TUJUAN
1. Dapat memahami prinsip kerja destilasi uap
2. Dapat menentukan kadar eugenol yang terkandung dalam bunga kering dengan
menggunakan kromatografi gas
B.
PRINSIP
1. Destilasi Uap
Destilasi adalah teknik untuk memisahkan larutan ke dalam masing masing
komponennya. Prinsip destilasi uap didasarkan pada perbedaan titik didih komponen zatnya.
Destilasi uap dapat digunakan untuk memurnikan senyawa senyawa yang memiliki titik
didih berbeda sehingga dapat dihasilkan senyawa yang memiliki kemurnian yang tinggi.
2. Partisi
Tujuan melakukan partisi adalah untuk melihat distribusi dari eugenol pada dua fase
yang berbeda kepolarannya. Prinsipnya dengan pemisahan oleh beberapa lapisan.
3. Pemekatan
Prinsip pada tahap pemekatan ini adalah ekstrak yang diperoleh didestilasi kembali.
Tujuannya untuk memperoleh kandungan eugenol murni dari tahap-tahap preparasi sampel
sebelumnya.
4. Determinasi
Determinasi merupakan tahap pengukuran menggunakan alat kromatografi gas/GC.
Prinsip dari alat GC adalah mendeteksi senyawa-senyawa yang berupa gas, dengan ruang
lingkup yaitu sampel yang mudah menguap dan tidak rusak karena panas.
C.
menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada distribusinya. Pada umumnya solute akan
terelusi pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solute dengan
fase diam. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute dengan fase diam. Fase
gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke
detector. Penggunaan suhu yang meningkat bertujuan untuk menjamin solute akan menguap
dan karenanya akan cepat terelusi (Rohman&Gandjar, 2007).
Optimasi pada kromatografi gas diantaranya optimasi waktu retensi dimana langkahlangkahnya yaitu suhu oven di set pada suhu tertentu lalu di injek sejumlah standard ditunggu
sampai puncak larutan baku keluar dan dicatat waktu retensinya. Dilakukan hal yang sama
dengan menggunakan sampel, serta dicatat pula waktu retensinya. Kemudian dibandingkan
puncak kromatogram sampel dengan standar.
Optimasi Suhu Terprogram dimana dengan menaikkan suhu dari suhu tertentu ke suhu
tertentu yang lain dengan laju yang diketahui dan terkendali dalam waktu tertentu, dan
optimasi ini mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen dalam suatu campuran yang
mempunyai titik didih pada kisaran yang luas (Rohman, 2012).
Validasi metode kromatografi gas dilakukan dengan metode pendekatan dengan analisis
bahan rujukan terstandar (SRM) dan dapat dibandingkan antara sampel dengan kurva baku
dimana dibuat larutan baku standar dengan jumlah konsentrasi tertentu (Rohman, 2012)
Sifat fisika dan kimia bahan-bahan yang digunakan :
a. Dikloromethan
TAMPILAN:
BENTUK FISIK:
BERAT
MOLEKUL:
STRUKTUR
CH2Cl2
KIMIA:
BAU:
BERAT
(water = 1.0):
KELARUTAN
DALAM
(bobot %):
pH:
TITIK DIDIH:
TITIK LELEH:
TEKANAN UAP:
DENSITAS UAP
Tidak tersedia
140F (40C)
-139F (-95C)
350 mm Hg pada 68F (20C)
2.9
(udara = 1.0):
KECEPATAN
0.7
EVAPORASI:
% VOLATIL:
b. Eugenol
DIBANDINGKAN
:
100
Ethyl Ether = 1
Bau: Sedikit.
Rasa: Saline.
Berat Molekul: 58.44 g/mol
Warna: Putih.
pH (1% soln/air): 7 [Netral.]
Titik Didih: 1413C (2575.4F)
Titik Leleh: 801C (1473.8F)
Temperatur Kritis: Tak tersedia.
Berat Jenis: 2.165 (Air = 1)
Kelarutan: Larut dengan mudah dalam air dingin dan air panas. Larut dalam gluiserol dan
amonia. Sangat sedikit larut dalam alkoholtidak larut dalam hydrochloric acid
e. Natrium Sulfat Anhidrat
Tampilan dan Bentuk fisik: padat
Bau: Tidak berbau.
Rasa: Pahit. Saline.
Berat Molekul: 142.06 g/mol
Warna: Putih
pH (1% soln/water): Tidak tersedia.
Titik Didih: 1100C (2012F)
Titik Leleh: 888C (1630.4F)
Temperatur Kritis: Tidak Tersedia.
Berat Jenis: 2.671 (Air = 1)
Kelarutan: Larut dalam air dingin, Hidrogen Iodida, dan gliserol. Tidak larut dalam alkohol.
kolom.
Ini
disebabkan,
kenyataanlubang
akhir
dari
kolom
masuk
d) Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan. Untuk kromatografi gas
dikenal dua jenis kolom yaitu jenis pak ( packed column) dan jenis terbuka(open
tubular column)
Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas dengan garis tengah 3-6mm
dan panjang 1-5 m. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus atau zat padat sebagai zat pendukung
yang dilapisi zat cair kental yang sukar menguapsebagai fasa diam. Jenis kolom pak ini lebih
disukai untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah injeksi yang banyak.
Kolom pak
Kolom terbuka (open tubular column)
Kolom terbuka (kolom kapiler) lebih kecil dan lebih panjang daripadakolom
pak. Diameter kolom terbuka berkisar antara 0,1-0,7 mm dan panjangnyaberkisar
antara 15-100 m. Jenis kolom ini disebut juga kolom kapiler. Untuk mempermudah
penyimpanan, biasanya kolom terbuka dibentuk spiral dengangaris tengah 18 cm
Kolom terbuka
Tiga faktor yang mempengaruhi resolusi : efisiensi, selektifitas danretensi.
Dengan kolom terbuka, faktor-faktor tesebut akan bertambah. Jadi penggunaan kolom
terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripadapenggunaan kolom pak.
Keuntungan lain penggunaan kolom terbuka adalahwaktu analisis lebih pendek daripada
penggunaa kolom pak karena fasa gerak tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom.
e) Oven Kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur
dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase diam
bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir
terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi terpisah
f) Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada
suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa
organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke rekorder
untuk menghasilkan kromatogram
D.
Alat:
o Labu alas bulat
o Baskom
o Gelas beker
o Erlenmeyer
o Corong pisah
o Pendingin liebigh
o Heating mantel
o Adapter claisen
Bahan:
o Bunga / daun cengkeh
o Eugenol
o Akuades
o Batu didih
o NaCl
o Diklormetan
o Natrium sulfat exicc
o GC
o 5% kalium hidroksida
o 5% asam klorida
o Natrium sulfat anhidrat p.a
F.
DATA PENGAMATAN
Diketahui fase gerak yang digunakan gas N 2, tR satandar Eugenol 157.2 detik dan tR n-Hexan
97 detik.
1. DATA PENIMBANGAN
a. Penimbangan cengkeh
Sampel B (g)
Sampel D (g)
Sampel E (g)
Berat wadah
61.51
60.08
43.86
63.54
62.12
45.87
Berat Bahan
2.03
2.04
2.01
Sampel B (g)
Sampel E (g)
Berat kertas
0.27
0,27
0,26
5.29
5,29
5,27
0.28
0.28
0.27
Berat bahan
5.01
4,99
5,00
b. Seri 2
V1 x C1 = V2 x C2
4 ml x 10.000 = 10 ml x C2
2 ml x 10.000 = 10 ml x C2
C2 = 4000 ppm
C2 = 2000 ppm
c. Seri 3
d. Seri 4
6 ml x 10.000 = 10 ml x C2
8 ml x 10.000 = 10 ml x C2
C2 = 6000 ppm
C2 = 8000 ppm
e. Seri 5
10 ml x 10.000 = 10 ml x C2
C2 = 10000 ppm
Konsentrasi(ppm)
2000
4000
6000
Respon(AUC)
0.211
0.476
0.691
8000
10000
0.833
1.151
R = 0,998
B = 0,0001
y = Bx + A
R2 = 0,996004
y = 0,0001x 0,0087
y^
(yi-y^)2
2000
0.211
0.191
0.388x10-3
4000
0.476
0.3913
7.174x10-3
6000
0.691
0.5913
9.94x10-3
8000
0.833
0.7913
1.739x10-3
10000
1.151
0.9913
25.504x10-3
= 44.745x10-4
Y LOD = a + 3SB
= -0.0087 + 3x0.122 = 0.3573
LOD = yLOD + 0.0087/0.0001
= 0.122
= 0.3573 + 0.0087/0.0001
= 3660 ppm
Y LOQ = a + 10SB
= -0.0087 + 10x0.122 = 1.2113
LOQ
= yLOQ + 0.0087/0.0001
= 1.2113 + 0.0087/0.0001
= 12200 ppm
4. PENGUKURAN SAMPEL
Persamaan kurva baku : y=0.0001x-0.0087
a.
Sampel A
Diambil 100L di ad 10mL, faktor pengenceran=100 kali
Xs = 0 + 0.0087 / 0.0001 = 87
b.
Sampel B
Diambil 100L di ad 10mL, faktor pengenceran=100 kali
Xs = 0.365 + 0.0087 / 0.0001 = 3737
c.
Sampel C
Diambil 200L di ad 10mL, faktro pengenceran=50 kali
Xs = 0.987 + 0.0087 / 0.0001 = 9957
d.
Sampel D
Diambil 500L di ad 10mL, faktor pengenceran=20 kali
Xs = 0.939 + 0.0087 / 0.0001 = 9477
e.
Sampel E
Diambil 400L di ad 10mL, faktor pengenceran=25 kali
Xs = 0.340 + 0.0087 / 0.0001 = 3487
Sampel
AUC
Kadar (ppm)
Kadar
Bobot (mg)
87
8700
0.87
0,365
3737
373700
37.37
0,987
9957
497850
99.57
sebenarnya(g/mL)
0,939
9477
189540
94.77
0,340
3487
87175
34.87
= 100 % - % recovery A
= 100 % - (-34%) = 134 %
G.
PEMBAHASAN
Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk melakukan isolasi eugenol dalam daun
Kromatografi gascair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu
pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.
2.
Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang
berupa polimerik.
Fase Diam Dan Fase Gerak Pada Kromatografi Gas
1)
Fase Diam
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan.
Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk
sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung
lebih sempurna.
Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan yang disaputkan pada bahan
penyangga padat yang lembab, bukan senyawa padat yang berfungsi sebagai permukaan yang
menyerap (kromatografi gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam
pemurnian gas dan penghilangan asap, tetapi kurang kegunaannya dalam kromatografi.
Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat
beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.Fase diam yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah
2)
Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk membawa uap
analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi dengan komponen-komponen sampel.
Adapun syarat-syarat fase gerak pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut:
- Tidak reaktif
- Murni (agar tidak mempengaruhi detector)
- Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas helium, nitrogen,
hydrogen, atau campuran argon dan metana
- Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor apa yang digunakan
Fase gerak yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gas nitrogen.
Komponen alat :
1. Tabung gas pembawa
Berfungsi menampung gas pembawa yang akan digunakan saat mengaliri kolom dan
membawa sampel yang akan dideteksi dengan gas kromatografi. Bermacam-macam
gas telah digunakan dalam KGC, misalnya, hydrogen, helium, helium,memungkinkan
difusi yang lebih longitudinal dari solute, yang cenderung menurunkan efisiensi
kolom, terutama pada laju arus yang lebih rendah. Maka nitrogen mungkin merupakan
suatu pilihan yang lebih baik untuk gas-pembawa agar dapat dilakukan
suatu pemisahan yang benar-benar sukar.
(Bassett,1994).
2. Flow controller
Mengatur aliran dan tekanan gas pembawa yang digunakan pada alat. Selain itu flow
controller berfungi menjaga efisiensi pemakaian gas pembawa yang digunakan.
3. Tempat injeksi
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan uap
dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk
cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk cairan dan
padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan sebelum masuk
dalam kolom. Suhu pada injector akan lebih tinggi dari suhu kolom, hal ini
dilakukan agar sampel yang digunakan benar benar berbentuk uap dan di perhatikan
suhunya agar tidak terdegradasi akibat suhu yang berlebihan.
4. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat
fase diam. Ada 3 jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing column) dan
kolom kapiler (capillary column); dan kolom preparative (preparative column).
- Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas dengan garis tengah 3-6mm
dan panjang 1-5 m. Kolom diisi dengan serbuk zat padat halus atau zat padat sebagai zat pendukung
yang dilapisi zat cair kental yang sukar menguapsebagai fasa diam. Jenis kolom pak ini lebih
disukai untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah injeksi yang banyak.
Kolom pak
-
Kolom terbuka
Tiga faktor yang mempengaruhi resolusi : efisiensi, selektifitas danretensi.
Dengan kolom terbuka, faktor-faktor tesebut akan bertambah. Jadi penggunaan kolom
terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripadapenggunaan kolom pak.
Keuntungan lain penggunaan kolom terbuka adalahwaktu analisis lebih pendek daripada
penggunaa kolom pak karena fasa gerak tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom.
5. Oven (Thermostats)
Memberikan suhu pada kolom, tempat injeksi dan detektor dengan kontrol suhu yang
bisa diatur oleh praktikan.
6. Detektor
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase
gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada
kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas
pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal
elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
terhadap komponen-komponen yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
- Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas adalah sebagai
berikut :
Jenis
Jenis Sampel
Detektor
Batas
Deteksi
Hantaran
panas
Ionisasi
Hidrokarbon
nyawa
Penangkap
200-500
elektron
Nitrogen-
pestisida
Senyawa
1-5
700-100
fosfor
nitrogen organik
10-100 pg 20-40
50-70
60-80
1-10 pg
120-170 100-150
dan
Fotometri
nyala
0,1-10 g
20-40
fospat
organic
Senyawa-
nm)
Fotometri
nyala
10-100 pg 20-60
Senyawa-
20-40
nm)
Foto ionisasi Senyawa
yang2
pg30-40
terionisasi dg UV C/detik
Konduktivitas Halogen, N, S 0,5 pg C
elektrolitik
12 pg S
Fourier
Senyawa-
4 pg N
1000 pg
Transform-
senyawa organik
20-40
80
3-10
inframerah
(FTIR)
Selektif
Sesuai
massa
senyawa apapun ng
untuk10
pg-100,5-30
Emisi atom
Sesuai
untuk0,1-20 pg 60-70
elemen apapun
7. Recorder
Recorder berfungsi untuk mengartikan signal dari detektor menjadi kromatogram
sesuai dengan hasil deteksi alat.
(Watson,2009).
DESTILASI UAP
Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang sampel berupa serbuk bunga
cengkeh kering yang sudah halus seberat 2gram sebanyak 5buah(A,B,C,D,E).kemudian
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan aquadest.Aquadest
ditambahkan ke LAB,aquadest sebagai pembawa eugenol karena tekanannya lebih tinggi dari
eugenol sehingga eugenol akan terbawa bersama dengan aquadest ke dalam erlenmayer pada
saat proses destilasi dan juga apabila eugenol langsung dipanaskan tanpa ditambah dengan
aquadest maka eugenol akan rusak.kemudian ditambahkan pula batu didih ke dalam LAB
dengan tujuan agar proses pemanasan saat destilasi merata.
Prinsip dari destilasi uap adalah memisahkan jenis senyawa tertentu dari suatu sampel
atau campuran senyawa berdasarkan titik didihnya.proses destilasi terjadi dengan
memanaskan suatu larutan sehingga menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali agar
menjadi cairan.suatu larutan memiliki komponen masing-masing yang akan menguap
berdasarkan titik didihnya masing-masing.
LAB yang sudah disiapkan kemudian di letakkan ke dalam pemanas dan
disambungkan dengan rangkaian alat destilasi.pemanasan dilakukan dengan menaikkan
temperatur secara perlahan dengan tujuan menghindari terbentuknya busa yang akan
mengkontaminasi destilat.kemudian dipasang pula corong pisah di klem cincin bagian
atas.corong pisah berisi aquadest dan menyambung dengan adapter claesin.tujuan dipasang
corong pisah berisi aquadest adalah untuk menyamakan sistem antara LAB dan erlenmeyer
yaitu dengan mengimbangi jumlah tetesan yang keluar dari LAB yaitu dengan meneteskan
aquadest dari corong pisah tersebut.kemudian diletakkan pula baskom berisi es batu untuk
mendinginkan erlenmyer tujuannya adalah agar hasil destilasi eugenol yang dihasilkan tidak
menguap.setelah semua alat disiapkan kemudian air dialirkan ke pendingin liebig.pada
pratikum ini digunakan 2 pendingin liebig.tujuan penggunaan pendingin liebig adalah untuk
mendinginkan hasil uap dari pemanasan sampel.Digunakan 2 pendingin liebig dengan tujuan
agar proses pendinginan berlangsung lebih lama sehingga hasil destilasi yang dihasilkan lebih
banyak.proses destilasi ini dilakukan selama uap yang masuk ke dalam pendingin liebig dan
kemudian didinginkan menghasilkan destilat berwarna keruh.Proses destilasi dihentikan
ketika eugenol sudah tidak ada di LAB,hal ini ditandai dengan hasil destilat yang berwarna
bening dan juga dapat dilakukan membau celah pada pendingin liebig apakah masih tercium
aroma cengkeh atau tidak.pada pratikum ini pratikan menunggu selama kurang lebih 45 menit
dan menghentikan destilasi karena telah dilakukan pembauan pada pendingin liebig kalau
sudah tidak ada aroma cengkeh lagi dan juga hasil destilat yang dihasilkan sudah
bening.Kemudian pratikan menjadikan waktu menunggu 45 menit tersebut untuk melakukan
replikasi destilasi karena kondisi proses destilasi sama.
Hasil dari destilasi tadi kemudian dipindah ke corong pisah dan ditambah 5g Nacl dan
dgojog.ditambahkan pula 15 ml diklorometan ke dalam erlenmeyer digojog kemudian di
masukkan ke corong pisah.bilas erlenmeyer dengan 10ml diklorometan kemudain masukkan
ke dalam corong pisah.tujuan pembilasan yaitu meminimalkan adanya destilat-destilat yang
tertinggal pada erlenmeyer.pembilasan digunakan diklorometan karena sama non polar
dengan eugenol.penambahan Nacl tujuannya adalah menurunkan kelarutan dalam air dan
mencegah
terjadinya
emulsi
yang
akan
menyebabkan
sebagian
produk
tidak
dilakukan penggojogan kemudian corong pisah diletakkan pada penjepit dan akan terbentuk 2
lapisan yang terpisah sempurna. proses ekstraksi akan efektif apabila dilakukan berulang kali.
Pada metode ekstraksi menggunakan corong pisah maka zat yang akan diekstraksi telah
terdistribusi pada 2 larutan berdasarkan koefisien partisinya.
Larutan diklormetan A, B, C, D, E dipindahkan ke dalam corong pisah 125 ml.
Tambahkan 100 mg eugenol pada B, kemudian kepada setiap corong pisah ditambahkan 30
ml larutan 5% kalium hidroksida. Larutan akan menjadi hangat menunjukkkan terjadinya
suatu reaksi eksotermis.reaksi yang terjadi antara eugenol dan KOH adalah terbentuknya
garam kalium eugenolat yang larut dalam air dan yang bukan eugenol akan terlarut dalam
diklorometan. Lapisan diklormetan dipisahkan ke dalam corong pisah ke dua. Ekstrak
kembali larutan diklormetan dengan masing-masing 25 ml larutan 5% kalium hidroksida
sebanyak dua kali. Lapisan air yang mengandung eugenol di gabungkan.masukkan lapisan air
ke dalam corong pisah 125ml dan cuci dengan 15ml diklormetan.tujuan pencucian agar tidak
ada eugenol yang tertinggal.kemudian pindahkan lapisan air ke dalam gelas beker 250 ml dan
dinginkan dengan bantuan es agar eugenol tidak menguap.
Kemudian dilakukan pengasaman pada lapisan air tersebut menggunakan larutan
5%asam klorida hingga mencapai pH 1(menggunakan pH indikator universal).dilakukan
pengasaman bukan pembasaan karena eugenol tidak bereaksi dengan basa melainkan bereaksi
dengan asam.tujuan pengasaman adalah untuk mendapatkan eugenol yang masih
bebas.kemudian larutan dipindahkan ke corong pisah lagi dan dilakukan pembilasan
menggunakan diklormetan 10ml.corong pisah digojog perlahan selama 4-5menit.Lapisan
organik (diklormetan) dikeluarkan ke dalam Erlenmeyer 125 ml. Ekstraksi diulang dua kali
lagi dengan masing-masing 10 ml diklormetan. Lapisan diklorometan kemudian digabungkan.
Pastikan lapisan diklormetan tidak terkontaminasi air karena air akan melarutkan eugenol.
Dengan corong pisah yang sama, lapisan diklormetan dicuci dengan 15 ml akuades.
Selanjutnya, larutan diklormetan dicuci dengan 15 ml larutan setengah jenuh natrium klorida
(dibuat dengan mencampur 8 ml larutan natrium klorida jenuh dengan 7 ml akuadest).tujuan
penambahan larutan Nacl setengah jenuh adalah menurunkan kelarutan eugenol dalam air
sehingga tidak terdapat lapisan air dalam diklormetan setelah dipisahkan.pindahkan larutan
diklormetan ke dalam erlenmeyer yang bersih.
Tambah 15 gram natrium sulfat anhidrat p.a (sebelumnya telah dikeringkan dalam
oven) ke dalam Erlenmeyer atau beker glass untuk mengeringkan larutan organik dari
air.pengeringan natrium sulfat anhidrat dilakukan dengan cara memasukkan natrium sulfat ke
dalam oven menggunakan cawan petri.cawan petri dalam keadaan terbuka sehingga dapat
kandungan air dalam natrium sulfat dapat menguap.tujuan digunakan natrium sulfat anhidrat
adalah untuk mengikat tapak-tapak air yang masih ada dalam larutan diklormetan sehingga
eugenol yang terkandung lebih murni.Jika natrium sulfat terlarut atau terbentuk cake,
mungkin larutan yang dikerjakan adalah fase airnya.
PEMEKATAN
Setelah melalui proses partisi oleh kelima sampel, yaitu sampel A, B, C, D, dan E
(blanko), lalu dilanjutkan proses pemekatan dimana tujuan dari proses pemekatan ini adalah
untuk menghilangkan pelarut yang digunakan yaitu diklorometan. Sampel A, B, C, D, dan E
(blanko) masing-masing dimasukkan ke dalam labu alas bulat 150 mL. Labu ini digunakan
sebagai labu destilasi, bukan untuk mengumpulkan hasil destilasi. Decanter larutan eugenol
dalam diklormetan kedalam labu alas bulat sesuai label (A, B, C, D, E). Decanter ini
dilakukan dengan cara menuangkan sampel ke labu alas bulat tidak seluruhnya (endapan tidak
ikut dituang) untuk mendapatkan hasil yang murni pada saat dievaporasi. Pada proses
pemekatan ini dilakukan penambahan 100 mg eugenol adalah pada labu sampel C.
Alat yang digunakan adalah rotary vacuum evaporator. Rotary vacuum evaporator
adalah instrument yang menggunakan prinsip destilasi atau pemisahan. Prinsip utama alat ini
yaitu terletak pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah
titik didihnya. Alat ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang
lainnya. Dan teknik yang dimaksud bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi dengan
menurunkan tekanan pada labu alas bulat yang sesuai dan memutar labu alas bulat dengan
kecepatan yang disesuaikan. Tekanan yang disesuaikan bertujuan agar pelarut dapat menguap
lebih dahulu sehingga meninggalkan senyawa yang diinginkan, jika tekanan yang terlalu
rendah dapat mengakibatkan suhu yang terlalu tinggi dan dapat menguapkan pelarut serta
senyawa yang dicari. Putaran labu alas bulat bertujuan agar larutan sampel yang sedang
dievaporasi dalam labu alas bulat di alat tersebut dapat bersentuhan dengan dinding labu alas
bulat sehingga tidak hanya sebagian permukaan dari sampel yang dievaporasi, namun
keseluruhan permukaan sampel dapat terevaporasi sehingga didapatkan senyawa yang
diinginkan yang lebih baik. Sehingga pada praktikum ini dari kelima sampel B, C, D, tersisa
minyak kuning pucat yang berbau tajam dank has dari cengkeh dan mengandung sekitar 98%
eugenol, sedangkan dari sampel A tidak didapatkan senyawa minyak tersebut. Hal ini
dikarenakan evaporasi yang terlalu lama sehingga pelarut dan senyawa eugenol menguap
seluruhnya sehingga tidak ada yang tersisa. Sedangkan dari sampel E sendiri adalah blanko
tanpa penambahan eugenol, sehingga tidak didapatkan senyawa minyak itu.
DETERMINASI
Setelah mendapatkan analit hasil evaporasi senyawa A, B, C, D, E dengan rotary
vacuum evaporator, selanjutnya melalui proses determinasi. Pada proses determinasi ini
dilakukan penambahan 100 mg eugenol adalah pada labu D.
Kolom yang digunakan adalah kolom kapiler yang berisi fase padat berupa PEG.
Sedangkan gas pembawa yang dipakai yaitu gas nitrogen. Digunakan pula gas hidrogen. Gas
H2 memiliki kecepatan alir untuk memperloleh hasil optimum 25cm/s. Beberapa hal yang
harus diatur dalam instrument sebelum dilakukan penginjeksian larutan baku dan sampel,
seperti aliran gas, suhu injector, suhu detector, dan suhu oven. Kecepatan aliran gas yang
digunakan yaitu 1 mL/menit. Suhu injector diatur pada 290C. Suhu oven diatur pada 150C.
Suhu pada injektor harus dibuat lebih besar agar sample yang berupa larutan cepat berubah
menjadi bentuk gas. Sedangkan suhu pada oven harus diatur lebih rendah agar energi kinetik
gas tidak terlalu besar, apabila terlalu besar maka sampel akan menguap sebelum terbaca oleh
detektor sehingga nantinya akan mempengaruhi besar AUC yang dihasilkan. Disamping itu,
suhu yang terlalu besar pada oven bisa menyebabkan kerusakan fase diam yang digunakan,
sehingga penting pula bagi peneliti untuk mengetahui batasan suhu maksimum dari fase diam
yang kita gunakan sebelum menentukan suhu oven yang digunakan. Suhu detector diatur
pada 270C agar sample tetap berwujud gas sampai di detector sehingga dapat dideteksi
hasilnya.
Tujuan dari proses determinasi ini adalah untuk penetapan kadar analit tiap seri. Pada
mulanya, praktikan harus membuat seri larutan baku dengan konsentrasi tertentu. Seri larutan
baku ini akan digunakan untuk membuat kurva baku. Larutan baku eugenol diambil sebanyak
5,0 ml menggunakan pipet gondok 5,0 ml kemudian diencerkan menggunakan heksan pada
labu ukur 25 ml. Campuran tersebut digunakan sebagai larutan baku stok. Digunakannya
pipet gondok 5 ml adalah karena tidak tersedianya pipet gondok 0,1 ml dan tidak
diperkenankan menggunakan pipet ukur dengan skala 0,1 ml karena ketidakvalidan alat yang
dikhawatirkan akan berdampak pada pengenceran larutan seri baku eugenol ini. Setelah itu
untuk seri baku, diambil masing masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml dan masing
masing di add dengan heksan pada labu ukur 10 ml sebagai seri baku 1, 2, 3, 4, dan 5.
didapat tersebut maka bobot eugenol dapat diketahui dengan cara mengalikan kadar dengan
faktor pengencerannya sehingga diperoleh bobot sampel A = 0.87 mg, B = 37.37 mg, C =
99.57 mg, D = 94.77 mg, dan E = 34.87 mg. Kemudian dilakukan perhitungan persen
recovery yang diperoleh data sebagai berikut: A = 34 %, B = 2.5 %, C = 64.7 %, D = 59.9 %.
Dan didapatkan persen kesalahan pada tahap determinasi 40.1 %, kesalahan pemekatan -4.8
%, kesalahan partisi 62.2% , kesalahan destilasi 59% dan total kesalahan yaitu sebesar 134%.
Kelebihan Gas Liquid Chromatography dibandingkan Gas Solid Chromatography adalah Gas
Liquid Chromatografi memiliki fase gerak gas dan fase diam (absorban) cair sehingga dapat
digunakan ketika sampel berbentuk cairan bahkan dalam volume kecil. Sedangkan Gas Solid
Chromatography memiliki fase gerak gas dan fase diam (absorban) padat sehingga hanya bisa
mendeteksi sampel padat. Untuk solid yang higroskopis, solid dapat dilarutkan terlebih dahulu
dalam bentuk larutan sehingga dapat dianalisis dengan Gas Liquid Chromatography. Gas
Solid Chromatography terlalu beresiko digunakan untuk solid yang higroskopis karena rentan
kehilangan senyawa/analit. Dapat disimpulkan bahwa cakupan analisis Gas Liquid
Chromatography lebih luas dibandingkan Gas Solid Chromatography (Berezkin, 1991).
Kromatografi Gas memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan metode kromatografi
lainnya, kelebihannya antara lain:
1) Analisis dapat dilakukan dengan cepat
2) Sensivitasnya tinggi
3) Mampu mengidentifikasi konstituen renik
4) Batas deteksi sampai dengan 10-9 g/L
5) Dapat dilengkapi system computer untuk mengontrol bagian- bagian kromatogram dan
menyimpan data hasil percobaan dalam memorinya.
Sedangkan kekurangan kromatografi Gas di antaranya adalah:
1) Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2) Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar.
3) Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fasa diam dan
za tterlarut.
Aplikasi Gas Chromatography
Metode ini digunakan untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester selain itu juga untuk analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam
buah. Misalnya untuk analisis kafein dalam urin dan plasma dapat dianalisis dengan
kromatografi gas dalam kondisi sebagai berikut:
Kolom
: OV-17
Suhu kolom
: 240OC
Gas pembawa
Detektor
: Nitrogen-fosfor
Suhu detektor
: 270OC
Suhu injektor
: 260OC
Volume injeksi
: 1 l (tanpa pemecahan)
Kisaran linier
: 0 10 g/ml (plasma)
: 0 40 g/ml (urin)
Standar internal
Penyiapan Sampel
Untuk plasma, sebanyak 0,2 ml plasma dimasukan dalam tabung sentrifuge, ditambah
50 l larutan standar internal 1g/ml, 0,2 ml larutan KOH 6 M, 100 mg natrium sulfat, dan 4
ml dietileter. Campuran digojog secara mekanik selama 10 menit. Ekstrak organic
dipindahkan, dikeringkan dengan natrium sulfat anhidrat, dan dikeringkan di bawah aliran gas
nitrogen dalam suhu kamar. Residu dilarutkan kembali dalam 0,1 ml etanol, dan diinjeksikan
ke sistem KG.
Untuk urin, sebanyak 1 ml urin dipipet ke dalam tabung sentrifuge 10 ml, ditambah
100 l larutan standar internal 1 g/ml, 0,5 ml larutan KOH 6 M, 500 mg natrium sulfat, 7 ml
dietileter. Campuran selanjutnya diperlakukan sebagaimana dalam plasma (Abdul,20102).
H.
KESIMPULAN
I.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Berdasarkan kromatogram 1 mL E yang disisihkan, tahap clean up tidak perlu
dilakukan karena pada kromatogram yang terbentuk sudah memberikan puncak yang
terpisah (tidak terjadi overlapping).
2. Konsentrsi larutan stok eugenol adalah 10.000 ppm
Pembuatan seri larutan baku eugenol
a.
Seri 1
6 ml x 10.000 = 10 ml x C2
V1 x C1 = V2 x C2
C2 = 6000 ppm
2 ml x 10.000 = 10 ml x C2
b.
Seri 4
C2 = 2000 ppm
8 ml x 10.000 = 10 ml x C2
Seri 2
C2 = 8000 ppm
4 ml x 10.000 = 10 ml x C2
c.
d.
e.
Seri 5
C2 = 4000 ppm
10 ml x 10.000 = 10 ml xC2
Seri 3
C2 = 10000 ppm
Konsentrasi(pp
Respon(AUC)
m)
2000
4000
6000
0.211
0.476
0.691
8000
0.833
10000
1.151
R = 0,998
B = 0,0001
y = Bx + A
R2 = 0,996004
y = 0,0001x 0,0087
y^
(yi-y^)2
2000
0.211
0.191
0.388x10-3
4000
0.476
0.3913
7.174x10-3
6000
0.691
0.5913
9.94x10-3
8000
0.833
0.7913
1.739x10-3
10000
1.151
0.9913
25.504x10-3
= 44.745x10-4
Y LOD= a + 3SB
= -0.0087 + 3x0.122 = 0.3573
LOD
= yLOD + 0.0087/0.0001
= 0.3573 + 0.0087/0.0001
= 3660 ppm
Y LOQ= a + 10SB
= -0.0087 + 10x0.122 = 1.2113
LOQ
= yLOQ + 0.0087/0.0001
= 1.2113 + 0.0087/0.0001
= 12200 ppm
= 0.122
4. Konsentrasi eugenol pada E sebesar 3487 ppm yang berarti dibawah nilai LOQ. Nilai
konsentrasi eugenol yang lebih rendah dari nilai LOQ membuat sampel E tidak bisa
dilakukan perlakuan analisis kuantitatif. Nilai LOQ sendiri merupakan batas
konsentrasi terendah sampel yang dapat diterima, apabila konsentrasi sampel yang
diperoleh berada dibawah LOQ, makan sampel tersebut perlu ditingkatkan kadarnya
agar bisa masuk dalam batas LOQ.
5. % Recovery A = (bobot A-bobotE)/bobot eugenol adisi A x 100%
= (0.87mg-34.87mg)/100mg x 100%
= -34 %
% Recovery B = (bobot B-bobotE)/bobot eugenol adisi B x 100%
= (37.37mg-34.87mg)/100mg x 100%
= 2.5 %
% Recovery C = (bobot C-bobotE)/bobot eugenol adisi C x 100%
= (99.57mg-34.87mg)/100mg x 100%
= 64.7 %
% Recovery D = (bobot D-bobotE)/bobot eugenol adisi D x 100%
= (94.77mg-34.87mg)/100mg x 100%
= 59.9 %
6. % kesalahan total
= 100 % - % recovery A
= 100 % - (-34%) = 134 %
DAFTAR PUSTAKA
Rohman, Abdul dan Sudjadi, 2012, AnalisisFarmasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp.429430.
Berezkin, V.G., 1991, Gas-Liquid-SolidChromatography, Marcel Dekker. Inc, New York, pp.
2.
Bassett,J.,dkk., 1994, Buku ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, EGC, Jakarta,
pp. 243.
Gandjar,I.G. danRohman, A.,2007, Kimia FarmasiAnalisis, PustakaPelajar, Yogyakarta,
pp.420.
McNair,H.M.,Miller,J.M.,2009,Basic Gas Chromatography, 2nd edition, John wiley & sons,
USA, pp.23-35.
Rohman., A., 2012., Kimia Farmasi Analisis, Cetakan IX, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp.
430,431,462.
Watson,D.G., 2009, Analisis Farmasi : Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi
Farmasi, edisi 2, EGC, Jakarta, pp. 279-284.