Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
LEMAK DAN MINYAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Alif Bintang Wicaksana (V1821006)
Hamidah Sobriyati (V1821025)
Isna Sulistami (V1821029)
Riska Mar’atul Latifah (V1821054)
Santy Ajeng Pamungkas (V1821057)

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI HASIL


PERTANIAN SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
ACARA I
EKSTRAKSI MINYAK KELAPA DAN MINYAK BIJIAN
A. TUJUAN
Tujuan dari Praktikum Teknologi Pengolahan Lemak dan Minyak Acara I
“Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak Bijian” adalah mengetahui dan
mempelajari cara ekstraksi untuk menghasilkan minyak kelapa dan biji-bijian.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan teori
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
menggunakan pelarut yang sesuai. Tujuannya untuk menghasilkan minyak
ataupun lemak dari bahan yang diduga terkandung minyak atau lemak.
Cara eksktarksi dibedakan beberapa jenis antara lain adalah ekstraksi
dengan pelarut menguap esktraksi dengan lemak dingin serta ekstraksi
dengan lemak panas (Rusli, 2010). Ekstraksi merupakan proses pemidahan
bahan dari campuran dengan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi senyawa
dalam pelarut dengan konsentrasi sel tanaman. Di Indonesia sendiri
ekstraksi digunakan dalam penemuan obat tradisional. Pemilihan metode
ekstraksi tergantung dari sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi
(Mukhriani, 2014).
Ekstraksi minyak adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan minyak dari suatu bahan yang mengandung minyak. Jenis
ekstrasi adalah ekstraksi mekanis (padat-cair) dan ekstraksi pelarut (cair-
cair). Ekstraksi pelarut (solvent extraction) merupakan suatu ekstraksi
minyak dengan menggunakan pelarut, dengan prinsip melarutkan minyak
yang terkandung dalam bahan dengan pelarut organik. Sedangkan
ekstraksi minyak secara mekanik terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
perlakuan pendahuluan dan tahap pengempaan. Tahap perlakuan
pendahuluan yaitu tahap pengecilan ukuran dan pemasakan bahan, dengan
tujuan untuk meningkatkan fraksi minyak yang dapat diekstrak. Karena
semakin kecil ukuran bahan, maka semakin besar fraksi minyak yang
dapat diekstrak, jadi dapat menghasilkan minyak yang lebih banyak
(Arlene, 2013).
Ekstraksi minyak kelapa memiliki dua metode dasar yang pertama
metode kering atau dry method dan metode basah atau wet method. Cara
kering menggunakan bahan dasar kopra dan cara basah menggunakan
bahan dasar santan kelapa. Pada cara kering merupakan bentuk ekstraksi
paling banyak dilakukan. Namun, pada hasil ekstraksi kering biasanya
mengandung banyak pengotor sehingga perlu diadakan pemurniaan untuk
mendapat kualitas minyak yang baik. Sedangkan pada cara basah
dilakukan dengan memanfaatkan santan kelapa yang dipecah emulsinya
tanpa pemanasan. Santan kelapa memiliki kestabilan emulsi yang tinggi,
sehingga untuk memecah emulsi tersebut perlu 3 proses tahapan. Yang
pertama, santan kelapa dibiarkan terpisah menjadi dua lapisan
menggunakan gaya gravitasi. Lapisan atas adalah lapisan krim yang
bersifat nonpolar dan memiliki berat jenis yang lebih rendah, sedangkan
lapisan bawah adalah lapisan air yang bersifat polar dan memiliki berat
jenis yang lebih tinggi. Pada tahapan kedua terjadi fenomena flokulasi atau
pengelompokan yang mana fase minyak bergerak sebagai kelompok yang
tidak melibatkan pecahnya lapisan antarmuka yang biasanya mengelilingi
setiap globul dan karena itu tidak mengubah globul asli. Pada tahap
terakhir merupakan fase paling kritis dalam destabilasi emulsi santan
kelapa yang mana kalesensi dalam area antarmuka pecah, globul
bergabung secara bersama-sama dan mengurangi bantuan agar globul
bersama dengan minyak dan mengurangi area antar muka. Pada cara basah
ini memiki banyak keunggulan antara lain: tidak menggunakan pelarut
kimia, lebih ramah lingkungan, merupakan metode sederhana, mudah,
tidak membutuhkan peralatan yang rumit serta dapat dikerjakan dirumah
atau dimanapun dan oleh siapapun (Nilbani dkk., 2022).
Ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
ekstraksi yaitu suhu, ukuran partikel dan waktu. Untuk suhu, semakin
tinggi suhu maka kelarutan juga semakin meningkat guna menghasilkan
laju ekstraksi yang tinggi. Secara umum, suhu ekstraksi untuk pektin
adalah 60–90°C. Untuk ukuran partikel, semakin besar ukuran partikel
maka semakin susah ekstraksi. Ekstraksi sempurna apabila ukuran
partikelnya halus. Pemotongan dan pembelahan bahan-bahan yang akan
diekstraksi membantu pengontakan antara padatan dengan pelarut karena
pecahnya sel-sel yang mengandung solut tersebut. Untuk waktu, semakin
lama waktu ekstraksi dalam pelarut, perolehan (yield) yang diperoleh
semakin tinggi. Namun, penambahan waktu ekstraksi tidak sebanding
dengan yield yang diperoleh. Oleh karena itu, ekstraksi dilakukan pada
waktu optimum (Perina dkk., 2017).
2. Tinjauan bahan
Kemiri merupakan salah satu komoditas perkebunan yang potensial
untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pasar kemiri yang semakin
terbuka sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi kemiri,
baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu tanaman kemiri dapat
tumbuh di semua areal. Kemiri memiliki berbagai macam cara untuk
dimanfaatkan seperti pemanfaatannya yang bisa langsung dipasarkan dan
dapat pula diolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan, seperti minyak
kemiri. Tanaman kemiri tidak hanya menghasilkan minyak saja tetapi
hampir semua bagian dari tanaman kemiri dapat dimanfaatkan yakni mulai
dari akar, batang, daun dan biji. Bagian-bagian tanaman kemiri dapat
dijadikan sebagai bahan obat-obatan, bahan penyedap makanan/bumbu
dapur (Fadhla & Al Hamidi, 2019). Minyak kemiri adalah asam lemak tak
jenuh, namun mengandung juga asam lemak jenuh dengan persentase yang
relatif kecil. Minyak kemiri yang terkandung dalam bijinya juga memiliki
banyak manfaat, antara lain bahan pembuat cat, pernis, sabun, obat,
kosmetik, dan bahan bakar. Kandungan minyak dalam biji kemiri
tergolong tinggi, yaitu 55 – 66% dari berat bijinya. Pemisahan minyak
kemiri dilakukan dengan sentrifugasi (Xu et al., 2007).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Alat pengepres
b. Baskom
c. Blender
d. Botol
e. Cabinet dryer
f. Gelas ukur
g. Loyang
h. Serbet
2. Bahan
a. Biji kemiri
3. Cara kerja

Sebanyak 1 kg Penimbangan biji kemiri

Pengecilan ukuran menggunakan blender

Pengovenan ekstrak kemiri pada


suhu 80℃ selama 10 menit

Pengekstraksian minyak kemiri


dengan pengempaan

Pengukuran minyak kemiri


menggunakan mesin
pengempaan

Penentuan rendemen hasil ekstraksi


minyak kemiri

Gambar 1.1 Diagram Alir Pengekstraksian Minyak Kemiri


D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan
menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Tujuan dari ekstraksi adalah
untuk menghasilkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak atau lemak. Berdasarkan fase yang terlibat, terdapat dua jenis
ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair (pelarut) dan ekstraksi padat-cair (mekanis).
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di
antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase
yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Prinsip ekstraksi
pelarut yaitu satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Sedangkan ekstraksi padat-cair (mekanis) merupakan
pemindahan komponen dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair
melalui tiga tahapan, yaitu difusi pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding
sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan oleh pelarut, dan tahapan
terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori menjadi larutan ekstrak.
Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang digunakan,
pengadukan, dan banyaknya pelarut. Prinsip ekstraksi mekanis yaitu dengan
cara memberikan tekanan pada bahan pangan yang akan diekstrak
(Arsa & Achmad, 2020).
Minyak krengseng atau bisa disebut minyak klentik adalah minyak goreng
yang dibuat dari santan kelapa ta yang direbus hingga airnya menguap Selama
proses pengolahannya, minyak akan terpisah dari ampasnya (blondo). Minyak
ini lalu dipisahkan dari blondo dan selanjutnya dapat digunakan untuk
menggoreng. Minyak krengseng ini mempunyai manfaat yang sma dengan
minyak kelapa. Adapun blondonya dapat digunakan untuk lauk yang rasanya
gurih. Selain itu, blondo mengandung protein yang kualitasnya menyerupai
kualitas protein daging (Murdianti & Aaliah, 2013). Minyak kacang tanah
merupakan salah satu bentuk pemanfaatan kacang tanah di Indonesia. Minyak
kacang tanah diperoleh dari proses ekstraksi biji kacang tanah yang
menghasilkan minyak dan bungkil. Minyak kacang tanah mengandung 41.3-
67.4% asam oleat dan 13.9-35.4% asam linoleat. Kandungan asam lemak
tidak jenuh yang tinggi menyebabkan minyak kacang tanah rentan terhadap
kerusakan. Kerusakan pada bahan yang mengandung minyak umumnya terjadi
melalui dua reaksi, yaitu reaksi hidrolitik dan reaksi oksidatif. Stabilitas
minyak nabati sangat dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas sebagai
pemicu terjadinya kerusakan (Suryani dkk., 2016). Minyak kemiri merupakan
salah satu hasil olahan buah kemiri yang diperoleh dari hasil ekstraksi daging
benih kemiri. Rendemen minyak yang diperoleh biasanya 30-65%. Minyak
kemiri memiliki sifat mudah teroksidasi karena sebagian besar tersusun oleh
asam lemak tak jenuh, ditunjukkan dengan bilangan iodine yang tinggi yaitu
sebesar 136 –167 (Octavianty & Hernawati, 2018).
Terdapat perbedaan pada dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair
(pelarut) merupakan suatu metode penyaringan atau pemisahan senyawa atau
komponen dari campuran senyawa berupa larutan dengan suatu pelarut. Proses
ekstraksi ini dilakukan melalui dua tahapan ( pencampuran/mixing dan fasa
cair). Prinsip ekstraksi cair-cair didasarkan dengan adanya suhu dan tekanan
yang konstan, dimana senyawa senyawa yang akan terdistribusi dalam
proporsi yang sama diantara dua fasa yang tidak saling campur. Proses
pemisahan secara ekstraksi cair-cair dilakukan dengan alat yang disebut
corong pisah. Sedangkan ekstraksi padat-cair (mekanis) merupakan suatu
metode pemisahan senyawa atau komponen (solute) dari campurannya di
dalam padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut
berbentuk larutan. Pemindahan komponen dari padatan ke pelarut pada
ekstraksi padat-cair melalui tiga tahapan, yaitu difusi pelarut ke pori-pori
padatan atau ke dinding sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan
oleh pelarut, dan tahapan terakhir adalah pemindahan larutan dari pori-pori
menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh waktu
ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut. Prinsip
pemisahan ekstraksi padat-cair ini, terjadi adsorpsi pelarut ke dalam
permukaan sampel, kemudian terjadi proses difusi pelarut ke dalam sampel
sehingga analit akan berinteraksi dengan pelarut (larut). Selanjutnya, terjadi
difui ke permukaan sampel dan desorpi analit-pelarut dari permukaan sampel
ke dalam pelarut (Nasyanka dkk., 2022).
Pada proses ekstraksi minyak kelapa basah dengan pemanasan yaitu
dengan pengambilan santan dari buah kelapa parut, pemanasan santan
menggunakan api kecil sehingga air menguap. Hasil yang tertinggal adalah
minyak dan blondo, lalu dilanjutkan pemisahan santan dengan blondo dengan
cara penyaringan. Ekstraksi minyak kelapa basah dengan pemanasan
dilakukan dengan tujuan memecah protein. Tujuan dari pemanasan adalah
untuk memecah protein sehingga minyak yang terdapat dalam lapisan protein
dapat diekstrak. Kelebihan dari metode ini yaitu dapat diterapkan di
masyarakat karena menggunakan peralatan yang sederhana. Pada umumnya
pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan cara basah melalui proses
pemanasan pada suhu yang tinggi. Namun, hasil cara pemanasan dengan suhu
yang tinggi menyebabkan minyak yang dihasilkan bermutu kurang baik.
Santan kelapa mengandung senyawa gabungan makromolekul yaitu
lipoprotein yang mengandung protein dan minyak. Pada pembuatan minyak
dari kelapa diharapkan dalam minyak tersebut kandungan proteinnya terbebas
dari minyak (Fadillah 2014).
Proses ekstraksi minyak kemiri pada saat praktikum dimulai dengan
penimbangan kemiri sebanyak 1 kg. Dilanjutkan pengecilan ukuran dengan
blender. Setelah itu, letakkan kemiri pada loyang. Kemudian, masukkan
loyang yang berisi kemiri kedalam oven pada suhu 80°C selama 10 menit.
Lalu, proses ekstraksi minyak kemiri dengan pengempaan, ukur hasil minyak
yang di hasilkan dengan gelas ukur dan tentukan rendeman minyak. Hal ini
telah sesui dengan teori bahwa ekstraksi minyak kemiri dengan cara mekanis
terdiri dari tahap perlakuan pendahuluan, tahap pengempaan dan tahap
pemurnian. Tahap perlakuan pendahuluan meliputi pembersihan bahan,
pemisahan kulit, pengecilan ukuran, dan pemasakan atau pemanasan biji.
Pemasakan atau pemanasan biji bertujuan untuk mengkoagulasikan protein
dalam biji sehingga butiran minyak terkumpul dan mudah mengalir keluar dari
biji. Tujuan lainnya adalah menyesuaikan kadar air biji, sterilisasi biji dan
menghilangkan senyawa teksik, seperti tosalbumin (Ward, 1982). Di samping
itu juga menurunkan kekentalan minyak sehingga minyak yang diperoleh bisa
maksimal (Wiyono, 1995).
Tabel 1. 1 Jumlah minyak yang dihasilkan setelah ekstraksi

Jumlah minyak yang Berat awal


Kel Bahan
dihasilkan (ml) (gr)
1 Kelapa 170 2000
2 Kacang Tanah 80 1000
3 Kelapa 290 2000
4 Kacang Tanah 10 1000
5 Kemiri 150 1000
6 Kemiri 200 1000
7 Kacang Tanah 80 2000

Sumber: Data pengamatan


Berdasarkan Tabel 1.1 Jumlah minyak yang dihasilkan setelah ekstraksi
diperoleh data Pada kelompok 1 dengan sampel kelapa memiliki berat awal
2000 gram, dan jumlah minyak yang dihasilkan yaitu 170 ml. Pada kelompok
2 dengan sampel Kacang tanah dengan berat awal 1000 gram, jumlah minyak
yang dihasilkan 80 ml. Pada kelompok 3 dengan sampel kelapa dengan berat
awal 2000 gram, dan jumlah minyak yang dihasilkan 290 ml. Pada kelompok
4 dengan sampel kacang tanah dengan berat awal 1000 gram, dan jumlah
minyak yang dihasilkan adalah 10 ml. Pada kelompok 5 dengan sampel kemiri
dengan berat awal 1000 gram, dan jumlah minyak yang dihasilkan sebanyak
150 ml. Pada kelompok 6 dengan sampel kemiri mempunyai berat awal 1000
gram, dan jumlah minyak yang dihasilkan sebnayak 200 ml. Pada kelompok 7
dengan sampel kacang tanah, berat awal 2000 gram dan jumlah minyak yang
dihasilkan sebanyak 80 ml. Berdasarkan hasil pengamatan, hasil minyak yang
di hasilkan setelah ekstraksi berbeda beda setiap kelompok baik yang kelapa,
kemiri dan kacang tanah, hal ini karena alat pres yang digunakan pada
penelitian ini masih bergantung pada tenaga manusia, sehingga rendemen
yang diperoleh masih belum maksimal perlu dilakukan pengepresan ulang
untuk mengeluarkan minyak yang tersisa. Hal ini telah sesuai dengan teori
bahwa hasil minyak yang di hasilkan bergantung pada proses pendahuluan
serta saat pengepressan, beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah hasil
ekstraksi yaitu kualitas bahan baku, temperature pemanasan, luas permukaan
bahan, serta kadar air dalam bahan (Eka Parasetia et al., 2012)
Proses pengovenan pada ekstraksi minyak berguna untuk menentukan
kualitas minyak yang dihasilkan. Proses pengovenan dapat membuat kadar air
dalam bahan menurun yang disebabkan dengan adanya penguapan.
Pengovenan dapat menyebabkan viskositas minyak tinggi karena kadar air
dalam minyak berkurang sehingga minyak menjadi lebih kental. Pengovenan
berfungsi untuk memudahkan minyak keluar dari seluruh bagian yang ada
dalam biji, mematikan aktivitas enzim dan mikroorganisme tertentu,
meningkatkan nilai keenceran minyak, menguapkan air yang terkandung
dalam bahan, menggumpalkan beberapa protein sehingga memudahkan
pemisahan lebih lanjut dan mengendapkan beberapa fosfatida yang tidak
diinginkan (Sutan dkk., 2018).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Teknologi Pengolahan Lemak dan Minyak Acara I
“Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak Bijian” dapat disimpulkan bahwa cara
ektraksi minyak kemiri yaitu diawali dengan penimbangan kemiri sebanyak 1
kg. Kemudian, lakukan pengecilan ukuran pada kemiri dengan blender.
Setelah itu, letakkan kemiri pada loyang. Langkah berikutnya, masukkan
loyang yang berisi kemiri kedalam oven pada suhu 80°C selama 10 menit.
Lalu ekstraksi minyak kemiri dengan pengempaan, dilanjutkan dengan
mengukur hasil minyak yang telah di hasilkan menggunakan gelas ukur dan
tentukan rendeman minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arlene, Ariestya. 2013. Ekstraksi Kemiri dengan Metode Soxhlet dan
Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik Kimia. Vol 2 (2): 6-10.
Arsa, A. K., & Achmad, Z. 2020. Ekstraksi minyak atsiri dari rimpang temu ireng
(Curcuma aeruginosa Rox) Dengan Pelarut etanol dan n-heksana. Jurnal
Teknologi Technoscientia, Vol. 13(1) : 83–94.
Eka Parasetia, Dany, Ir Purwanto, Kata Kunci, dan Pewarna Alami. 2012.
Pengambilan Zat Warna Alami Dari Kayu Nangka. Jurnal Teknologi Kimia
dan Industri 1(1):502–7.
Fadhla, T., & Al Hamidi, A. (2019). Pematahan Dormansi Secara Fisik dan
Pengaruh Media Tanam Yang Berbeda Terhadap Perkecambahan Kemiri.
Jurnal Agriflora, 3(1), 67–76.
Fadillah, Ummu Farah. 2014. Studi Karakteristik Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi
Metode Kering dan Pemanasan. Universitas Hasanuddin: 1–62.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. Vol. VII (2).
Murdiati, A. Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua.
Prenada Media.Jakarta.
Nasyanka, A. L., Na'imah, J., & Aulia, R. 2022. Pengantar Fitokimia D3 Farmasi
2020. Penerbit Qiara Media. Jawa Timur.
Nilbani, Febri Odel., Jumina., Tjitda, Putra JIwamurwa. 2022. Minyak Kelapa.
CV Budi Utama: Yogyakarta.
Octavianty, Y., & Hermawati, S. 2018. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar
Swadaya Grup. Jakarta.
Perina, I., Soetaredjo, F. E., dan Hindarso, H. 2017. Ekstraksi Pektin Dari
Berbagai Macam Kulit Jeruk. Widya Teknik. Vol. 6(1): 1-10.
Rusli, Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Agromedia
Pustaka: Jakarta.
Suryani, E., Susanto, W. H., & Wijayanti, N. 2016. Karakteristik Fisik Kimia
Minyak Kacang Tanah (Arachis Hypogaea) Hasil Pemucatan (Kajian
Kombinasi Asdorben Dan Waktu Proses) Physical and Chemical
Characteristic of Peanut Oil (Arachis hypogaea) After Bleaching (Study
Adsorbent Combination and Process Ti. Jurnal Pangan Dan Agroindustri,
Vol. 4(1) :120–126.
Sutan, S. M., Hendrawan, Y., & Tipdani, D. A. 2018. Kajian Pemanasan Pada
Proses Ekstraksi Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Menggunakan
Hydraulic Press. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 6
No. 1, 63-71.
Wiyono, Bambang. 1995. Pengolahan Minyak Kemiri Dengan Cara Pelarutan
Dan Pengempaan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 13(3):110–17.
Xu, Y.X., Hanna, M. A., & Josiah, S. J. (2007). Hybrid hazelnut oil characteristics
and its potential oleochemical application. Industrial Crops and Products,
26(1), 69–76.
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1.2 Penuangan kemiri Gambar 1.3 Pengovenan


pada loyang kemiri pada cabinet dryer

Gambar 1.4 Pengempaan kemiri Gambar 1.5 Pemasukkan


minyak kemiri kedalam botol
LAMPIRAN PERHITUNGAN
 Rumus :
Jumlah minyak yang dihasilkan (ml)
Rendemen = berat awal bahan (gr) x 100%
 Kelompok 6
(Kemiri) Diket.
Jumlah minyak kemiri : 200 ml
Berat awal kemiri : 1000 gr
Jawab :
Rendemen = 200
x 100% = 20 %
1000
LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai