7
Senyawa marker
Merupakan senyawa penanda, yang hanya ada pada tanaman
tersebut.
Marker sangat penting dalam memastikan efikasi dan kualitas produk
obat tradisional.
Klasifikasi lain menurut Snirivasan membagi senyawa marker menjadi 4 :
1. Senyawa aktif/ Zat aktif : telah lama diketahui manfaat klinisnya
(contoh : epedrin pada Epedra sinensis)
2. Marker aktif : memiliki efek farmakologi, tapi belum diketahui
apakah memiliki efikasi klinis (contoh : Alliin pada Allium sativum).
3. Marker analisis : tidak memiliki efek farmakologi & efikasi klinis,
hanya untuk identifikasi dan kuantifikasi pada saat standarisasi
(contoh : alkilamid yang berbeda ditemukan pada akar Echinaceae
angustifolia dan E. purpurea tetapi tidak ada pada E. pallida).
4. Marker negative : senyawa marker yang toksik dan allegenik (contoh :
Asam ginkolat pada Gynko biloba).
8
MACAM-MACAM PELARUT
• Cara Dingin :
1. Maserasi
2. Perkolasi
• Cara Panas :
1. Refluks
2. Sokletasi
3. Destilasi
• Cara dimodifikasi :
1. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction
2. Supercritical Fluid Extraction (SFE)
3. Microwave-Assisted Extraction (MAE)
10
Ekstraksi
1. Maserasi : Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut
yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar.
2. Perkolasi : Metode ini dilakukan dengan cara serbuk sampel dibasahi secara
perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran
pada bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah.
3. Sokletasi : suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu.
4. Refluks : Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu
yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap
akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
11
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
ekstraksi
4. Destilasi : Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Prinsip penyarian sama dengan refluks.
6. Infusa : Metode yang digunakan untuk sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90ᵒC selama 15 menit.
7. Dekokta : Suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus, perbedaannya pada dekokta
digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai suhu mencapai 90ᵒC.
8. Digestasi : Proses penyarian yang sama sepe.rti maserasi dengan menggunakan pemanasan pada
suhu 30ᵒC – 40ᵒC
9. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction : Metode maserasi yang dimodifikasi dengan
menggunakan bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). dilakukan untuk
memberikan tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel
dapat menyebabkan peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil
ekstraksi.
10. Metode ekstraksi Supercritical Fluid Extraction (SFE) dan Microwave-Assisted Extraction
(MAE) merupakan metode ekstraksi modern yang mengacu pada konsep GAC karena
penggunaan energi dan pelarut yang diminimalisir serta waktu dan biaya yang lebih efektif
sehingga bersifat lebih ramah lingkungan.
12
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah metode pemisahan komponen
menggunakan fase diam berupa plat dengan lapisan bahan absorben inert. KLT
sering digunakan untuk identifikasi awal.
KLT dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, alumunium oksida (alumina
maupun selulosa) adsorben sebagai fase diam. Fase gerak yang digunakan dalam
KLT sering disebut eluen, pemilihan eluan berdasarkan polaritas senyawa dan
biasanya merupakan campuran beberapa cairan yg berbeda.
Rumus :
A = x BY
Keterangan :
A = Pelarut yang akan di ambil
X = Perbandingan pelarut yang akan di buat
Y = Jumlah keseluruhan perbandingan eluen
BY = Jumlah ml yang akan di buat
UJI FITOKIMIA
Metabolit sekuder
Sekuder:: Alkaloid,
Alkaloid,flavonoid,
Flavonoid,tanin,
Tanin,saponin,
Saponin,
fenol,
Fenol,
steroid.
Steroid.
Metabolit Primer : Karbohidrat, Lipid, Protein
Identifikasi senyawa metabolit sekunder :
1. Alkaloid dengan pereaksi drangedorf : endapan coklat
alkaloid dengan pereaksi mayer : endapan gumpal putih atau warna
kabut.
2. Flavonoid dengan pereaksi asam klorida pekat : terbentuk warna
merah
3. Tanin dengan pereaksi besi III klorida : terbentuk warna hitam
kehijauan
4. Saponin dengan air panas dikocok terbentuk busa atau buih putih
menetap selama kurang dari 10 menit
5. Steroid/triterpenoid dengan pereaksi liberman-bouchard(asam asetat
glasial-asam sulfat pekat) : bila terbentuk wama merah menunjukkan
senyawa steroid atau hijau menunjukkan senyawa triterpenoid.
Standarisasi spesifik simplisia
a. Organoleptis
warna, bau, rasa dan bentuk yang seobjektif mungkin.
b. Identitas simplisia
tata nama tumbuhan, nama lain tumbuhan, bagian tumbuhan yang
digunakan (daun, akar, biji, dan lain-lain) dan nama Indonesia tumbuhan.
c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan simplisia dengan pelarut tertentu yaitu air dan alkohol untuk
mengetahui jumlah senyawa kandungan yang terlarut secara gravimetrik.
Untuk mengetahui atau memberikan gambaran awal sifat senyawa
kandungan bahan alam.
D. Uji kandungan kimia simplisia
Uji kandungan kimia ekstrak meliputi pola kromatogram dan kandungan
kimia tertentu.
Standarisasi Non-spesifik pada simplisia
1. Susut Pengeringan : memperlihatkan berapa banyak senyawa yang terkandung
pada ekstrak dan berapa banyak yang hilang/mudah menguap saat proses
pengeringan
2. Kadar Air : bertujuan untuk menghindari pertumbuhan jamur pada ekstrak (≤ 10%).
3. Kadar Abu Total : untuk mengetahui jumlah bahan anorganik atau mineral yang
tersisa setekah proses pengabuan, karena karaktek fisik ekstrak dapat dipengaruhi
oleh adanya senyawa organic ataupun mineral (tidak ≥ 16,6%) (Depkes RI, 2008).
4. Kadar Abu Tidak Larut Asam : untuk mengevaluasi ekstrak dari kontaminasi
tanah dan pasir, (tidak ≥ 0,7%) (Depkes RI, 2008).
5. Sisa Pelarut : menentukan kandungan sisa pelarut untuk menjamin tidak
meninggalkan sisa pelarut selama proses.
6. Residu Pestisida : Untuk menjamin ekstrak tidak mengandung pestisida.
7. Cemaran Mikroba: menjamin ekstrak tidak tercemar mikroba yang pathogen.
8. Cemaran Kapang & Khamir : menjamin ekstrak tidak tercemar jamur.
17
%
18
Contoh Soal
1. Sebuah industri farmasi ingin memasarkan produk kapsul herbal yang mengandung ekstrak jambu biji
untukmenghentikan diare. Produk tersebut didasarkan dengan logo daun bercabang. Produk tersebut
termasuk dalam dasar?
2. Seorang asisten dalam suatu industri ingin melakukan proses elusi suatu sampel ekstrak dengan menggunakan
perbandingan pelarut etanol : air : etil asetat : heksan dengan perbandingan 3 : 2 : 0,5 : 1 dibuat sebanyak 10 ml,
berapa banyak pelarut (ml) yang di gunakan dari tiap perbandingan tersebut… ?
a. 4,6 ml : 3,1 ml : 0,3 ml : 1,5 ml
b. 4,6 ml : 3,1 ml : 0,8 ml : 1,5 ml
c. 3 ml : 2 ml : 0,8 ml : 1,5 ml
d. 5 ml : 3,1 ml : 0,5 ml : 1,5 ml
e. 4,6 ml : 2 ml : 0,8 ml : 3 ml
3.
Batch Kontrol + Kontrol - Hasil Dilakukan uji sterilitas larutan infus nacl
I + - - 0.9% batch. Batch manakah yg positif
palsu?
II - - +
III - + -
IV + - +
V + + +
19
20
Thank You
21