Anda di halaman 1dari 6

Nama : Hidayatul Azmi Simatupang

Kelas : Kimia Dik B 2014

NIM : 4142131005

Analisis Pemisahan Metode Ekstraksi

Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah
dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai
simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Pemabagian metode ekstraksi menurut DitJen POM (2000) yaitu :

A. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan


beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang
akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar
sel maka larutan terpekat didesak keluar.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya terus -menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara
perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

- Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
- Ruangan diantara butir - butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

B. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperature yang lebih
tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.

4. 4.Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat kandungan
aktif yang larut dalam air dari bahan - bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 900C selama
15 menit.

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yakni
30 menit pada suhu 90-1000C

Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode Ekstraksi

Metode yang digunakan untuk memperoleh minyak biji alpukat pada penelitian ini yaitu
dengan ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen – komponen dalam larutan
berdasarkan perbedaan kelarutannya (solubilitas). Metode ini memanfaatkan perbedaan kelarutan
antara minyak dan bahan – bahan lain di dalam biji biji alpukat terhadap pelarut. Sifat
selektivitas pelarut yang digunakan menentukan tingkat kemurnian minyak biji alpukat yang
diperoleh. Oleh karena itu, pemilihan jenis pelarut memegang peranan yang sangat penting.

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut yaitu dengan cara memasukkan bahan yang
diekstraksi ke dalam soklet. Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu tertentu dengan
menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan. Minyak hasil ekstraksi dengan
pelarut mempunyai keunggulan yaitu bau yang mirip bau alamiah.

Umumnya heksana digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji seperti pada kacang-
kacangan dan flax. Hal ini karena heksana tidak reaktif dan inert dalam reaksi organik karena
bersifat sangat non-polar dan memilki narrow distillation range dan selective power, sehingga
tidak memrlukan tingkat pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksinya tinggi, yang menjadikan
heksana sebagai pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak dari bijinya.

Prosedurnya adalah sebagai berikut : Biji alpukat yang telah dikeringkan, digiling halus
hingga berbentuk bubuk, lalu timbang sampel sebanyak 30 dan 50 gram untuk setiap variable.
Masukkan sample yang ditimbang ke dalam kertas saring yang dibentuk seperti silinder dimana
besarnya sesuai soklet yang digunakan. Sample tadi dimasukkan ke dalam soklet yang telah
dirangkai dengan condensor dan labu didih. Solven berupa n-heksana 200ml, 300ml, 400ml
dimasukkan ke dalam labu didih. Kemudian rangkaian soklet tersebut diletakkan diatas pemanas
lalu dipanaskan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit sehingga didapat hasil ekstraksi
berupa campuran minyak biji alpukat dengan pelarut.

Proses evaporasi merupakan lanjutan dari proses ekstraksi dengan tujuan untuk
memisahkan minyak biji alpukat dengan pelarutnya sehingga didapatkan minyak biji alpukatnya
saja. Setelah itu minyak tersebut dimasukkan ke dalam botol sampel. Kemudian dilakukan
analisa – analisa seperti analisa persen yield, berat jenis, viskositas, %FFA dan angka asam.

Proses pembuatan minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut n-heksana ini
merupakan metode sokhelet ekstraksi padat-cair atau leaching. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa variabel proses seperti volume pelarut (200ml, 300ml, 400ml), waktu ekstraksi
(60menit, 90menit, 120menit) dan massa biji (30gram, 50gram). Hasil ekstraksi berupa minyak
biji alpukat tersebut dipisahkan dengan proses evaporasi. Dari hasil ekstraksi tersebut, dilakukan
analisa % yield, berat jenis, viskositas, % FFA (asam lemak bebas) dan angka asam untuk
mengetahui pengaruh variabel proses yang ada. Dalam penelitian ini, proses ekstraksi yang
dilakukan memperoleh % yield yang berbeda-beda, hal ini berkaitan erat dengan variabel –
variabel penelitian yaitu volume pelarut, massa biji, dan waktu ekstraksi yang mempengaruhi.
Dari penelitian yang dilakukan, minyak yang dihasilkan dari ekstraksi biji alpukat menghasilkan
yield yang paling kecil 16,62% (200ml, 50 gram, 60 menit) dan yield yang paling besar 25,15%
(400ml, 50 gram, 120 menit).

Kesimpulan

1. Pada ekstraksi biji alpukat, dihasilkan minyak dengan warna kuning bening kemerahan
dan sedikit encer. Variabel proses sangat mempengaruhi jumlah yield yang dihasilkan, yield
tertinggi dihasilkan dari ekstraksi biji alpukat adalah sebesar 25,15 % pada variabel massa biji 50
gram, waktu ekstraksi 120 menit dan volume pelarut 400ml.

2. Berat jenis terendah adalah 0,6951 gr/ml pada variabel massa biji 30 gram dan waktu
ekstraksi 60 menit. Berat jenis tertinggi adalah 0,76768 gr/ml variabel massa biji 50 gram dan
waktu ekstraksi 120 menit. Nilai berat jenis sebagian besar meningkat seiring dengan
bertambahnya variabel waktu ekstraksi dan massa biji yang digunakan.

3. Viskositas minyak biji alpukat berkisar antara 0,826 - 4,55 cSt. Hal ini menunjukan
minyak biji alpukat berpotensi menjadi biodiesel. Dari analisa %FFA didapat sebesar 7,027-
9,283% dan angka asam 0,1398-0,1847, untuk angka asam sudah memenuhi standar bahan baku
biodiesel, sedangkan %FFA yang didapat terlalu tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut (Prasetyowati, dkk, 2010).

Ekstraksi Minyak Ketumbar (Coriander Oil) dengan Pelarut Etanol dan n-Heksana

Ekstraksi minyak ketumbar dilakukan dengan menggunakan dua pelarut, yaitu pelarut
etanol dan n-Heksana. Biji ketumbar dibuat serbuk, kemudian dibungkus kertas saring dan
dimasukkan ke dalam alat ekstraktor sokhlet. Ekstraksi dilakukan dengan menambahkan 400 mL
pelarut ke dalam labu alas bulat dan ekstraksi dilakukan pada suhu titik didih pelarut. Ekstraksi
berakhir jika warna pelarut dalam ekstraktor kembali seperti warna pelarut semula. Minyak
ketumbar dan pelarut dipisahkan dari pelarutnya dengan distilasi, sampai diperoleh minyak
ketumbar yang murni. Untuk mengetahui kandungan senyawa kimia dalam minyak ketumbar,
dilakukan analisis dengan menggunakan GC-MS.

Ekstraksi Minyak Biji Ketumbar dengan Etanol


Pada proses ekstraksi biji ketumbar dilakukan dengan meng-gunakan pelarut etanol
sebanyak 400 mL, ekstraksi berlangsung pada kondisi operasi 80ºC karena titik didih etanol
78,6ºC sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut etanol dapat menguap dan minyak
dapat terambil semaksimal mungkin. Setelah proses ekstraksi selanjutnya dilakukan proses
pemisahan minyak ketumbar dari pelarutnya dengan distilasi. Berat minyak yang diperoleh dari
proses ekstraksi adalah 2,2620 gram. Pada percobaan diperoleh minyak ketumbar yang berwarna
hijau tua sampai kehitaman. Ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut etanol menghasilkan
rendemen 1,17%, sedangkan menurut literature Ketaren dengan menggunakan metode
penyulingan uap menghasilkan rendemen 0,4-1,1%. Dengan demikian ekstraksi dengan
menggunakan me-tode pelarut mudah menguap meng-hasilkan rendemen yang lebih besar
dibandingkan dengan metode penyulingan uap.

Ekstraksi Minyak Biji Ketumbar dengan Pelarut n-Heksana

Pada proses ekstraksi ketumbar dilakukan dengan menggunakan pelarut nheksana


sebanyak 400 mL, ekstraksi berlangsung pada kondisi operasi 70ºC karena titik didih n-heksana
69ºC sehingga diharapkan pada kondisi operasi tersebut nheksana dapat menguap dan minyak
dapat terambil semaksimal mungkin. Berat minyak yang diperoleh dari proses ekstraksi adalah
2,9175 gram. Pada percobaan diperoleh minyak ketumbar yang berwarna hijau tua sampai
kehitaman. Ekstraksi ketumbar dengan pelarut n-heksana menghasilkan rendemen 0,84%, hal ini
sama dengan rendemen dalam literatur Ketaren yang menggunakan metode penyulingan uap
yang menghasilkan rendemen 0,4-1,1%.

Kesimpulan

1. Ekstraksi minyak biji ketumbar dengan pelarut etanol menghasilkan rendemen minyak
sebesar 1,17% dan pelarut n-heksana sebesar 0,84%.
2. Pelarut etanol dapat memungut linalool lebih banyak dari pada n-heksana, dengan pelarut
etanol 57,13% sedangkan n-heksana 47,25%.
3. Komponen minyak ketumbar yang terambil dengan pelarut etanol adalah linalool,
Thiageraniol, Cyclopentadecanone, camphor. Sedangkan dengan pelarut n-heksana adalah
linalool, Thiage-raniol, Cyclopentadecanone, γ-terpinene (Handayani & Juniarti, 2012).

Daftar Pustaka
Prasetyowati. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea Americana Mill) dengan Metode
Ekstraksi. Vol 17 (2). Universitas Sriwijaya. Palembang

Handayani, P.A dan Juniarti, E.R. 2012. Ekstraksi Minyak Ketumbar (Coriander Oil) dengan
Pelarut Etanol dan n-Heksana. Vol 1 (1). Universitas Negeri Semarang. Semarang

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21948/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai