serta ibu pasien mengatakan bahwa
hanya ingin membeli obat separuh karena tidak membawa uang dalam jumlah yang
cukup. Apoteker kemudian memulai melakukan dispensing terhadap obat-obatan yang
diresepkan dokter tersebut dimulai dari tahapan skrining resep.
Saat skrining resep, apoteker menduga adanya beberapa drug related problem yang
terdapat pada peresepan antara lain adanya obat tidak sesuai indikasi, ketidaksesuaian
dosis obat, dan adanya interaksi obat. Dari dugaan tersebut, apoteker memutuskan untuk
melakukan konfirmasi kepada dokter pemberi resep yang merupakan temannyasejak
kuliah. Dokter bersedia berdialog dengan apoteker dan bersedia melakukan penggantian
obat jika apoteker memiliki Evidence Based Medicine terkait hal-hal yang harus
didiskusikan. Selama proses konfirmasi, apoteker memperoleh informasi bahwa hasil
diagnosis pada anak Sandra adalah diare dan yang disebabkan oleh infeksi rotavirus,
gatal-gatal yang disebabkan karena frekuensi BAB yang sering sehingga menyebabkan
iritasi dan lembab pada area dubur dan selangkangan.
Dari hasil konsultasi tersebut, dokter memutuskan penggatian obat sesuai
kebutuhan pasien dengan harga yang lebih terjangkau sehingga pasien dapat menebus
semua obat pada resep tersebut.
III. PEMBAHASAN
SKRINING RESEP
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, skrining resep dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :
1. ADMINISTRATIF
2. FARMASETIS
Meliputi :
a. Bentuk sediaan dan kekuatan sediaan : pulveres (racikan), tiap bungkus berisi :
- Stabilitas
Pulveres racikan harus disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari
cahaya matahari, dalam wadah tertutup baik diberi silica gel,
Histapan tablet merupakan tablet salut film (film coated tablet) yang tidak
dapat digerus (dihancurkan) bersama dengan obat-obat lain.
3. KLINIS
a. Ketepatan indikasi
6. Oralit cairan elektrolit berisi NaCl 0,52 gram, KCl 0,3 gram,
Glukosa anhidrat 2,7 gram, Trimatrium sitrat dihidrat 0,58 gram.
(Ansel, 2006)
4 tahun
Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 500 mg
4 tahun
- Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 100 mg
4 tahun
- Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 300 mg
4 tahun
- Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 2,5 mg
4. Flagyl 100 mg
Flagyl mengandung antibiotik Metronidazole, dosis dewasa 500 mg (MIMS,
2017).
4 tahun
Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 500 mg
Jadi, berdasarkan perhitungan rumus Young maka dosis Flagyl kurang (tidak
sesuai).
4 tahun
Dosis untuk anak = 4 tahun+ 12 x 400 ml
Jadi, berdasarkan perhitungan rumus Young maka dosis Oralit kurang (tidak
sesuai).
Kesimpulan
Hasil perhitungan dosis berdasarkan usia yang sesuai adalah obat Erysanbe 130
mg sedangkan obat Histapan tablet 1/5; Bricasma tablet 1/5; Flagyl 100 mg; dan
Oralit 1/6 saches kurang (tidak sesuai).
2. Histapan 50-150mg/hari
3. Bricasma tidak ada keterangan dosis aturan pakai untuk pasein anak
dibawah 7 tahun.
e. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, ESO, obat, manifestasi klinis)
1. Erysanbe diare, sakit perut hingga muntah, gatal dan kemerahan pada
kulit, sakit kepala, kelelahan.
g. Interaksi
PERMASALAHAN
Dari hasil penggalian informasi dan skrinning resep pasien menemukan adanya
beberapa permasalahan terkait drug related problem (DRP) yang terjadi pada peresepan
sebagai berikut :
Dengan demikian, dari data yang diperoleh diperlukan evaluasi terapi terkait
dengan peresepan dokter dalam penatalaksanaan diare anak Sandra.
Berikut alogaritma evaluasi dan managemen pada anak usia 2 tahun hingga 18
tahun berdasarkan Gastroenteritis Care Gudelines (2011). Managemen diare yang
dilakukan bukan untuk pasien ICU, diare >7 hari, diare dengan muntah, hingga diare
akibat penyakit kronis. Jika masih dalam status dehidrasi maka dilanjutkan kedalam
managemen penanganan dehidrasi, namun jika ada tanda dan gejala adanya bakteri
atau virus seperti mual dan muntah, maka dilanjutkan dengan tes laboratorium.
Managemen dalam penatalaksanaan diare pada anak adalah sebagai berikut:
Pasien diberikan oralit untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh
yang terbuang saatdiare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandunggaram elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
Selain itu, disarankan juga pasien karena pada saat diare, anak akan
kehilangan zincdalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan
Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepatpenyembuhan diare. Zinc
juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko
terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zinc sebagai
pengobatan diareadalah mengurangi :1) Prevalensi diare sebesar 34%; (2) Insidensi
pneumonia sebesar 26%; (3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten
sebesar 24%, hingga; (5) Kegagalanterapi atau kematian akibat diare persisten sebesar
42%.
2. Evalusi Penatalaksanaan Terapi Demam
Pada kasus, anak mengalami demam. Dimana demam bisa disebabkan oleh
adanya dehidrasi atau adanya infeksi rotavirus penyebab diare (Alkali, 2012). Jika
demam yang dialami selama 5 hari maka kemungkinan adanya infeksi dari bakteri
Plasmodium. Namun, dalam kasus pasien baru menderita demam selama sehari. Jika
demam memiliki suhu 39 maka, bisa diberikan antipiretik seperti paracetamol.
(WHO, 2005).
2 Peresepan bricasma
3 Peresepan histapan
4 Peresepan antibiotik
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa informasi terkait
permasalah dalam peresepan, antara lain :
1 Kondisi pasien
2 Peresepan bricasma
Apoteker mengkonfimasi kepada dokter terkait adanya peresepan bricasma.
Apoteker mendapat informasi dari dokter jika bricasma diberikan sebagai preventif
untuk mengi akibat diare yang disebabkan oleh rotavirus. Diare akibat rotavirus
memicu munculnya mengi hingga asma (Nan, X., 2014).
Apoteker memberikan informasi kepada dokter terkait penggunaan bricasma
pada anak-anak. Bricasma diindikasikan untuk usia 12 tahun keatas. Mengi pada
pasien belum muncul, maka apoteker menyarankan sebaiknya tidak memberikan
vasodilator kepada pasien. Dokter menyetujui saran yang diberikan apoteker.
3 Peresepan histapan
Maka terapi untuk diare yang disarankan apoteker kepada dokter yaitu oralit
dan suplemen zinc (Depkes RI, 2011). Dokter menyetujui saran yang diberikan
apoteker.
Berdasarkan konfirmasi dan KIE yang dilakukan oleh apoteker terhadap dokter, maka
peresepan yang diberikan kepada pasien yaitu :
4 Bedak salicyl
IV. KESIMPULAN
Apoteker melakukan skrining resep, dispensing, dan compounding, kemudian
apoteker berkomunikasi dengan dokter untuk hal-hal yang harus didiskusikan terkait
terapi yang diterima oleh pasien. Keputusan terapi yang diberikan kepada pasien
merupakan hasil diskusi apoteker dan dokter yang akan disampaikan kepada pasien
melalui KIE. Dari kasus ini, maka terapi yang diberikan kepada pasien anak Sandra yaitu
Oralit 10 sachet (1 sachet=200 mL), Suplemen zink, Paracetamol Syrup 60 mL, dan
bedak Salicyl 60 gramsehingga total harga obat yang harus dibayar oleh Ibu dari anak
Sandra yaituRp. 37.949,-
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel, H.C., Prince, S.J., 2006. Kalkulasi Farmasetik Panduan untuk Apoteker. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 108-114.
2. Alkali, B. R., 2015, Clinical Symptoms of Human Rotavirus Infection Observed in
Children in Sokoto, Nigeria, Advances in Virology, pp.1-6.
3. Depkes RI, 2011, PDF. Buku Saku Lintas Diare Edisi 2011, Departemen Kesehatan RI.
4. Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007, Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian
di Sarana Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
5. James, M.A., 2011, PDF. Evidence-Based Care Guideline for Prevention and
Management of Acute Gastroenteritis (AGE) in children age 2 mo to 18 yrs, Health
System Excellent Center.
6. Malaysia Pediatric Association, 2011, PDF. Guidelines on The Management of Acute
Diarrhoe in Children, College of Pediatric.
7. Nan, X., Wu J., Zhou Y., Sun, M.,, and Li H. 2014. Epidemiological and clinical studies
of rotavirus induced diarrhea in China from 19942013. Research Paper. Department of
Molecular Biology.
8. http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 18.00.
9. http://mims.com/indonesia/drug/info/erythromycin/, diakses pada tanggal 8 Maret 2017
pukul 19.03.
10. http://mims.com/indonesia/drug/info/erysanbe/?type=brief, diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 19.30.
11. http://mims.com/indonesia/drug/info/mebhydrolin/, diakses pada tanggal 8 Maret pukul
19.34.
12. http://mims.com/indonesia/drug/info/histapan/?type=brief, diakses pada tanggal 8 Maret
pukul 19.40.
13. http://mims.com/indonesia/drug/info/terbutaline/, diakses pada tanggal 8 Maret 2017
pukul 19.45.
14. http://mims.com/indonesia/drug/info/bricasma/?type=brief, diakses pada tanggal 8 Maret
2017 pukul 19.48.
15. http://mims.com/indonesia/drug/info/metronidazole/, diakses pada tanggal 8 Maret pukul
19.55.
16. http://mims.com/indonesia/drug/info/flagyl-flagyl%20forte/?type=brief, diakses pada
tanggal 8 Maret 20.00.
17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Penanganan Anak Diare Di Rumah.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Situasi Diare di Indonesia, Bakti
Husada, Jakarta.
19. WHO, 2005, PDF. The Treatment of Dhiarhoea: A Manual For Physicians and Senior
Health Worker, Geneva.