VII. STANDARDISASI EKSTRAK KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KETENTUAN UMUM KONSEP STANDARDISASI Difinisi Standardisasi (SSN 1998): Proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi Proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standard yang dilaksanakan secara tertib dan kerja sama semua fihak. Standardisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas dsb) dengan pedoman (standar) yang ditetapkan Standard: Spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan konsensus semua fihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, serta keselamatan, lingkungan, perkembangan IPTEK, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Merumuskan standar: adalah kegiatan sejak pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun rancangan standar sampai terjadinya konsensus (kesepakatan) dari semua fihak yang berkepentingan. Menetapkan standar: adalah kegiatan menetapkan rancangan standar (SNI) yang telah dikonsensuskan menjadi SNI dengan surat keputusan BSN (Badan dikonsensuskan menjadi SNI dengan surat keputusan BSN (Badan Standardisasi Nasional). Menerapkan standar: adalah kegiatan menggunakan standar (SNI). Revisi standar: upaya menyempurnakan standar sesuai dengan kebutuhan. Fihak Terkait: Produsen (bahan baku) Penyalur (distributor) Pengguna (masyarkat) Lembaga Akademis Lembaga Akademis Pemerintah (melindungi kepentingan masyarakat melalui proses registrasi, pengawasan mutu, dsb.) LSM Tujuan Standardisasi (di Indonesia): adalah terwujudnya jaminan mutu produk dan jasa dengan memperhatikan segi-segi keamanan, keselamatan, kesehatan dan fungsi lingkungan hidup dalam menunjang masuknya produk dan jasa Indonesia dalam pasar bebas, serta melindungi konsumen atas masuknya barang dan jasa impor ke Indonesia. ke Indonesia. Mengapa perlu dilakukan standardisasi? SAFETY QUALITY EFFICACY PARAMETER MUTU EKSTRAK (Depkes RI, 2000) Parameter non spesifik Parameter spesifik STANDARISASI EKSTRAK Parameter non spesifik 1. Susut pengeringan dan bobot jenis 2. Kadar air 3. Kadar abu Parameter spesifik 1. Identitas 2. Organoleptik 3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu 3. Kadar abu 4. Sisa pelarut 5. Residu pestisida 6. Cemaran logam berat 7. Cemaran mikroba 8. Cemaran kapang, khamir, dan aflatoksin pelarut tertentu 4. Pola kromatogram 5. Kadar total gol kandungan kimia 6. Kadar kandungan kimia tertentu PARAMETER NON SPESIFIK SUSUT PENGERINGAN SUSUT PENGERINGAN SUSUT PENGERINGAN SUSUT PENGERINGAN Pengertian dan prinsip : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau sampai bobot konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan siasa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka BOBOT JENIS Pengertian dan Prinsip Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25C) yg ditentukan dgn alat khusus piknometer Tujuan Tujuan Memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yg merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai pekat (kental) yg masih dapat dituang Memberikan gambaran kandungan kimia terlarut KADAR AIR Pengertian dan prinsip Pengukuran kandungan air yg berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yg tepat di antara cara titrasi, destilasi/gravimetri Tujuan Tujuan Memberikan batasan maksimal/rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan Nilai Maksimal/rentang yg diperbolehkan. Terkait kemurnian dan kontaminasi PENETAPAN KADAR AIR TITRASI DESTILASI GRAVIMETRI Pereaksi Karl Fischer METODE TITRASI Pelarut azeotrop (air dan toluena METODE Pelarut azeotrop (air dan toluena Kadar air 2-5 ml METODE DESTILASI 105C, 5 jam Tiap jam ditimbang METODE GRAVIMETRI KADAR KADAR KADAR KADAR ABU ABU ABU ABU Pengertian dan prinsip Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuan Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak KADAR ABU Abu : sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu tidak menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu) Abu : sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu tidak menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu) Alat : tanur, suhu 450C Alat : tanur, suhu 450C Secara kimia adalah oksida logam dan bahan-bahan lain yg tidak dapat dibakar (unsur mineral dan anorganik) Secara kimia adalah oksida logam dan bahan-bahan lain yg tidak dapat dibakar (unsur mineral dan anorganik) SISA SISA SISA SISA PELARUT PELARUT PELARUT PELARUT Pengertian dan prinsip Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara umum dgn kromatografi gas Tujuan Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yg seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk sisa pelarut yg seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jml pelarut (alkohol) sesuai yg ditetapkan Batas sisa pelarut : Etanol 1% Pelarut lain 0% RESIDU RESIDU RESIDU RESIDU PESTISIDA PESTISIDA PESTISIDA PESTISIDA Pengertian dan prinsip Menentukan kandungan sisa pestisida yg mungkin saja pernah ditambahkan/mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bg kesehatan Alat : GC CEMARAN CEMARAN CEMARAN CEMARAN LOGAM BERAT LOGAM BERAT LOGAM BERAT LOGAM BERAT Pengertian dan prinsip Menentukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom (SSA/AAS)/yg lainnya yg lebih valid Tujuan Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, As) melebihi nilai yg ditetapkan karena berbahaya bg kesehatan CEMARAN CEMARAN CEMARAN CEMARAN MIKROBA MIKROBA MIKROBA MIKROBA Pengertian dan prinsip Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yg patogen secara analisis mikrobiologis Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan krn berpengaruh pd stabilitas ekstrak dan berbahaya bg kesehatan PARAMETER SPESIFIK 1. IDENTITAS Tujuan : Memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas I. Deskripsi tata nama 1. Nama ekstrak 2. Nama latin tumbuhan 2. Nama latin tumbuhan 3. Bagian tanaman yg digunakan 4. Nama Indonesia tumbuhan II. Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas (senyawa tertentu yg mjd petunjuk spesifik dgn metode tertentu) 2. ORGANOLEPTIK EKSTRAK BENTUK WARNA RASA BAU 3. SENYAWA TERLARUT DALAM PELARUT TERTENTU a. Kadar senyawa larut air b. Kadar senyawa larut dalam etanol b. Kadar senyawa larut dalam etanol (MMI : kadar sari) 4. POLA KROMATOGRAM KLT Kromatografi Gas Kromatografi Gas KCKT 5. KADAR TOTAL GOLONGAN KANDUNGAN KIMIA Golongan minyak atsiri Golongan steroid Golongan tanin Golongan tanin Golongan flavonoid Golongan saponin Golongan alkaloid Golongan antrakinon 6. KADAR KANDUNGAN KIMIA TERTENTU Senyawa identitas Senyawa dominan Metode Spektrofotodensitometri GC KCKT SELESAI SELAMAT BELAJAR SELAMAT MENEMPUH UJIAN TENGAH SEMESTER SELAMAT MENEMPUH UJIAN TENGAH SEMESTER SEMOGA ILMU YANG DIPEROLEH BERMANFAAT. AMIN