Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No.

2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

PENGAMBILAN MINYAK NABATI DARI BIJI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DENGAN
PELARUT N-HEKSANA
(Variabel Waktu Ekstraksi dan Suhu Ekstraksi )

Ranny Novella, Ani Purwanti


Jurusan Teknik Kimia, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
email : novellaranny@gmail.com

INTISARI

Alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Tanaman
alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh
negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah
alpukat, buah alpukat mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Di samping daging buahnya, biji alpukat
juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup
tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati.
Pada penelitian ini, minyak biji alpukat dihasilkan dengan metode ekstraksi menggunakan
pelarut n-heksana dengan variabel waktu dan suhu ekstraksi untuk mengetahui mutu minyak biji
alpukat dilakukan analisis, %yield, angka iod, angka penyabunan, dan %FFA.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dalam biji alpukat optimum
mencapai 4,660% dengan kadar air 10.41%. Yield optimum pada penelitian di pengaruhi oleh
o
variabel operasi, saat waktu ekstraksi 180 menit, suhu proses 60 C, massa biji alpukat 50 gram,
volume pelarut 500 mL dan kecepatan pengadukan 500 rpm. Angka yodium diperoleh 2,8823 g
iod/g, kadar asam lemak bebas (%FFA) sebesar 0,9586%, dan angka penyabunan 47,3794 mg
KOH/g minyak.
Kata kunci :biji alpukat, ekstraksi,n-heksana,variabel proses, minyak biji alpukat

PENDAHULUAN ether, benzene, kloroform) atau sebaliknya


Alpukat memiliki kandungan gizi tinggi ketidak larutanyan dalam air (Sudarmadji,
dan hampir semua orang menyukai alpukat. 1989).
Namun, kebanyakan orang hanya memakan Menurut Ketaren (1986) dijelaskan
daging buahnya saja, sedangkan biji alpukat bahwa minyak merupakan ester dari gliserol
dibuang dan menjadi limbah. dan asam lemak. Pembentukan trigliserida
Produksi alpukat di Indonesia cukup secara umum menurut reaksi sebagai berikut:
tinggi, hal ini dapat di buktikan dengan data
produksi buah alpukat di Indonesia pada
tahun 2013 dari Badan statistik produksi
hortikultural yaitu mencapai 289.893 ton per
tahun. Produksi alpukat mengalami
peningkatan pada tahun 2014 hingga
mencapai 307.318 ton, seiring dengan
peningkatan produksi alpukat, maka limbah biji
alpukat yang dihasilkan juga meningkat. Oleh Gliserol Asam lemak Trigliserida
karena itu, perlu di lakukan pengolahan
terhadap limbah biji alpukat dengan dilakukan Trigliserida dapat berwujud padat atau
penelitian mengenai biji alpukat. cair, hal ini tergantung dari komposisi asam
Biji alpukat mengandung 15-20% lemak yang menyusunnya. Sebagaian besar
minyak. Biji alpukat yang mengandung minyak minyak nabati berbentuk cair karena
cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat mengandung sejumlah asam lemak tidak
dijadikan sebagai sumber minyak nabati jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, dan asam
(Prasetyowati dkk., 2010). linoleat.komposisi asam lemak biji alpukat
Minyak dan lemak merupakan salah dipaparkan di tabel 1.
satu kelompok yang termasuk golongan lipida.
Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan
lipida (termasuk minyak dan lemak) adalah
daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya
75
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

Tabel 1. Komposisi Asam Lemak Biji pengaruhi oleh waktu. Makin lama waktu
Alpukat. ekstraksi, makin banyak kadar solut dalam
ektrak, tetapi hal ini tidak dapat berlangsung
terus menerus, karena bila proses sudah
berlangsung cukup lama , maka kadar solut
dalam ekstrak akan relatif tetap, karena
kesetimbangan sistem padat cair tergantung
waktu dari waktu ekstraksi (susiloningsih,
1999).

3. Ukuran bahan
Semakin kecil ukuran berarti semakin
luas permukaan singgungnya sehingga
kontak antara bahan dan zat pelarut
semakin baik (Suwaji dkk.,1979)

4. Jenis pelarut
Sumber: Rachimoellah, (2009:3) Pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi harus dapat melarutkan senyawa
Berdasarkan kegunaannya, minyak yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan
terbagi menjadi dua golongan. Pertama, yang besar, tidak menyebabkan perubahan
minyak yang dapat digunakan dalam industri secara kimia pada komponen ekstrak, dan
makanan (edible oils) dan dikenal dengan titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu
nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, dekat (Bernasconi, 1995).
minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak
kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang 5. Perbandingan jumlah bahan dengan
digunakan dalam industri non makanan (non pelarut
edible oils) misalnya minyak kayu putih, Perbandingan jumlah pelarut dengan
minyak jarak (Ketaren, 1986). jumlah bahan berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi, jumlah pelarut yang
Pengambilan minyak dari biji-bijian berlebihan tidak akan mengekstrak lebih
dapat diperoleh dengan metode ekstraksi banyak, namun dalam jumlah tertentu
pengepresan mekanis atau ekstraksi dengan pelarut dapat bekerja optimal
pelarut. Ekstraksi dengan pelarut merupakan
cara untuk memisahkan minyak yang banyak 6. Kecepatan pengadukan
digunakan. Dalam penelitian minyak biji Pada proses ekstraksi dengan
alpukat menggunakan metode ekstraksi pengaduk, semakin besar kecepatan
dengan pelarut n-heksana. pengadukannya akan dapat mempercepat
N-heksana merupakan jenis pelarut proses dan memperbanyak hasil ekstraksi.
organik. Fungsi dari heksana adalah untuk Hal ini disebabkan karena dengan
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan pengadukan akan menyebabkan kontak
lemak, sehingga merubah warna dari kuning antara bahan dengan pelarut semakin besar
menjadi jernih (Mahmudi, 1997). (Kim dkk.,2006)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah minyak teram bil dengan cara ekstraksi
adalah sebagai berikut : METODE PENELITIAN
1. Suhu ekstraksi
Makin tinggi suhu, maka semakin 1. Bahan Penelitian
besar daya larut bahan dalam solvent Bahan yang digunakan adalah biji
sehingga randemen yang terbentuk lebih buah alpukat.
banyak. Namun dengan suhu yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan dekomposisi 2. Alat Penelitian
sehingga perlu dicari suhu optimumnya Alat yang digunakan adalah timbangan
(Markakis,1982). digital, blender, pisau, talenan, ayakan mesh,
gelas arloji, corong hisap, kertas saring, gelas
2. Waktu ekstraksi ukur, erlenmeyer,labu distilasi, penangas air
Banyaknya solut dalam ekstrak yang gelas arloji, corong gelas,batang pengaduk,
terambil dalam suatu proses ekstraksi di

76
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

c. Proses Distilasi
Filtrat yang diperoleh kemudian di
uapkan untuk memisahkan minyak dengan
o
pelarutnya dengan suhu 70 C dan waktu 60
menit. Setelah cairan mulai pekat,
penguapan dihentikan dan minyak yang
tertinggal di labu distilasi dimasukkan
kedalam botol penampung yang telah
diketahui beratnya. Kemudian botol yang
berisi minyak ditimbang untuk mengetahui
berat minyak yang terambil.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bahan baku proses awal dilakukan
analisa kadar air, hasil menunjukkan kadar air
Gambar 1. Rangkai Alat Ekstraksi dalam biji alpukat basah adalah 78,5654%.
Dan kadar air biji alpukat kering sebesar
Keteranga: 10,41%. Penelitian dilakukan dengan proses
1.Water bath 5.Pengaduk berat bahan baku 50 gr dan volume pelarut
2.Labu leher tiga 6.Termometer sebanyak 500 mL , kecepatan pengadukan
3.Statif dan klem 7.Pendingin balik 500 rpm dan variable waktu dan suhu
4.Motor pengaduk ekstraksi.

3. Variabel yang Diteliti 1. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap


Penelitian ini meliputi variable waktu massa minyak (gram) dan yield minyak (%).
ekstraksi dan suhu ekstraksi. Penelitian dilakukan menggunakan
a. Variabel waktu ekstraksi metode optimasi pada varibel pertama yaitu
Proses ekstraksi dilakukan dengan perbandingan bahan kemudian hasil terbaik
variasi waktu yaitu 30 menit,60 menit, dari variabel pertama digunakan untuk
120menit, 180 menit, 210 menit, dan 240 menentukan optimasi pada variabel kedua
menit. yaitu suhu ekstraksi.
b. Variabel suhu ekstraksi Untuk mengetahui pengaruh optimasi
Proses ekstraksi dilakukan dengan minyak terambil dan yield minyak dilakukan
o o o o
variasi suhu mulai 30 C, 40 C, 45 C, 50 C, penelitian dengan variabel waktu ekstraksi dan
o o o
55 C,60 C, dan 65 C. dibutuhkan variabel tetap yaitu berat bahan
baku awal 50 gram dengan,volume pelarut air
o
4. Prosedur Penelitian 500mL, suhu proses 60 C.
Penelitian ini meliputi beberapa
tahapan sebagai berikut: Tabel 2. Pengaruh waktu ekstraksi
a. Penyiapan bahan baku terhadap massa minyak dan yield minyak
Biji alpukat dibersihkan dari kulit biji, terambil
dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian Massa
Waktu Yield
dikeringkan menggunakan oven pada suhu Sampel Minyak
(menit) (%)
o
100-105 C dan analisa kadar air bahan (gram)
baku, Biji yang telah kering dihaluskan 1 30 1,202 2,404
menggunakan blender dan diayak dengan 2 60 1,264 2,528
ukuran 70 mesh hingga diperoleh bubuk biji 3 90 1,507 3,014
alpukat. 4 120 2,203 4,406
b. Proses Ekstraksi 5 150 2,215 4,430
Bubuk biji alpukat dengan berat 50 6 180 2,330 4,660
gram dimasukkan dalam labu leher tiga, 7 210 1,572 3,144
kemudian ditambahkan pelarut n-heksana 8 240 1,501 3,002
dengan jumlah 500 mL dan kecepatan Dari tabel 2 dapat di lukiskan grafik
pengadukan 500 rpm dengan waktu dan hubungan antara waktu (menit) dengan massa
suhu yang divariasikan. Adapun hasil dari minyak dan persen yield (%) dan dapat dilihat
ekstraksi yang diperoleh didinginkan pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini.
kemudian di saring.

77
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

2.5 menit. Setelah dilakukan proses ekstraksi dan


distilasi didapatkan hasil:
Massa Minyak (gram)

2
Tabel 3. Pengaruh Suhu Ekstraksi
1.5 Terhadap Massa Minyak Dan Yield Minyak
Suhu Massa
1 Yield
Sampel Ekstraksi Minyak
o (%)
0.5 ( C) (gram)
1 30 1,005 2,01
0 2 40 1,041 2,082
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 3 45 1,197 2,394
4 50 1,471 2,942
Waktu(menit) 5 55 1,863 3,726
6 60 2,334 4,668
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Waktu 7 65 1,891 3,782
Dengan Massa Minyak
Dari tabel 3 dapat dilukiskan grafik
o
5 hubungan antara suhu ekstraksi ( C) dengan
4.5 massa minyak (gram) dan yield (%) dapat
4 dilihat pada gambar 3 dan 4 sebagai berikut
Yield (%)

3.5
3 2.5
2.5 Massa Minyak (g)
2 2
1.5
1 1.5
0.5 1
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 0.5
Waktu (menit) 0
0 10 20 30 40 50 60 70
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Waktu Suhu (oC)
Ekstraksi Dengan Yield
Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Suhu
o
Dari gambar 2 terlihat bahwa semakin Ekstraksi ( C) Dengan Massa Minyak (g).
lama waktu ekstraksi maka minyak terambil
akan semakin banyak, dan gambar 3 yield
5
minyak semakin tinggi, disebabkan karena
terjadi kontak yang cukup lama antara bahan 4
Yield (%)

dengan pelarut. Namun, berdasarkan hasil 3


penelitian dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan minyak yang dihasil pada waktu 2
ekstraksi yang melebihi batas 180 menit, 1
karena waktu ekstraksi atau pemanasan yang
terlalu lama kemungkinan terjadi kerusakan 0
pada bahan. 0 10 20 30 40 50 60 70
Titik optimal tercapai pada waktu Suhu (oC)
ekstraksi 180 menit, sehingga penambahan
waktu lebih dari 180 menit tidak lagi efektif Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Suhu
o
untuk mengambil minyak pada biji alpukat. Ekstraksi ( C) Dengan Yield Minyak (%).

2. Pengaruh suhu ekstraksi terhadap Dari gambar 3 dapat terlihat bahwa


massa minyak (gram) dan yield minyak (%). semakin tinggi suhu ekstraksi maka semakin
Hasil yang optimal pada variabel besar massa minyak terambil, dan gambar 4
waktu ekstraksi dijadikan dasar dalam uji bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka
variabel suhu ekstraksi dengan variasi suhu semakin tinggi yield minyak, karena kenaikan
o o o o o o
ekstraksi 30 C,40 C, 45 C, 50 C, 55 C, 60 C, suhu akan menyebabkan kenaikan kelarutan
o
65 C. Untuk mempelajari pengaruh variabel minyak kedalam zat pelarut. Namun, pada
o
suhu ekstraksi dengan bahan sebanyak 50 suhu 65 C minyak terambil cenderung
gram, volume 500 mL, waktu ekstraksi 180 menurun karena disebabkan suhu ekstraksi
78
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

semakin dekat dengan suhu titik didih pelarut DAFTAR PUSTAKA


o
n-heksana (69 C) sehingga pelarut mudah Anonim. 2013. Statistika Prosuksi Hortikultura.
menguap. Suhu optimum untuk proses Kementrian Pertanian Direktorat
o
ekstraksi pada penelitian ini adalah 60 C Jendaral Hortikultura.
dengan massa minyak sebesar 2,034 dan Bernascomi, G. 1995. Teknologi kimia. Jilid 2.
persentase minyak terambil 4,068%. Edisi Pertama, jakarta: PT. Pradaya
Paramita.
3. Hasil Uji Sifat fisika Kimia Minyak Biji Hardjono. 1986. Operasi Teknik Kimia. Edisi
Alpukat pertama. Jurusan Teknik Kimia,
Berdasarkan hasil penelitian yang Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
telah dilakukan dengan bahan baku 50 gram, Hidayat, syamsul. dan Rodame. 2015. kitab
volume pelarut 500 mL, kecepatan Tumbuhan Obat. Jakarta: AgriFlo
pengadukan 500 rpm, variable waktu ekstraksi (Penebar Swadaya Group)
dan suhu ekstraksi diperoleh hasil massa Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak
minyak optimum sebesar 2,034 gram dan yield dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
minyak 4,068% pada waktu 180 menit dan Jakarta : UI-Press.
o
suhu 60 C. Kemudian minyak diuji kandungan Kirk, R.E., andothmer, D,.1998, Encyclopedia
angka iod, angka penyabunan dan asam th
Of Chemical Technology, 4 ed.vol
lemak bebas (FFA) dan dibandingkan dengan 10,John Wiley & Sons, Canada.
penelitian sebelumnya. Mahmudi M. 1997. Penurunan Kadar Limbah
Sintesis Asam Phospat Menggunakan
KESIMPULAN DAN SARAN Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan
1. Kesimpulan Solven Campuran Isopropanol dan n-
Dari penelitian yang sudah dilakukan Heksane. Semarang: Universitas
dapat disimpulkan bahwa : Diponegoro.
a. Hasil uji kadar air bahan baku basah Markakis, s., 1992. Anthocyanins as Food
diperoleh sebesar 78,56% dan kadar air Colors, Academic Press., New York.
bahan baku kering sebesar 10,41%. Prasetyowati, Retno, P., dan Fera, T., 2010.
b. Semakin lama waktu maka semakin Pengambilan Minyak Biji Alpukat
banyak massa minyak yang diperoleh. (Persea Americana Mill) Dengan
c. Semakin tinggi suhu maka semakin Metosde Ektraksi. Palembang: Jurnal
banyak massa minyak yang terambil. Teknik Kimia, No. 2 Vol. 17.
d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rachimoellah, dkk., 2009. Production Of
ekstraksi minyak biji alpukat tertinggi Biodiesel Through Transesterfikation
pada waktu 180 menit dan pada kondisi Of Avocado (Persea Gratissima) Seed
tersebut diperoleh massa minyak 2,334 Oil Using Base Catalyst. ITS
gr dan yield 4,668%. Surabaya: Jurnal Teknik Mesin, No 2
e. Minyak biji alpukat mempunyai sifat fisik- Vol. 11.
kimia yaitu: FFA 0,9586%, angka Risyad, A., Resi, L., dan siswarni, mz. 2016.
penyabunan 47,3794, angka iod 2,8823. Ekstraksi Minyak Dari Biji Alapukat
(Persea Americana Mill) Menggunakan
2. Saran Pelarut N-Heptan. Sumatra: Jurnal
a. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya teknik kimia.
dapat mencoba dengan metode lainnya. Safriani, Rini. 2014. Penentuan Karakteristik
b. Diharap dapat melanjutkan uji sifat fisika Minyak Buah Alpukat (Persea
kimia minyak biji alpukat. Americana Mill) Ekstraksi Sokletasi
c. Dilakukan penelitian menggunakan alat Dan Pengepresan. Universitas syiah
yang lebih baik misalnya rotary kualalumpur.
evaporator yang dilengkapi dengan Etd.unsyiah.ac.id.(Diakses pada
pompa vakum, uap larutan penyaring tanggal 28 oktober 2016)
akan naik ke kondensor dan mengalami Sudarmadji, slamet.1996. Analisis bahan
kondensasi menjadi molekul-molekul makanan dan pertanian. Yogyakarta :
cairan pelarut murni yang ditampung liberty yogyakarta.
dalam labu alas bulat penampung. Sudarmadji, slamet,. bambang hayanto, &
suhardi. 1997. Proses analisa untuk
bahan makanan dan pertanian.
Yogyakarta: liberty yogyakarta.

79
Jurnal Inovasi Proses, Vol 4. No. 2 (September, 2019) ISSN: 2338-6452

Susiloningsih, E. (1979) . kinetika ekstraksi


minyak kacang tanah utuh dengan
pelarut n-heksan. UGM, Yogyakarta.
Suwaji, 1979. Laporan penelitian tentang
pemanfaatan sumber industri
makanan dan minuman. Balai
penelitian semarang

80

Anda mungkin juga menyukai