GAS-CAIR (GLC)
Oleh :
Nuzila Delayaski (I0517064)
Raihan Rafif Alhakim (I0517066)
Raisha Verniastika (I0517067)
Siti Habibah (I0517078)
Yohanita Restu W (I0517091)
DAFTAR ISI
Pendahuluan
3. Tempat injeksi
4. Tabung kolom
5. Detektor
6. Amplifier elektronik
7. Rekorder
8. Termostat
Proses
1. Sebelum dioperasikan, instrumen diperiksa; apakah kolomnya sudah sesuai yang diinginkan. Apakah
septum di injection port masih baik tidak bocor. Apakah detektor sudah terpasang sesuai yang
dikehendaki, dll.
2. Aliran gas dimulai dengan kecepatan alir yang rendah dengan membuka katup utama dan sekunder
pada tanki gas pembawa hingga menunjukkan jarum 15 psi, ini memungkinkan aliran gas pembawa 2-5
ml/menit untuk kolom paking atau 0,5 ml/menit untuk kolom kapiler. Selanjutnya diperiksa ada tidaknya
kebocoran gas pada sambungan ke kolom dan keluar kolom menggunakan semprotan sabun.
3. Kolom dipanaskan hingga suhu awal yang dikehendaki, suhu detektor diatur 10-25°C lebih tinggi dari
suhu kolom, demikian juga suhu injection port.
4. Kecepatan (laju) aliran gas kemudian dinaikkan hingga 25-30 ml/menit kolom paking kolom atau
hingga dicapai kecepatan alir gas optimum.
5. Bila digunakan Detektor ionisasi nyala perlu diperhatikan adanya gas hidrogen dan udara yang mengalir
ke detektor tersebut.
6. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang mudah menguap, volume sampel yang diinjeksikan tergantung
jenis detektor yang digunakan. ( TCD=>10 µl, FID= 1-10 )µl, BCD =0,1-5 µl. dengan micro syringe) Selama
elusi yaitu selama perjalanan sampel dari injection port hingga detektor, jika suhu kolom dipertahankan
tetap, maka elusi demikian disebut Elusi isotermal. Sedangkan Elusi dengan suhu terprogram
(temperature programming) (Gambar 9) adalah selama elusi suhu kolom diatur naik bertahap dengan
kecepatan tertentu, atau diatur naik pada suhu tertentu kemudian dan ditahan suhunya. (linier dan
kenaikan divariasikan).
7. Signal dari detektor ini akan direkam sebagai kromatogram pada rekorder sederhana atau yang diolah
mikroprosesor ditampilkan pada layar monetor. Pada kromatogram yang ditampilkan oleh mikroprosesor
sekaligus dapat diketahui kadar tiap komponen.
Prinsip Kerja Alat :
1. Fasa Mobil
Fasa mobil dipasok dari tanki melalui pengaturan pengurangan
tekanan. Kemudian membawa cuplikan langsung ke dalam kolom. Jika hal
ini terjadi, cuplikan tidak menyebar sebelum proses pemisahan. Cara ini
cocok untuk cuplikan yang mudah menyerap. Gas pembawa ini harus
bersifat inert dan harus sangat murni. Seringkali gas pembawa ini harus
disaring untuk menahan debu uap air dan oksigen. Gas sering digunakan
adalah N2, H2 He dan Ar.
2. Sistem Injeksi Sampel
Sampel dimasukkan ke dalam aliran gas, jika sampel berupa cairan
harus diencerkan terlebih dahulu dalam bentuk larutan. Injeksi sampel dapat
diambil dengan karet silicon ke dalam oven, banyak sampel 0,1-10 ml.
3. Kolom
Fungsi kolom merupakan ”jantung” kromatografi gas dimana terjadi
pemisahan komponen. komponen cuplikan kolom terbuat dari baja tahan
karat, nikel, kaca.
Ada dua type kolom :
– Kolom Partisi, berisi bahan padat inert menyangga lapisan tipis cairan,
disebut Kromatografi Gas Cair (GLC)
– Kolom Adsorbsi, berisi partikel penyerap yang umumnya digunakan untuk
analisa gas permanen dan hidrokarbon rendah disebut Kromatografi Gas
Padat (GSC)
4. Detektor
Fungsi detektor untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari
kolom dan merespon perubahan komposisi yang terelusi. Suhu detektor
harus panas agar cuplikan tak mengembun. Pelebaran puncak dan
menghilangnya puncak komponen merupakan ciri khas
terjadinya pengembunan. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih
panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan
kondensasi dalam detektor.
5. Pencatat
Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada
sebuah kertas yang hasilnya disebut kromatogram atau disebut juga
kumpulan puncak grafik.
Kegunaan Kromatografi Gas Cair :