Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FARMAKOGNOSI

Terpenoid Pada Jeruk Purut (Citrus Hystrix)

OLEH :
TIFANNY DEWI WIJAYA
1508505068

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

TERPENOID PADA JERUK PURUT (Citrus hystrix)


Tumbuhan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai sumber
bahan makanan, sandang, bahan bakar juga bahan-bahan industri. Berbagai bahan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan juga dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan, insektisida, dan
kosmetika. Pengobatan berbagai jenis penyakit dengan menggunakan minyak atsiri disebabkan
dalam minyak atsiri terkandung campuran bahan-bahan hayati yang terbentuk dari unsur karbon,
oksigen dan hidrogen, seperti aldehid, alkohol, keton, ester, dan terpenoid. Secara umum
terpenoid minyak atsiri dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu monoterpenoid dan
sesquiterpenoid yang merupakan isoterpenoid C10 dan C15 yang memiliki titik didih berkisar
antara 150oC sampai 300oC pada tekanan 760 mmHg.(Ginting, 2012)
Tumbuhan yang mengandung minyak atsiri umumnya memiliki aroma khas. Beberapa
diantaranya telah dikenal luas sebagai obat-obatan seperti minyak cendana, minyak kayu putih
dan jeruk purut juga telah sering digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit tertentu
secara tradisional. Jeruk purut (Citrus hystrix) berkhasiat sebagai penyegar, menghilangkan kulit
bersisik dan di daerah pedesaan sering digunakan pada kulit kepala untuk menghilangkan
ketombe. (Ginting, 2012)
Karakterisasi minyak atsiri dilakukan untuk menentukan sifat-sifat fisik berupa bau,
warna dan indeks biasnya. Hasil penentuan sifat fisik minyak atsiri ini dapat dilihat pada Tabel
(Ginting, 2012)

Sifat fisik dan aroma minyak atsiri pada tumbuhan memiliki keanekaragaman, bahkan
satu jenis tumbuhan yang sama bila ditanam di tempat yang berlainan bisa menghasilkan minyak
atsiri dengan kualitas yang berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, keadaan tanah,
sinar matahari dan cara pengolahannya. Namun pada umumnya minyak atsiri memiliki ciri-ciri
fisik berwarna kuning atau bening yang jernih, berbau khas tumbuhan asalnya dan indeks bias
berkisar antara 1,3 sampai 1,7. (Ginting, 2012)
Berdasarkan spektrum GC-MS minyak atsiri daun jeruk purut terdapat 19 senyawa yang
mirip dengan database dengan tiga komponen utama (Ginting, 2012)

Salah satu senyawa dengan persentase kemiripan terbesar dalam minyak atsiri jeruk
purut adalah estragol. Bentuk pola fragmentasi estragol ditunjukkan dalam gambar. (Ginting,
2012)

Estragole (p-allylanisole, metil chavicol) adalah phenylpropene, senyawa organik alami.


Struktur kimia yang terdiri dari cincin benzena diganti dengan grup methoxy dan grup propenyl.
Ini adalah sebuah isomer anethole, berbeda sehubungan dengan lokasi ikatan ganda. Mempunyai
ciri cairan tak berwarna. Estragol merupakan salah satu senyawa turunan alilfenol yang terbentuk
melalui jalur shikimat (fenilpropanoid) (Achmad, 1986).
Minyak atsiri daun jeruk purut terdiri atas monoterpen teroksigenasi dalam jumlah besar
yaitu 86,15% dari total minyak atsiri. Komponen utamanya adalah -sitronelal, monoterpen
(66,85% dari total minyak atsiri) yang diikuti oleh -sitronelol, linalool, dan sitronelol. (Yuliani
dkk, 2011)

(Sastrohamidjojo, 1981)

Sitronelal merupakan senyawa monoterpena yang mempunyai gugus aldehida, ikatan


rangkap, dan rantai karbon. Sitronelal (3,7-dimetil-6-oktenal) merupakan monoterpena yang
sebagian besar terbentuk dari metabolisme sekunder tanaman sereh. Sitronelal bersama dengan
sitral, geraniol, linalool, dan sitronelol merupakan senyawa terpena yang paling penting Nama
IUPAC : 3,7-dimethyl-6-oktenal, Rumus Molekul : C10H18O, Massa molekul : 154,25 g / mol,
Densitas : 0,855 g/cm3, Titik didih : 201-207 C. (Nurisman, 2009)
Agustian (2007) mengemukakan bahwa sitronelol atau sering juga disebut dengan
dihidrogeraniol adalah suatu monoterpena alami dengan rumus molekul C 10H20O. Sitronelol
berupa cairan tak berwarna yang memiliki bau seperti bunga mawar. Nama IUPAC : 3,7-Dimetil6-oktenol, Rumus molekul : C10H20O, Massa molekul : 156,27 g/mol, Densitas : 0,855 g/cm 3,
Titik didih : 225C, 498 K, 437.(Nurisman, 2009)
Uji antifungal minyak atsiri keempat tumbuhan sampel dilakukan dengan metode KirbyBower menggunakan cakram. Minyak atsiri yang akan diuji dibuat dalam tiga variasi konsentrasi
yaitu konsentrasi 10%, 5% dan 1% menggunakan pelarut air dan masing-masing diuji dua kali
pengulangan (duplo). (Ginting, 2012)

Berdasarkan

Tabel

diatas dapat dilihat bahwa minyak atsiri daun jeruk

perut menunjukkan rata-rata diameter daya hambat yang paling kuat pada konsentrasi 10%, 5%
dan 1% berturut-turut 24,5 mm, 23 mm dan 10 mm. Hal ini menunjukkan bahwaminyak atsiri
daun jeruk purut pada konsentrasi 10% dan 5% mempunyai aktivitas antifungal yang lebih kuat
dibandingkan dengan kontrol positifnya. (Ginting, 2012)

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri biasanya diatasi dengan antibiotik yang dapat
diperoleh dari sintesis kimia atau mikroorganisme. Untuk mendapatkan sumber antibakteri yang
lain, banyak tanaman yang telah diteliti aktivitas antibaksiteri in vitro diantaranya jeruk purut.
Hasil penelitian Luangnarumitchai et al. (2007) mengindikasikan bahwa minyak atsiri kulit buah
dan daun jeruk purut mampu menghambat pertumbuhan 5 strain Propionibacterium acne.
(Yuliani dkk, 2011)
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa minyak atsiri daun jeruk purut
mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh S. aurueus dan E. coli. Minyak atsiri daun
jeruk purut mempunyai akivitas antibakteri terhadap S. aurueus dengan nilai KHM dan KBM
berturut turut sebesar 1% dan 2%. Minyak atsiri daun jeruk purut mempunyai akivitas
antibakteri terhadap E. coli dengan nilai KHM dan KBM 0,0625%. (Yuliani dkk, 2011)

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. (1986). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB.
Agustian, E., A. Sulaswatty, Tasrif, J.A. Laksmon, dan B. Adilina. 2007. Pemisahan Sitronelal
dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit Fraksionasi Skala Bench. Jurnal Teknologi
Industri Pertanian vol.17(2): 49-53
Ginting , B. 2012. Antifungal Activity Of Essential Oils Some Plants In Aceh Province Against
Candida Albican. Jurnal Natural Vol. 12(2): 18-22
Nurisman, A. 2009. Sintesa Mentol dari Sitronelal dalam Proses Satu Tahap dengan Katalis
Dwifungsi. Skripsi. Bogor: IPB
Sastrohamidjojo, H. 1981. Study of Indonesian Essentilas Oils. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pasti
dan Alam
Yuliani, R., Indrayudha, P., dan Rahmi, S S. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun
Jeruk Purut (Cytrus hystrixP Terhadap Staphylococcus aaerus dan Escherichia coli.
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 12(2) : 50-54

Anda mungkin juga menyukai