x= jarak yang ditempuh solut; y= jarak yang ditempuh eluen sampai tanda batas
A.
B.
C.
Ilustrasi Plat KLT
Keterangan:
A= ekstrak
B= sampel
C= standar piperin
Organoleptis isolat :
Warna : kuning
Bentuk : serbuk lengket/ tidak terjadi kristal jarum
Bau : menyengat
Rasa : pedas
Perhitungan Rendemen:
R=
x 100%=
x 100%
= 1,22 %
8. PEMBAHASAN
a. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan dari bahan padat maupun
cair dengan bantuan pelarut. Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak
mengandung lemak, lilin yang sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering
menimbulkan persoalan terbentuk emulsi, maka senyawa-senyawa tersebut
dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal dengan cara perkolasi dari
bahan tanaman dengan petroleum eter (Sastrohamodjojo, 1996). Ekstraksi padat
9
cair, dilakukan karena bahan yang dikehendaki dapat larut dalam solven
pengekstraksi.
.
b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Menggunakan plat alumina (sebagai fase diam. Fase gerak yang digunakan
toluen:etil asetat dijenuhkan dengan kertas saring di dalam chamber. Penotolan
larutan ekstrak dan larutan standar/ blangko (piperin) dengan pipa kapiler arah tegak
lurus, setelah ditotolkan dikering anginkan. Selanjutnya dideteksi pada sinar UV
254 nm, penandaan dilakukan jika terjadi peredaman (piperin+pelarut setelah
ditotolkan berwarna agak kekuningan, dengan dideteksi sinar UV dapat terlihat
dengan terdapat noda coklat yang menunjukkan interaksi antara fase diam-fase gerak-
sampel). Pada 365 nm tidak menunjukkan adanya bercak noda, disini fraksi
blangko sebagai awalan/ base line. Dengan ini, KLT mempunyai keuntungan yaitu:
Waktu pemisahan yang cepat dan serbaguna (dapat digunakan berbagai senyawa
tanaman).
Mengetahui kemurnian suatu senyawa (suatu senyawa dielusi dengan eluen beberapa
beda polaritas menghasilkan 1 bercak).
Mendeteksi senyawa yang terkandung.
Standarisasi sampel (dengan parameter Rf-nya)
Perhitungan Rf (tanpa satuan) untuk mengetahui :
Seberapa jauh bercak terelusi (Rf idealnya tidak lebih dari 1 ( 0,2 0,8)
Bagaimana sifat kelarutannya.
o Ekstraksi dengan pelarut organik yang tidak campur air: kloroform, eter, metilen
klorida dan toluen, dilakukan dengan perkolasi atau sokhletasi, dengan penambahan
basa yang sesuai. Memakai pereaksi semprot jenis anisaldehid yang umum untuk
mengetahui senyawa volatil/ minyak atsiri pada isolasi.
o Alkaloid kuartener dan N oksid larut dalam air.
Ekstraksi dengan pelarut organik yang dapat campur dengan air seperti etanol dan
metanol
o Dapat melarutkan alkaloid basa dan garam
Ekstraksi dengan terlebih dulu dilakukan pengasaman
Pengendapan alkaloid dengan reagen pengendap alkaloid
Penggunaan kation exchange resin seperti pada penambahan KOH-etanolik.
Kelompok kami tidak melakukan uji titik lebur dikarenakan kristal piperin
tidak terjadi, yang terbentuk adalah ekstrak kental tidak berupa kristal jarum. Ini
kontras jika ditinjau dari teorinya. Ini terjadi kemungkinan dari proses penyaringan
10
resin yang kurang sempurna, atau bisa jadi bahan yang dikehendaki terhidrolisis oleh
KOH-etanolik. Dengan masalah ini, kami membandingkan hasil yang kami dapat
dengan kelompok praktikum untuk mengetahui letak kesalahan.
9. KESIMPULAN
Ekstraksi biji lada putih (Piperis Albi Fructus) kelompok I-B menghasilkan
rendemen piperin dari lada putih (Piperis Albi Fructus) sebanyak = 1,22 %.
Dibanding dengan kelompok A piperin pada lada hitam sebanyak= 2,43 %.
Jadi hasil % rendemen piperin terbanyak adalah pada biji lada hitam.
10. MENJAWAB SOAL
1. Kandungan golongan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan
sejenis dengan Piper nigrum L. adalah
Alkaloid : piperin, kavisin, piperidin, piperitin, resin
Minyak atsiri: kariofilen, pinen, lionen, felandren
Protein
amilum
2. Beda antara Piperis Nigri Fructus dengan Piperis Albi Fructus
Hal Piperis Nigri Fructus Piperis Albi Fructus
1. Pemanenan
buah
2. Proses
pengolahan
3. Rasa
4. %Rendemen
piperin yang
didapat
Buah dipetik sebelum
masak/matang
Difermentasi, lalu
dikeringkan.
Lebih pedas dari lada
putih.
Lebih besar nilai %
rendemennya.
Sudah masak (merah)
Tidak difermentasi, cukup
direndam selama beberapa
hari, dihilangkan daging
buah dan kulitnya.
Kurang pedas dari lada
hitam.
Lebih kecil nilai %
rendemennya.
3. Jika penambahan KOH-etanolik disertai dengan pemanasan maka akan terjadi
hidrolisis dan terbentuk Kalium piperidin.
Penambahan KOH-etanolik juga tidak boleh berlebihan selain dengan pemanasan,
KOH-etanolik berfungsi sebagai pengendap resin, dalam hal ini resin adalah sebagai
senyawa pengotor.
11
Reaksi:
4. Jalur biosintesis alkaloid
11. DAFTAR PUSTAKA
http://lansida.blogspot.com/2010/06/lada-hitam-piper-nigrum-l.html
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=13&ved=0CCIQFjACOAo&url=http%3
A%2F%2Ffarmakonina.files.wordpress.com%2F2010%2F10%2Fv-
alkaloid1.pptx&rct=j&q=jalur%20biosintesis%20alkaloid%20ppt&ei=8p-
eTeaRIpCOvQOi4LCLBQ&usg=AFQjCNGJSiN7kapG1PlM6Lo-nv1QfwtQ-
w&sig2=EvytmnP2LrhDvDZ18nsR3Q&cad=rja
12
12. LAMPIRAN
Gambar 1. Biji lada hitam dan putih
Gambar 2. Elusidasi piperin
Gambar 3. Isolat piperin lada putih kelompok I-B
Gambar 4. Isolat piperin lada hitam
kelompok A
Gambar 5. Deteksi piperin 254 nm
13