Oleh
2018
I. TUJUAN
1. Membuat etil asetat dan metil ester melalui esterifikasi
2. Mengerti bahwa laju reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain,
suhu, konsentrasi, katalis dan waktu
3. Mengidentifikasi produk etil asetat melalui pengukuran titik didih, indeks bias, berat
jenis, bau dan warna
II. DASAR TEORI
Esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol. Produk
esterifikasi (ester) yang dibuat dari asam asetat seperti etil asetat, butil asetat mempunyai
sifat yang khas yaitu baunya yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai
pengharum (essence) sintetis.
Minyak nabati mengandung pula asam-asam karboksilat yang disebut dengan asam
lemak. Di dalam minyak asam lemak ini membentuk ester yang disebut dengan tri, di dan
monogliserida. Bila asam lemak ini tidak membentuk ikatan, maka disebut asam lemak
bebas. Dalam pembuatan biodiesel, esterifikasi dilakukan untuk mengurangi kadar asam
lemak bebas (FFA) dengan cara mengkonversi FFA tersebut menjadi metil ester. Pada
proses ini akan diperoleh minyak dengan campuran metil ester kasar dan metanol sisa serta
air (Soerawidjaja, 2006).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat. Untuk
mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan produk, maka dilakukan dengan
pengadukan, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi bergeser ke
kanan. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah
pengadukan, suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan waktu reaksi (Mittelbach, 2004).
Dalam minyak, bila alkohol yang digunakan adalah metanol, maka reaksi tersebut
dituliskan sebagai berikut :
Urutan kereaktifan alkohol terhadap esterifikasi adalah CH3OH > primer > sekunder >
tersier. Sedangkan kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi :
HCO2H > CH3CO2H > RCH2CO2H > R2CHCO2H > R3CCO2H.
Kinetika reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol yang menggunakan katalis asam
dinyatakan sebagai berikut :
ROH + H+ ROH2+
R’COOH + ROH2+ R’COOR + H3O+
Laju esterifikasi sesuai dengan konsentrasi ester dan kompleks alkohol :
d [ R’COOR ] / dt = k [R’ COOH] [ ROH2+]
Dengan terbentuknya air dalam reaksi ini menyebabkan lambatnya laju esterifikasi,
sehingga kesetimbangan antara alkohol dengan kompleks air ditunjukkan pada persamaan
reaksi dibawah ini :
ROH2+ + H2O H3O+ + ROH,
Berdasarkan reaksi kesetimbangan diatas, maka konstanta kesetimbangan dinyatakan
dengan persaman sebagai berikut :
K = [ H3O+] [ ROH] / [ ROH2+] [H2O]
(Fessenden, 1982)
Sesuai dengan hukum aksi massa (mass-action law), untuk memperoleh rendemen ester
yang tinggi, maka kesetimbangan harus bergeser ke arah pembentukan ester. Untuk
mencapai keadaan ini dapat ditempuh dengan cara :
a. Salah satu pereaksi (yang murah) digunakan secara berlebihan.
b. Membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi, misalnya melalui proses
distilasi air secara azeotropisI.
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa
yang mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks
adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan
tetap ada selama reaksi berlangsung. (Rahayu, 2011)
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya
dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer
setelah kondensor pendingin air terpasang, campuran diaduk dan direfluks selama waktu
tertentu sesuai dengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak
atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi.(Rahayu, 2011)
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik
didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam
proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan
tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat
peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin . Proses destilasi diawali
dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap.
Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi
karena mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang
dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya dapat
memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen
tersebut.(Raharjo, 2013)
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen yang
lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat
asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen). Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Pembuatan
etil asetat secara niaga dari asam asetat dan etanol meliputi penyulingan ester bertitik didih
rendah (titik didih=70oC) begitu ester ini terbentuk dari reaksi. Hasil sulingan sebenarnya
merupakan azeotron – tiga (suatu campuran yang tetap mendidih pada suhu tetap)
memdidih pada suhu 70oC dan terdiri ata 83% etil asetat, 8% etanol dan air 9%. Kedua
komponen yang disebut terakhir mudah diambil dengan proses ekstraksi, dan etanolnya
didaur kembali untuk pengesteran lebih lanjut. (Pine, 1988)
Rangkai Alat
Refluks
T=30menit
RPM=
Ekstraksi Pelarut
Filtrasi
Destilasi
Analisis Produk
1. Massa Jenis
2. Titik Didih
3. Indeks bias
V. MSDS
Identifikasi Bahaya
Pemadaman kebakaran
Jika terjadi kebocoran segera hubungi bagian penyelamatan darurat, mengurangi sumber
penyalaan hentikan kebocoran jika tidak ada resiko gunakan APD
Penangganan
Jaga agar wadah selalu tertutup gunakan ventilasi yang memadai, hindarkan dari
panas dan nyala api mematikan
Penyimpanan
Simpat di tempat terpisah jaga agar wadah tetap dingin dalam area yang
berventilasi, wadah harus tertutup dan bersegel sampai bahan siap digunakan,
hindarkan dari sumber penyalaan.
Pengawasan teknik
Menyediakan ventilasi yang memadai untuk menjaga sirkulasi, tempat pencucian berada
pada tempat yang strategis
IDENTITAS BAHAYA
Dapat terbakar.
Mengakibatkan luka bakar yang parah.
Uap asam dapat mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan.
Kadar yang tinggi dapat menyebabkan peradangan saluran pernafasan dan akumulasi cairan pada
paru-paru.
Dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kerusakan mata permanen.
Bila tertelan dapat menyebabkan gangguan saluran usus.
Mata: Jika terkena mata segera siram dengan air bersih yang banyak dan mengalir
sekurang-kurangnya selama 10 menit. kemudian hubungi petugas medis segera.
Kulit: Jika terkena kulit, segera basuh kulit dengan air yang banyak dan mengalir
sedikitnya selama 15 menit. Olesi dengan Polyethylene Glycol atau dapat menghubungi
perawatan medis dengan segera. Jika terkena pakaian, segera lepaskan pakaian yang
terkontaminasi
Terhirup: Jika terhirup, segera cari tempat yang mengandung udara bersih dan segar. Jika
pingsan, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis
perhatian segera.
Tertelan: Diusahakan untuk tidak memuntahkannya kecuali bila diarahkan oleh petugas
medis. Berikan air minum yang banyak. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut
kepada orang yang pingsan. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.
Identifikasi Bahaya
Efek jangka pendek : Penghirupan uap asam menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta mengganggu paru-paru. Cairan asam dapat merusak kulit dan
menimbulkan luka yang amat sakit. Dapat menimbulkan kebutaan bila terkena mata.
Efek jangka panjang : Penghirupan uap asam kadar kecil dalam jangka panjang
berakibat iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru
Kebakaran : Tidak terbakar, tetapi asam pekat bersifat oksidator yang dapat
menimbulkan kebakaran bila kontak dengan zat organik seperti gula, selulosa dan lain-
lain. Amat reaktif dengan bubuk zat organik.
Reaktivitas : Mengalami penguraian bila kena panas, mengeluarkan gas SO2. Asam
encer bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif bila kena
nyala atau panas. Asam sulfat bereaksi hebat dengan air.
Oksidator kuat
Jenis pemadaman api : dry chemical
Bereaksi pada suhu extrim dengan dekomposisi kekerasan
Titik nyala: Tidak ternyalakan
Oksidator kuat. Kontak dengan bahan yang mudah terbakar dapat menyebabkan
kebakaran.
Kenakan pakaian pelindung yang sesuai untuk mencegah kontak dengan kulit dan
mata.
Gunakan alat bantu pernapasan untuk mencegah kontak dengan produk dekomposisi
termal.
Kontak dengan logam dapat menghasilkan gas hidrogen yang mudah terbakar.
Gunakan karbon dioksida atau bahan kimia kering.
Segera hubungi petugas pemadam kebakaran
Mata: Dapat menyebabkan cedera kornea. Kontak dengan mata dapat menyebabkan
iritasi parah, mata dan luka bakar.
Kulit: Kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan luka bakar, terutama jika kulit basah
atau lembab.
Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan.
Inhalasi: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
dengan nyeri terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, mengi, sesak napas dan edema
paru.
Kronis: inhalasi berkepanjangan atau berulang-ulang dapat menyebabkan mimisan,
hidung tersumbat, erosi pada gigi, perforasi septum hidung, nyeri dada dan bronkitis
Tindakan Pertolongan Pertama
Mata: Segera siram mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, sesekali
mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis dengan segera.
Kulit: Dapatkan bantuan medis. Siram kulit dengan banyak air dan sabun setidaknya
selama 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Cuci
pakaian sebelum digunakan kembali.
Tertelan: JANGAN memancing muntah. Jika korban sadar dan waspada, beri 2-4
cupfuls susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang
yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis dengan segera.
Inhalasi: Hapus dari paparan udara segar segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.Dapatkan bantuan medis jika batuk atau
gejala muncul.
Catatan untuk Dokter: Perlakukan berdasar gejala dan penuh dukungan.
Kontak Mata: Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi
kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air
dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air
sedikitnya selama 15 menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan
sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin
mungkin dapat digunakan pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar
bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi
dengan krim anti-bakteri. Mencari medis segera
Inhalasi: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan
pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian
medis.
Serius Terhirup: Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan
pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit
bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke
mulut.
PERINGATAN:
Tertelan: JANGAN mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh
personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada korban yang
sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut ke mulut
(resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari bantuan medis
segera.
a. Data Pengamatan
1. Etanol 0.789
O
C2H5OH 25 mL 46 g/mol 78.37 C g/cm3
4. Natrium 2.54
O
Karbonat Na2CO3 50 mL 106 g/mol 851 C g/cm3
7. 0.9003
O
Etil Asetat C4H8O2 - 88 g/mol 77.06 C g/cm3
b. Refluks
Diketahui :
Massa Jenis C2H5OH = 0.789 g/cm3
Volume C2H5OH = 25 ml
Ditanya : Rendemen (%) ?
Jawab :
60 g/mol
46 g/mol
Reaksi Esterifikasi :
CH3COOH + C2H5OH ⇌ CH3COOC2H5 + H2O
M : 0,525 0,43
= 37,84 gram
13 𝑚𝐿
= 42,03 𝑚𝐿 𝑥 100%
= 30,9303 %
VIII. Pembahasan
Langkah berikutnya, untuk mengetahui produk tersebut adalah etil asetat kami
melakukan identifikasinya dengan melakukan pengukuran indeks bias, massa jenis, dan
titik didih dan membandingkan dengan literatur. Dengan indeks bias sebesar 1,3738
sedangkan pada literature 1,3720 , titik didih sebesar 76,2°C sedangkan pada literature
77,06°C, dan massa jenis 0,8962 g/mL sedangkan pada literature 0,9003g/mL. Hal itu
menggambarkan bahwa ester yang didapat mendekati nilai senyawa etil asetat walau tidak
terlalu akurat. Itu berarti, masih banyak zat lain yang terdapat dalam ester tersebut sehingga
berpengaruh pada penurunan kemurniaan etil asetat. Sehingga, yield etil asetat yang
diperoleh ialah 30,9303%.
Faktor yang berpengaruh pada hasil rendemen yang rendah ialah pencampuran
larutan yang kurang homogeny, kecepatan motor pengaduk yang tidak stabil, ester dapat
terbuang atau terbawa pelarut saat pencucian dengan Na2CO3 atau CaCl2 dan
ketidakstabilan suhu saat proses refluks yang rendah menyebabkan reaksi kurang
sempurna.
Pada menit ke-10,suhu pada pengangas adalah 80oC dan pada reaktor 77oC.
Larutan tidak berwarna dan baunya seperti balon. Pada menit ke-20, suhu penangas adalah
110oC dan pada reaktor adalah 77oC. larutan tidak berwarna dan baunya seperti balon. Pada
menit ke-30, suhu penangas adalah 110oC dan pada reaktor adalah 76oC. Larutan tida
berwarna dan baunya seperti balon.
Setelah itu, larutan dimasukkan kedalam corong pisah yang berisi larutan
Na2CO3. Penambahan Na2CO3 berfungsi untuk menetralkan larutan. Penetralan diperlukan
karena dimungkinkan masih adanya asam asetat. Setelah terbentuk dua lapisan, lapisan
bawa h dibuang. Lapisan atas merupakan lapisan ester. Lapisan ester kemudian dicuci
dengan larutan CaCl2, untuk memisahkan etil asetat dengan senyawa lain. Penambahan ini
2+
akan membuat ion Ca menarik ion karbonat yang ditambahkan sebelumnya, sehingga
membentuk garam CaCl2 dan CaCO3, dan mudah dipisahkan dengan etil asetat karena
garam tersebut memiliki massa jenis yang lebih besar dari etil asetat. Lalu dikocok dan
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah kemudian dibuang. Selanjutnya
lapisan ester ditambahkan CaCl2 anhydrous untuk mengikat sisa air yang ada. Kemudian
disaring menggunakan kertas saring dan diidentifikasi sifat fisiknya. Titik didih yang
diperoleh adalah 76,2oC; massa jenisnya 0,8962g/ml; dan indeks biasnya 1,3735.
Menurut literatur titik didih etil asetat adalah 77,1oC dan titik didih hasil
percobaan adalah 76,2oC. Ini menunjukkan bahwa etil asetat yang diperoleh memiliki
kemurnian yang cukup tinggi tetapi masih ada air atau zat pengotor lainnya yang
menyebabkan titik didih lebih kecil dari literatur. Massa jenis etil asetat adalah 0,82 g/ml
sedangkan hasil percobaan memiliki massa jenis 0,8962 g/ml, hal ini dikarenakan adanya
zat pengotor. Indeks bias berdasarkan literatur adalah 1,3720 dan hasil percobaan adalah
1,3735 hal ini dikarenakan adanya zat pengotor yang masih tertinggal.
Reaksi esterfikasi ini sendiri merupakan reaksi reversible yang sangat lambat,
maka untuk mempercepat laju reaksi diperlukan katalis, dalam percobaan kali ini
digunakan asam sulfat pekat 98% sebanyak 5mL.
Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum adalah merangkai alat untuk proses
reflux, setelah itu ke dalam reaktor dicampurkan 25 mL etanol dan 30 mL asam asetat
glacial. Kemudian ditambahkan 5mL asam sulfat yang dimasukkan tetes demi tetes
kedalam reaktor. Tujuannya tidak terjadi degradasi campuran antara asam asetat dan
etanol.
Pada 10 menit pertama suhu penangas adalah 80 oC dan suhu dalam reaktor adalah
77 oC, warna campuran adalah bening dengan bau menyerupai balon tiup yang belum
terlalu menyengat. Pada saat waktu campuran 20 menit, suhu penangas 110 oC dan suhu
dalam reaktor adalah 77 oC dengan warna agak keruh dan bau balon yang sedikit
menyengat. Pada saat waktu campuran 30 menit, suhu penangas 110 oC dan suhu dalam
reaktor adalah 76 oC dengan warna agak keruh dan bau balon yang menyengat.
Bau balon sendiri menandakan terbentuknya etil asetat, semakin menyengat bau
maka kadar etil asetat dalam campuran semakin tinggi. Adapun suhu di dalam reaktor tidak
boleh melebihi 77 oC karena mengingat titik didih dari etanol.
Filtrat kemudian di analisis titik didih, massa jenis serta indeks biasnya.
Berdasarkan literatur titik didih etil asetat adalah 77,1oC sedangkan titik didih ester hasil
percobaan adalah 76,2oC. Ini menunjukkan bahwa etil asetat yang diperoleh memiliki
kemurnian yang cukup tinggi tetapi masih terdapat zat pengotor lain yang menyebabkan
titik didih lebih kecil dari literatur. Massa jenis etil asetat adalah 0,82 g/ml sedangkan hasil
percobaan memiliki massa jenis 0,8962 g/ml, hal ini dikarenakan masih adanya zat
pengotor. Indeks bias berdasarkan literatur adalah 1,3720 dan hasil percobaan adalah
1,3735 hal ini dikarenakan adanya zat pengotor yang masih tertinggal. Adapun zat pengotor
yang mungkin terdapat dalam larutan adalah asam asetat, etanol, Na2CO3 dan CaCl2. Zat
pengotor tersebut kemungkinan tersisa dalam larutan karena proses pemisahan yang tidak
sempurna.
Pembahasan oleh Rizky Aditya Cahya (171411061)
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan etil asetat dengan proses esterifikasi.
Bahan baku yang digunakan adalah 25 ml etanol, 30 ml asam asetat glasial ( agents ) dan
Asam sufat pekat 98% sebanyak 5 ml yang berperan sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi dan menghambat terjadinya hidrolisis ester
Hal pertama yan harus dilakukan adalah merangkai peralatan esterifikasi (refluks)
setelah itu campurkan 25 ml etanol dan 30 ml asam asetat glasial ke dalam reaktor, setelah
itu masukan tetes demi tetes asam sulfat pekat melalui salah satu lubang pada labu leher 3.
Tujuannya agar campuran cepat homogen dan menghindari degradasi campuran antara
asam asetat dengan etanol dan agar asam sulfat tidak menguap mengingat bahwa reaksi
asam sulfat bersifat eksoterm. Suhu dijaga konstan pada kisaran 770C, karena apabila
melebihi suhu tersebut akan menimbulkan bau tak sedap yang dihasilkan dari pemanasan
parafin. Setelah suhu konstan, tunggu selama 30 menit
Pada saat proses pemanasan berlangsung terjadi perubahan pada larutan yang
terdapat di dalam reaktor dari warna bening pada kondisi awal dan semakin lama semakin
keruh, selain itu semakin lama pemanasan dilakukan maka semakin menyengat juga bau
seperti balon yang kita hirup hal ini menunjukan bahwa senyawa ester sudah terbentuk
karena cirinya berbau harum. Proses selanjutnya adalah tahap ekstraksi dengan
menggunakan 1 M Na2CO3, tujuannya untuk menghilangkan asam asetat berlebih pada
produk, lalu kocok dan diamkan beberapa saat sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah
hingga hanya tersisa lapisan atas hasil ekstraksi. Langkah selanjutnya cuci lapisan ester
lalu kocok kembali dan diamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Setelah terbentuk, buang
kembali lapisan bawah hingga hanya tersisa lapisan atas. Setelah itu tambahkan 5 gram
CaCl2 anhydrat lalu saring dengan menggunakan kertas saring,
Untuk memastikan bahwa produk yang kami hasilkan adalah etil asetat maka
dilakukan uji titik didih,indeks bias dan massa jenis dan membandingkannya dengan
literatur. Didapatkan data indeks bias hasil percobaan 1,3738 ( Literature 1,3720 ), titik
didih hasil percobaan 76,20C ( Literature 77,060C ), dan massa jenis 0,8962 g/ml (Literature
0,9003 g/ml)
IX. Kesimpulan
1. Laju reaksi esterifikasi diperngaruhi oleh faktor suhu, konsentrasi, katalis dan waktu.
2. Titik didih produk 76,2°C, massa jenis produk 0,8962 g/mL, dan indeks bias produk
1,3738.
3. Volume ester yang didapatkan dalam percobaan ini adalah 13 mL.
4. Rendemen yang didapat pada percobaan ini adalah sebanyak 30,9303%.
X. Daftar Pustaka
Basuki.2017.http://basukiabt.blogspot.co.id/2017/02/msds-asam-sulfat-h2so4.html
(diakses tanggal 21 Mei 2018)
Fessenden, R. and Fessenden, J., 1982.,”Organic Chemistry”, 2nd Edition, Willard Grant
Press Publisher, Massachusetts, USA.
NN.2011.http://penetapankadarkalsiumcaco3didin.blogspot.co.id/2011/01/msds-ethanol-
1.html (diakses tanggal 21 Mei 2018)
Rosmayanti, Mella.2014.http://mellarosmayanti.blogspot.co.id/2014/05/material-safety-
data-sheet-msds-asam.html (diakses tanggal 21 Mei 2018)
Soerawidjaya, 2006. Jurnal : Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel. Bandung: ITB &
PT. Rekayasa Industri.
Syah, Wildan.2016.https://wildansyahblog.wordpress.com/2016/05/11/msds-natrium-
karbonat/ (diakses tanggal 21 Mei 2018)
XI. Lampiran