Anda di halaman 1dari 8

103 Sintesis Polieugenol dengan ....................

(Wuryanti Handayani)

Sintesis Polieugenol Dengan Katalis Asam Sulfat


(Synthesis of Polyeugenol with Sulfuric Acid Catalyst)

Wuryanti Handayani
Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember

ABSTRACT
Synthesis of polyeugenol with sulfuric acid catalyst has been studied in this work. Clove leaf oil was extracted
and fractionated to yield eugenol. Eugenol was polimerizated with sulfuric acid in variation ratio. Fraction 3
was pure eugenol between another fractions. Polyeugenol with ratio catalyst: monomer = 1:2 was the best
polimer. In ratio catalyst: monomer = 1:8, polyeugenol was not resulted.

Keywords: Synthesis, Polieugenol, Sulfuric Acid

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Eugenol merupakan salah satu komponen
kimia dalam minyak cengkeh yang Bahan
memberikan bau dan aroma yang khas pada Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
minyak cengkeh. Considine dan Considine adalah minyak daun cengkeh kotor yang
(1982) menyatakan bahwa eugenol murni diperoleh dari Laboratorium Organik
merupakan cairan tidak berwarna, berbau Universitas Gadjah Mada. Minyak tersebut
keras, dan mempunyai rasa pedas. Eugenol diredestilasi, sehingga diperoleh minyak daun
mudah berubah menjadi kecoklatan apabila cengkeh bersih.
dibiarkan di udara terbuka. Dalam bidang
industri pemanfaatan eugenol masih terbatas Isolasi Eugenol
pada industri parfum (Chairil, 1994). Minyak daun cengkeh bersih diekstraksi
Eugenol merupakan komponen kimia dengan NaOH 4 M. Fase organik diekstraksi
utama dalam minyak daun cengkeh, yaitu 79- dengan petroleum eter. Fase anorganik
90% volume (Ketaren, 1985). Menurut kemudian diasamkan dengan HCl hingga
Guenther (1950) eugenol merupakan netral. Hasil yang didapat dikeringkan dengan
komponen utama minyak cengkeh yaitu 80- Na2SO4 anhidrat, lalu dilanjutkan dengan
90%. Hasil penelitian Deyena dan Horiguchi evaporator Buchi. Residu ditimbang dan
(1971) menyebutkan bahwa minyak cengkeh difraksinasi dengan destilasi bertingkat
mengandung eugenol 80,7%, sedangkan pengurang tekanan. Fraksi yang diperoleh dari
Chakrabarki dan Ghosh (1974) menemukan isolasi eugenol dikarakterisasi dengan
eugenol 80-93% dalam minyak cengkeh yang kromatografi gas dan spektrofotometer
berasal dari India. inframerah
Polimerisasi dengan bahan baku senyawa
alam seperti eugenol merupakan suatu hal yang Polimerisasi
relatif baru dilakukan. Pengembangan dan Sejumlah Eugenol murni ditetesi dengan 0,25
pemanfaatan polimer tersebut semakin mL katalis asam sulfat pekat setiap 30 menit
diperluas. Polimer menggantikan material sebanyak empat kali. Reaksi polimerisasi
tradisional mulai dari industri bangunan, dihentikan dengan menambahkan 1,0 mL
industri kemasan, industri serat kain, serta metanol dua jam setelah penambahan katalis
industri otomotif dan pesawat terbang. terakhir. Padatan yang terbentuk dilarutkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dalam kloroform. Larutan polimer dicuci
eugenol dari minyak cengkeh dan mensintesis dengan akuades hingga netral, kemudian
polieugenol pada kondisi tekanan dan suhu dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat dan
kamar dengan katalis asam sulfat. Hasil dilanjutkan dengan evaporator Buchi. Polimer
penelitian ini diharapkan dapat menambah nilai ini dikarakterisasi dengan metode
guna eugenol, sehingga dapat dimanfaatkan spektrofotometer IR dan kromatografi lapis
sebagai bahan baku sintesis polieugenol. tipis.
Jurnal ILMU DASAR, Vol.2 No.2, 2001: 103-110 104

HASIL DAN PEMBAHASAN cengkeh juga terdapat kariofilena dan terpena-


terpena lain.
Isolasi Dan Karakterisasi Eugenol Pengasaman dengan HCl bertujuan untuk
Isolasi eugenol dilakukan secara kimiawi dan mengubah garam natrium eugenolat menjadi
pemurniannya dengan destilasi bertingkat eugenol. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
pengurang tekanan. Hasil ekstraksi yang penggaraman biasa. Dalam reaksi ini ion
diperoleh dari 500 g minyak daun cengkeh eugenolat akan menangkap ion hidronium yang
bersih adalah 384,9 g atau 76,98%. Hasil berasal dari ionisasi sempurna HCl. Hasil
ekstraksi sangat dipengaruhi oleh konsentrasi reaksi adalah eugenol dan garam NaCl.
larutan NaOH yang akan mengikat eugenol Eugenol akan berada pada lapisan atas.
dari minyak daun cengkeh. Eugenol diisolasi Pemurnian eugenol dilakukan dengan
sebagai garam natrium eugenolat yang larut destilasi bertingkat pengurang tekanan, karena
dalam air dan berada pada lapisan bawah. titik didih eugenol sangat tinggi (2250C) pada
Reaksi ini bersifat eksotermis, sehingga tekanan 1,0 Atm (Dean, 1987). Pengurangan
pemisahan garam tersebut dilakukan setelah tekanan dilakukan dengan menyambungkan
campuran dingin. alat destilasi pada vakum minyak, sehingga
Ekstraksi garam natrium eugenolat tekanannya dapat turun hingga 6,0 mmHg.
dengan petroleum eter bertujuan untuk Pada tekanan tersebut titik didih eugenol pada
memisahkan bahan organik selain eugenol setiap fraksi berkisar antara 103-1140C. Tabel
yang mungkin masih ada selama proses 1 menunjukkan hasil pemurnian dan
pemisahan. Hal ini akan meningkatkan karakterisasi eugenol dengan destilasi
kemurnian eugenol yang diperoleh, karena bertingkat. Jika dilihat dari titik didihnya,
menurut Hardjono (1978) dalam minyak maka fraksi yang paling tinggi kemurniannya
adalah fraksi 3.

Tabel 1. Hasil pemurnian eugenol dengan destilasi bertingkat

Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3

Berat (g) 81,20 138,75 158,70

Warna Tidak berwarna Tidak berwarna Kekuningan

Td (0C)/ 6,0 mmHg 103-108 109-113 114

BJ /300C 1,049 1,058 1,064

% Eugenol 21,10 36,05 41,23

Kemurnian (KG) 85,81 91,09 95,65

Analisis Kemurnian Eugenol 85,81%. Lima puncak yang lain menunjukkan


Dari kromatogram hasil analisis fraksi 1 adanya senyawaan organik lain, yaitu terpena
dengan kromatografi gas terlihat enam puncak lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
(Gambar 1). Puncak tertinggi terdapat pada Hardjono (1978) bahwa dalam minyak cengkeh
waktu retensi 6,345 yang merupakan puncak terkandung senyawa organik seperti kariofilena
eugenol. Luas area puncak menunjukkan dan terpena lain.
konsentrasi eugenol dalam fraksi I yaitu
105 Sintesis Polieugenol dengan .................... (Wuryanti Handayani)

Gambar 1. Kromatogram fraksi 1

Gambar 2. Kromatogram fraksi 2

Gambar 2 menunjukkan kromatogram luas area menurun. Hal ini menunjukkan fraksi
hasil analisis fraksi 2. Puncak tertinggi 2 lebih murni daripada fraksi 1.
terdapat pada waktu retensi 6,351. Luas area Kromatogram fraksi 3 mempunyai puncak
meningkat menjadi 91,09% yang menunjukkan tertinggi pada waktu retensi 6,372 dengan luas
konsentrasi eugenol meningkat. Dalam fraksi 2 area 95,65% (Gambar3). Puncak-puncak lain
juga masih terdapat lima puncak lain, tetapi semakin banyak, tetapi luas areanya kecil. Hal
Jurnal ILMU DASAR, Vol.2 No.2, 2001: 103-110 106

ini disebabkan oleh pemanasan kolom yang Analisis Struktur Eugenol Dengan
menyebabkan senyawa-senyawa organik selain Spektrofotometer IR
eugenol terurai. Spektra inframerah eugenol fraksi 3 dapat
Fraksi 3 digunakan untuk penelitian dilihat pada Gambar 4 dan hasil analisis
selanjutnya, karena fraksi ini memiliki tingkat spektranya dapat dilihat pada Tabel 2. Spektra
kemurnian paling tinggi di antara fraksi-fraksi yang dihasilkan dari serapan eugenol terhadap
lain. Besarnya luas area puncak tertinggi dan sinar inframerah menunjukkan struktur gugus-
perbandingan antara puncak-puncak tertinggi gugus fungsi. Dengan struktur gugus-gugus
dengan puncak-puncak lain menunjukkan fungsi yang ada dapat diinterpretasi struktur
fraksi 3 paling murni. keseluruhan molekul tersebut.

Gambar 3. Kromatogram fraksi 3

Gambar 4. Spektra inframerah fraksi 3


107 Sintesis Polieugenol dengan .................... (Wuryanti Handayani)

Tabel 2. Hasil analisis spektra inframerah bilangan gelombang 817,8 cm-1, gugus vinil
eugenol (995,2 dan 914,2 cm-1), gugus metil (1367,4
cm-1), gugus metilen (1431,1 cm-1), dan gugus
OH (3448,5 cm-1). Rumus struktur eugenol
Serapan (cm-1) Gugus Karakteristik dapat dilihat pada Gambar 5.
3448,5 Gugus hidroksil

2910,4 dan Gugus karbon jenuh


2842,9

1637,5 Gugus karbon tak


jenuh (olefin)

1612,4 dan 1514 Gugus aromatik

1431,1 Gugus metilen


Gambar 5. Rumus struktur eugenol
995,2 dan 914,2 Gugus vinil
Sintesis Polieugenol
817,8 Aromatik trisubstitusi Asam sulfat pekat yang digunakan dalam
sintesis polieugenol ini adalah 1,0 mL,
sedangkan berat eugenolnya bervariasi sesuai
dengan perbandingan mol dengan katalis.
Berdasarkan spektra inframerah, eugenol Hasil polimerisasi dan karakterisai polimer
memiliki gugus-gugus karakteristik yakni terdapat pada Tabel 3.
gugus aromatis yang tersubtitusi para pada

Tabel 3. Hasil polimerisasi eugenol dengan katalis asam sulfat pekat

1:2 1:4 1:8

Jumlah katalis (mL) 1 1 1

Jumlah monomer (g) 5,9 11,8 23,6

Polimer terbentuk (g) 3,55 8,18 -

Wujud polimer padat gel cair

Warna polimer coklat tua hitam hitam

% Hasil 19,66 69,32 -

TL (0C) 129 - -

Asam sulfat termasuk asam Bronstead- polimerisasi menggunakan katalis asam sulfat
Lowry (Gould, 1959), yakni senyawa yang pekat ini terjadi melalui tahapan-tahapan: tahap
dapat menghasilkan proton berupa ion H+. Ion inisiasi, tahap propagasi, dan tahap terminasi.
H+ ini yang akan memprotonasi monomer, Tahap inisiasi ditandai dengan terjadinya
sehingga menghasilkan kation. Reaksi perubahan warna larutan menjadi merah. Pada
Jurnal ILMU DASAR, Vol.2 No.2, 2001: 103-110 108

tahapan ini terjadi reaksi adisi pada monomer. Analisis Struktur Polieugenol Dengan
Reaksi tersebut mengikuti Hukum Spektrofotometer IR
Markovnikoff bahwa stabilitas ion karbonium Spektra inframerah dari polimer dengan
menentukan reaktivitas dalam polimerisasi menggunakan katalis pada perbandingan
berikutnya. katalis: monomer = 1:2 dapat dilihat pada
Tahap propagasi terjadi ikatan kovalen Gambar 6. Dari spektra tersebut terlihat bahwa
antara kation dengan monomer. Pada tahap ini serapan gugus olefin (1636,5 cm-1) dan serapan
kation yang terbentuk menangkap elektron dari gugus vinil (995,2 cm-1) hilang. Hal ini berarti
ikatan rangkap yang dimiliki oleh eugenol. telah terjadi reaksi adisi terhadap ikatan
Proses propagasi akan menentukan panjang rangkap yang ada dalam eugenol yang
rantai polimer. Tahap terminasi merupakan menunjukkan telah terjadi polimerisasi. Secara
penghentian proses polimerisasi, yaitu dengan fisik dapat dilihat bahwa polimer yang
menambahkan ion negatif. dihasilkan berwujud padat.

Gambar 6. Spektra inframerah polimer dengan perbandingan katalis: monomer= 1:2

Gambar 7. Spektra inframerah polimer dengan perbandingan katalis: monomer= 1:4


109 Sintesis Polieugenol dengan .................... (Wuryanti Handayani)

Spektra hasil polimerisasi eugenol dengan Gambar 8 menunjukkan spektra polimer


perbandingan 1:4 dapat dilihat pada Gambar 7. dengan perbandingan katalis: monomer= 1:8.
Spektra tersebut menunjukkan hilangnya Pola spektra serapan Gambar 8 mirip dengan
serapan gugus olefin pada frekuensi 1637,5 cm-1, spektra eugenol (Gambar 5), terutama pada
tetapi serapan gugus vinil masih tampak. gugus-gugus karakteristiknya. Hal ini
Keadaan ini menunjukkan reaksi polimerisasi menunjukkan bahwa polimerisasi eugenol
belum sempurna. Hal ini dibuktikan dengan dengan katalis asam sulfat pekat pada
hasil reaksi berwujud gel. perbandingan 1: 8 tidak terjadi.

Gambar 8. Spektra inframerah polimer dengan perbandingan katalis: monomer= 1:8

Gambar 9. Kromatogram lapis tipis eugenol dan polieugenol hasil sintesis


Jurnal ILMU DASAR, Vol.2 No.2, 2001: 103-110 110

Selain dengan spektra IR, polieugenol Plants Grown in West Bengal, Indian
dikarakterisasi dengan kromatografi lapis tipis. Perfumer, 18,1.
Gambar 9 menunjukkan kromatogram lapis Considine, D.M. dan G.D. Considine, 1982.
tipis eugenol dan polieugenol. Data Food and Food Production
kromatogram menunjukkan Rf eugenol= 0,93; Encyclopedia, Van Nortand Reinhold
Rf polieugenol menggunakan katalis 1:2= 0,76; Co., New York.
Rf polieugenol menggunakan katalis 1:4= 0,76; Dean, A., 1987. Handbook of Organic
dan Rf polieugenol dengan katalis 1:8= 0,89. Chemistry, Mc Graw-Hill Book Co.,
New York.
KESIMPULAN Deyena, T. dan T. Horiguchi, 1971. Studies of
Eugenol yang murni dengan rendemen tinggi the Components of Essential Oil of
diperoleh dari minyak cengkeh dengan metode Clove (Eugenia caryophyllata
destilasi bertingkat pengurang tekanan pada Thumber), Yokugaku Zasshi, 91, 22.
fraksi 3. Polimerisasi kationik eugenol yang Gould, E.S., 1959. Mechanism and Structure
dilakukan pada tekanan dan suhu kamar dapat in Organic Chemistry, Holt, Reinhart
dilakukan dengan katalis asam sulfat pada and Winston, New York.
perbandingan katalis: monomer= 1:2 dan 1:4. Guenther, E., 1950. The Essential Oils.
Volume IV, D, Van Norstand
DAFTAR PUSTAKA Company Inc., New York.
Chairil, A, 1994. The conversion of Eugenol Hardjono, S., 1978. Isolation and Utilization
into More Valuable Substances, of Eugenol from Clove Leaf Oil,
Disertation, Gadjah Mada University, Disertation, Gadjah Mada University,
Yogyakarta. Yogyakarta.
Chakrabarki, M.M. dan S.K. Ghosh, 1974. Ketaren, S., 1985. Pengantar Teknologi
Studies on Some Essential Oils from Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai