Anda di halaman 1dari 15

FITOKIMIA

ISOLASI PIPERIN DARI LADA HITAM (Piper nigrum)

Disusun Oleh:

Risa Wuriana M

Sofia Rachma

Dina Sunarni

AKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG

2014
ISOLASI PIPERIN DARI LADA HITAM (Piper nigrum)

I. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piper
nigrum beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode KLT.

II. Dasar Teori

Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan
sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan
beberapa nama antara lain piper, lada, merica, dan sakang. Dari perlakuan terhadap buah
lada dapat diperoleh lada hitam atau lada putih. Lada hitam di peroleh dari buah lada yang
belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga kulitnya berkeriput dan berwarna
hitam .Lada putih berasal dari buah yang masak dan kulitnya sudah dihilangkan dan
dikeringkan sehingga warnanya putih (Anwar,dkk.1994).

Lada hitam hidup subur di kawasan beriklim tropika yang panas dan lembab.
Lazimnya, lada hitam dibiak daripada keratan batang dan pembiakan menggunakan biji
jarang dilakukan. Sistem akar berkembang daripada akar adventitius yang terbentuk pada
bahagian buku keratan batang yang ditanam. Daun akan keluar pada setiap buku semasa
peringkat tumbesaran keratan pucuk utama. Akar adventitius juga akan berkembang untuk
membantu pucuk melekat pada tiang sokongan. Pada setiap buku, mata tunas aksil tumbuh
menjadi dahan sisi dan seterusnya akan mengeluarkan sulur buah.

Bunga lada keluar pada buku yang bertentangan dengan setiap daun di dahan sisi.
Kebanyakan kultivar lada mempunyai bunga dwiseks yang kebiasaannya mengalami
pendebungaan sendiri. Buah lada yang lebih dikenali sebagai beri, berwarna hijau dan
berkeadaan lembut di peringkat awal pembentukan. Ia bertukar ke warna hijau tua dan
menjadi keras apabila matang. Kulit luar (eksokarpa) berwarna kuning dan merah cerah
dan menjadi lembut apabila masak. Setiap beri lada mengandung biji tunggal yang
diselaputi isi buah (mesokarpa). Lada hitam terdiri daripada keseluruhan beri yang telah
dikeringkan manakala lada putih adalah biji lada.

Rasa pedas buah lada adalah disebabkan oleh kehadiran alkaloid piperine,
chavisine dan piperettine manakala minyak pati menghasilkan aroma lada. Kedua-dua
sebagian tersebut membentuk oleoresin yang dapat diperoleh melalui proses ekstraksi
pelarut. Kepedasan lada juga dipengaruhi oleh varieti dan persekitaran penanaman lada.

Tumbuhan ini berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon
betina. Daun berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk lonjong seperti lemon,
berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada
daging buahnya. Bila masak daging dan kulit buahnya membuka dan biji akan terlihat
terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan biji yangt berwarna coklat.
Biji lada mengandung minyak atsiri 7-14 %. Bubuk lada dipakai sebagai penyedap untuk
roti atau kue, puding, saus, sayuran. Minyak juga dipakai sebagai campuran parfum atau
sabun.

III. Klasifikasi Tanaman Lada


Berdasarkan sistem klasifikasi dari Cronquist dalam Pasuki (1994), klasifikasi
tanaman lada adalah sebagai berikut:
Divisi : Magndrophyta.
Kelas : Magnolipisida.
Anak Kelas : Magnolidae.
Bangsa : Piperales.
Suku : Piperaceae.
Marga : Piper.
Spesies : Piper ningrum L.
Piperin (1–piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti
piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,50C,
merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit
larut dalam air (Anwar,dkk.1994).
Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada
hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe jawa.
Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar,dkk.1994).
Struktur piperin adalah sebagai berikut :

N
CO CH O CH2
HC CH
HC O

Piperin merupakan amida (R-CONH2). Reaksi hidrolisis amida dapat dilakukan


baik dalam suasana asam maupun suasana basa. Dalam kedua kondisi ini, asam dan basa
berfungsi sebagai pereaksi dan bukan sebagai katalis. Dalam suasana asam, terjadi
penyelangan air terhadap amida sedangkan dalam suasana basa terjadi penyerangan ion
hidroksil terhadap atom karbon karbonil amida.

IV. Metode
1. Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan untuk mengambil senyawa piperin pada
simplisia Piper nigrum adalah soxhletasi. Prinsip dari soxhletasi yaitu penyarian secara
terus-menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan pelarut yang relative sedikit.
Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang
tersari. Biasanya pelarut yang digunakan yaitu pelarut yang mudah menguap atau yang
mempunyai titik didih rendah. Kelebihan dari soxhletasi yaitu, proses ekstraksi berjalan
sempurna, pelarut sedikit, prosesnya lebih cepat. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak
dapat digunakan untuk isolasi senyawa yang termolabil atau bahan tambahan yang peka
terhadap suhu. Digunakan metode soxhletasi karena piperin merupakan alkaloid yang
tahan terhadap pemanasan, selain itu dengan berbagai pertimbangan tentang
keuntungan ekstraksi seperti yang telah disebutkan.
a. Keuntungan metode soxhletasi :
- Sampel terekstraksi dengan sempurna
- Proses ekstraksi lebih cepat
- Pelarut yang digunakan sedikit.
b. Kerugian metode soxhletasi
- Tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang tidak tahan panas
- Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
- Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
- Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif

Gambar : alat soxhlet


2. Isolasi Piperin Dengan Metode Rekristalisasi

Isolasi piperin dapat menggunakan dengan metode rekristalisasi yang merupakan


prosedur paling sederhana. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk
kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter,
metanol-aseton, dan etanol-aseton. Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan
identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah lada serta melakukan analisis kualitatif
piperin dalam sampel hasil isolasi. Rekristalisasi merupakan suatu teknik pemisahan
atau pemurnian suatu zat dari suatu pencemar dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang sesuai. Metode rekristalisasi
menggunakan prinsip perbedaan kelarutan antara pencemar dengan zat yang akan
diambil.

3. Identifikasi Kristal Piperin dengan Metode KLT

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya
menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan
jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.

Kristal yang terbentuk dipisahkan, dicuci dengan etanol 96 % dikeringkan


dalam almari pengering pada suhu 40' C selama 30-45 menit, kemudian disimpan
dalam desikator. dihitung rendemen hasil percobaan dan identifikasi piperin
menggunakan kristal yang telah dilarutkan dalam etanol dan menggunakan sari yang
telah disimpan dalam flakon
Fase diam : Silika gel GF 254 nm
Fase gerak: Toluen : etil asetat (2:1)
Diamati hasil bercak yang tampak pada sinar tampak, UV 254, dan 366, setelah
disemprot dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat dan dipanaskan pada 110' C selama
10 menit. amati warna yang terjadi. Hitung Rf bercak.

V. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Perangkat penyari soxhlet
b. Pembakar spirtus
c. Beker glass
d. Batang pengaduk
e. Cawan porselen
f. Corong
g. Perangkat KLT (plat alumina, chamber, kertas saring)
h. Glasswool

2. Bahan :
a. Serbuk buah Piper nigrum L.
b. Etanol 96%
c. KOH-Etanolik 10%
d. Silika gel GF 254
e. Benzen
f. Etil asetat
g. Anisaldehida-asam sulfat
VI. Cara Kerja
1. Cara ekstraksi dengan metode soxhletasi

a. Membersihkan lada hitam perdagangan dari kotoran dan mengeringkannya.


b. Melakukan penggilingan sehingga menjadi serbuk lada yang halus.
c. Membungkus 90 gram lada dengan kertas saring, dan kemudian.
d. Memasukkannya ke dalam alat ekstraksi Soxhlet.
e. Melakukan ekstraksi selama ± 5 jam dengan menggunakan pelarut absosut.
f. Menyaring ekstraktan dan melakukan evaporasi untuk memisahkan pelarut etanol
absolut 150ml.
g. Memasukkan 30 mL larutan 10 % KOH- Etanol ke dalam rsidu. Dan melakukan
penyaringan.
h. Mendiamkan larutan basa etanol selama satu malam, sampai terbentuk Kristal
i. Memisahkan kristal yang terbentuk dari endapannya. Akan diperoleh kristal-
kristal yang berwarna kuning.
j. Melakukan rekristalisasi dengan pelarut etanol 95 % .
k. Melakukan uji titik leleh dan mengidentifikasi struktur dengan IR dan H1 NMR.

2. Hidrolisis Piperin

a. Merefluks 1 gram peperin dengan 20 ml larutan 10 % KOH- etanol selama 3 jam.


b. Melakukan penguapan etanol dan residu yang diperoleh.
c. Mensuspensikan dengan air panas dan melakukan penetralan dengan HCl 6 M.
d. Menyaring larutan dengan penyaring Buchner.
e. Mencuci padatan dengan air dingin.
f. Merekristalisasi dengan pelarut etanol sampai diperoleh titikleleh yang konstan.
3. Identifikasi Kristal Piperin dengan Metode KLT
a. Kristal yang terbentuk dipisahkan, dicuci dengan etanol 96 % dikeringkan
dalam almari pengering pada suhu 40' C selama 30-45 menit
b. disimpan dalam desikator
c. dihitung rendemen hasil percobaan dan identifikasi piperin menggunakan kristal
yang telah dilarutkan dalam etanol dan menggunakan sari yang telah disimpan
dalam flakon
d. Diamati hasil bercak yang tampak pada sinar tampak, UV 254, dan 366, setelah
disemprot dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat dan dipanaskan pada 110' C
selama 10 menit
e. amati warna yang terjadi. Hitung Rf bercak

Fase diam : Silika gel GF 254 nm


Fase gerak: Toluen : etil asetat (2:1)
VII. Hasil
Organoleptis :
1. Jenis sampel : Serbuk Lada Hitam
2. Jumlah sampel (g) : 30 gr
3. Jumlah pelarut untuk ekstraksi : 100 ml
4. Warna kristal : Kuning
5. Bentuk : Kristal panjang
6. Rasa : Pedas
7. Bau : Menyengat
8. Titik Lebur : 130o C
VIII. Pembahasan
Pada percobaan ini, menggunakan metode ekstraksi continue untuk memperoleh
senyawa piperin dari lada hitam. Metode ekstraksi continue yang dilakukan bertujuan
untuk memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi. Lada hitam yang digunakan
dibersihkan dan dihaluskan hingga terbentuk serbuk lada yang halus. Tujuan penghalusan
lada hitam adalah agar zat-zat yang terkandung di dalam lada hitam mudah melarut dalam
pelarut yang digunakan. Hal ini karena semakin halus serbuk, maka kelarutan akan
meningkat karena semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut, sehingga semakin banyak
zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien proses pemisahan atau ekstraksi yang terjadi.

Karena sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah lada hitam yang
berupa padatan, sehingga metode ekstraksi continue yang digunakan dengan cara
soxhletasi. Sebelum melakukan soxhletasi, dilakukan tahap preparasi atau persiapan, yaitu
membungkus sampel serbuk lada hitam yang digunakan dengan kertas saring sedemikian
rupa sehingga berbentuk lonjong. Lalu diikat dengan benang gandir agar serbuk tidak
pecah atau keluar dari kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung. Kertas saring
digunakan sebagai pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan
berpori yang dapat memperudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung di dalam
sampel.

Dalam proses soxhletasi pada percobaan ini, menggunakan pelarut berupa etanol.
Pelarut etanol digunakan untuk melarutkan zat yang diinginkan dari dalam lada hitam.
Etanol digunakan karena baik piperin maupun etanol memiliki kepolaran yang sama yaitu
bersifat polar sehingga etanol mampu melarutkan piperin sesuai dengan prinsip like
dissolved like. Dari literature diperoleh bahwa piperin merupakan senyawa alkaloid yang
dapat larut dalam alcohol yaitu etaol, dimana antara piperin dengan etanol mampu untuk
membentuk ikatan hydrogen.
Gambar ikatan hydrogen antara piperin dan etanol adalah sebagai berikut:

N
HOCH2CH3
CO CH ikatan hidrogen
O
CH CH
CH2

CH3 O

Selanjutnya memasukkan kertas saring yang sudah berisi serbuk lada hitam ke dalam
alat soxhlet, kemudian memasukkan etanol absolute ke dalam labu bundar dan merangkai
alat soxhlet serta melakukan proses ekstraksi selama beberapa jam (± 3 jam). Pada saat
proses ekstraksi juga digunakan batu didih pada labu pelarut yang bertujuan untuk menjaga
tekanan dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses ekstraksi
berlangsung. Disamping itu, digunakan penangas minyak karena suhu yang diperlukan untuk
memperoleh piperin cukup tinggi (lebih dari 100oC), sehingga tidak cocok bila menggunakan
penangas air. Hal ini karena titik didih air kurang dari titik didih piperin sehingga ditakutkan
justru piperin yang akan ikut menguap jika menggunakan penangas air.

Proses yang terjadi selama soxhletasi adalah pelarut etanol dipanaskan dalam labu
bundar sehingga menguap dan didinginkan menggunakan kondensor, sehingga jatuh berupa
cairan ke sample (lada hitam) untuk melarutkan zat aktif di dalam sampel lada hitam dan jika
cairan pelarut telah mencapai permukaan sifon maka seluruh cairan pelarut etanol yang
membawa solute telah mencapai permukaan sifon akan keluar melalui pipa kecil menuju labu
bundar datar dan proses ini terjadi secara terus menerus atau continue sehingga terjadi proses
soxhletasi. Dari proses soxhletasi dihasilkan ekstrak lada hitam sebanyak 37,5 mL dan dalam
proses pada alat soxhlet ini mengalami 16 siklus yang continue menghasilkan larutan lada
hitam atau ekstraktan yang berwarna hijau bening.

Hasil tadi kemudian dievaporasi yang bertujuan untuk memisahkan hasil ekstrak
dengan pelarutnya, yakni etanol. Dalam evaporator akan terjadi pemisahan ekstrak dari
pelarutnya (etanol) dengan prinsip pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu bundar,
pelarut dapat menguap 5-10oC di bawah titik didih pelarutnya disebabkan adanya perubahan
tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan pelarut etanol akan menguap naik ke
kondersor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut etanol murni
yang ditampung dalam labu bundar sebagai penampung pelarut. Sehingga diperoleh ekstrak
larutan hijau pekat dengan krital jarum.

Selanjutnya, ekstrak yang pekat tadi ditambahkan dengan larutan KOH dalam etanol
dan diperoleh larutan berwarna cokelat kehijau-hijauan. Penambahan larutan KOH dalam
etanol bertujuan untuk memperoleh piperin dari ekstrak pekat tersebut, dimana di dalam
ekstrak tersebut terdapat komponen lain ketika ditambahkan KOH-etanol yang menyebabkan
piperin yang ada dalam ekstrak tersebut bereaksi menjadi garam asam piperat dan dengan
penambahan KOH-etanol dapat mengeliminasi senyawa lainnya, karena dalam ekstak
tersebut masih ada zat pengotor. Masih terdapatnya zat pengotor ini disebabkan senyawa
piperin, merupakan senyawa alkaloid golongan amida yang dapat mengalami reaksi
hidrolisis baik dalam suasana asam maupun basa. Jadi penambahan larutan KOH-etanol ini
bertujuan untuk mengisolasi senyawa piperin dalam bentuk garamnya, karena berdasarkan
literature dinyatakan bahwa senyawa golongan alkaloid sering kali diisolasi dalam bentuk
garamnya yaitu garam asam piperat.

Lalu filtrate yang ada disaring. Proses penyaringan bertujuan agar filtrate dapat
terpisah dari zat-zat pengotornya. Kemudian filtrate didiamkan dalam larutan es selama satu
malam agar terjadi pembentukan Kristal piperin yang sempurna. Hasil yang terbentuk
tersebut disaring dengan corong Buchner sehingga dapat dihasilkan Kristal yang sudah
terpisah dari filtratnya.

Kristal yang diperoleh direkristalisasi menggunakan etanol, rekristalisasi ini


didasarkan pada prinsip perbedaan dalam kelarutan pada suatu pelarut tertentu dan suhu
tertentu. Pada suhu kamar, senyawa piperin dalam bentuk kristalnya yang memang bersifat
polar akan dapat melarut dalam etanol yang juga bersifat polar. Ketika ditambahkan etanol
sebagai pelarut, maka piperin yang ada akan melarut dalam filtratnya, sedangkan zat
pengotor seperti piperin yang bersifat nonpolar atau kurang polar tidak larut dalam etanol
akan tertinggal di dalam residunya.

Selanjutnya, Kristal yang diperoleh tadi ditimbang dan ditentukan titik lelehnya.
Berdasarkan percobaan dapat diperoleh massa Kristal yang didapat sebesar 1,73 g dan dari
hasil perhitungan diperoleh persentase rendemen sebesar 1,92%. Hal ini sangat jauh dari
literature yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada hitam sebanyak 5-
92%.

Dilihat dari warna Kristal yang dihasilkan, yaitu berwarna cokelat, agak berbeda
dengan literature yang menyatakan bahwa Kristal piperin merupakan kristal berwarna
kuning. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kristal yang diperoleh di percobaan masih belum
murni.

Kristal yang dihasilkan masih sangat rendah atau tidak murni 100%. Hal ini dapat
disebabkan karena proses rekristalisasi yang masih kurang sempurna atau ketika mensoxhlet
waktunya lama, sehingga piperin yang dalam sampel lada hitam tidak dapat diekstrak
seluruhnya, tetapi hanya terekstrak seluruhnya, tetapi hanya terekstrak sebagian sehingga
persentase rendemen Kristal yang diperoleh kecil.

Dari literature, titik leleh piperin adalah 127-129,5oC, dalam percobaan kemungkinan
akan diperoleh titik didih yang lebih rendah karena piperin yang dihasilkan masih belum
murni.
IX. Kesimpulan
Piperin merupakan senyawa alkaloid yang dapat ditemukan pada lada dengan cara
diekstraksi menggunakana soxhletasi.

X. Daftar Pustaka

Anwar, Chairil. Dkk, 1996. Pengantar Praktikum Kimia Oganik. Jakarta : Depdikbud

Fessenden and Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Fessenden and Fessenden. 1991. Kimia Organik Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Lisnawati, 2004. Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam. Skripsi sarjana.
BanjarmasIN : FKIP UNLAM.

Syahmani dan Rilia Iriani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin : FKIP
UNLAM.

Anda mungkin juga menyukai