Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM TEKNIK PERAWATAN

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL: GELAS 2
DOSEN PEMBIMBING: Tifa Paramitha, S.T., M.T.

Tanggal Praktikum: Rabu, 27 November 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan: Rabu, 4 Desember 2019

Oleh:
Kelas/Kelompok: 3B/ 7 (Tujuh)

Raden Sukmawati 171411057


Rani Husna Syamdhiya 171411058
Risa Nurlaili Qodariah 171411060

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kaca merupakan benda yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari.
Kaca banyak sekali digunakan karena sifat-sifatnya yang khas yaitu transparan,
tahan terhadap serangan kimia, efektif sebagai isolator listrik dan mampu
menahan tekanan vaccum. Tetapi kaca adalah bahan yang rapuh dan secara khas
mempunyai kekuatan kompresi lebih tinggi dari tekanan tariknya.
Dari segi fisika kaca adalah zat cair yang sangat dingin dan tidak
mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas cukup tinggi sehingga
tidak megalami kristalisasi. Hal ini terjadi karena struktur partikel-partikel
penyusunnya yang saling berjauhan dan pendinginan (cooling) terjadi sangat
cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak “sempat” menyusun diri secara
teratur.
Sedangkan dari segi kimia, kaca adalah gabungan berbagai oksida
anorganik yang tak mudah menguap, yang dihasilkan dari dekomposisisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya
sehingga menghasilkan produk yang mengahasilkan struktur atom yang acak.
Kaca adalah pruduk yang mengalami vitrifikasi sempurna, atau setidak-tidaknya
produk yang mengandung amat sedikit bahan nonvitreo dalam keadaan suspensi.
Kaca atau gelas merupakan materi bening dan transparan (tembus
pandang) yang biasanya di hasilkan dari campuran silikonatau bahan silikon
dioksida (SiO2), yang secara kimia sama dengan kuarsa. Kaca memiliki sifat-
sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya. Kekhasan sifat-
sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses
pembentukannya.
1.2 Tujuan Praktikum
Setelah dilaksanakannya praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan proses pembuatan tabung reaksi dan pipet tetes
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses pembuatan tabung reaksi dan
pipet tetes
3. Mengetahui cara untuk mendapatkan tabung reaksi dan pipet tetes yang
maksimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gelas


Gelas atau lebih awam dikenal dengan sebutan kaca merupakan material
yang umum dijumpai dalam laboratorium terutama dalam pengerjaan yang
bersifat kimiawi seperti proses mereaksikan reaktan. Gelas adalah amorf (non
kritalin) material padat yang bening dan transparan (tembus pandang), biasanya
rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama berabad abad adalah jendela
dan gelas minum. Kaca dibuat dari campuran 75% silikon dioksida (SiO2) plus
Na2O, CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat
Celsius.
Gelas digunakan sebagai material wadah dalam laboratorium karena
material gelas tidak bereaksi dengan bahan kimia sehingga memungkinkan
dihasilkannya produk hasil reaktan yang murni dan sesuai yang diharapkan.
Gelas memiliki sifat transparan sehingga memudahkan pekerja laboratorium
untuk memantau kejadian yang terdapat pada wadahnya. Sifat gelas yang rapuh
mengharuskan siapapun yang bekerja dengan material gelas harus bekerja secara
teliti dan berhati-hati.
2.2 Definisi Teknik
Gelas mempunyai beberapa definisi teknis yang tergantung dari proses
pembentukan gelas, struktur atom dan keadaan thermodinamisnya.
 Secara Empiris: Gelas adalah material non-organik hasil dari proses
pendingan tanpa melalui proses kristalisasi.
 Definisi Berdasarkan Struktur: Gelas adalah benda padat yang tidak
mempunyai struktur seperti halnya keramik atau logam.
Dari segi fisika gelas adalah zat cair lewat dingin yang tegar dan tidak
mempunyai titik cair tertentu serta mempunyai viskositas cukup tinggi, sehingga
tidak mengalami kristalisasi. Ditinjau dari segi kimia, gelas adalah gabungan
dari senyawa anorganik yang didinginkan dari keadaan cairnya menjadi padat
dan keras, tanpa mengalami kristalisasi. Gelas dihasilkan dari dekomposisi dan
peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir, feldespar, serta berbagai
penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang mempunyai struktur
atom yang acak.
2.3 Pembuatan Gelas
Pembuatan gelas diawali dengan persiapan material utama berupa silika
yang diperoleh dari batuan alam. Batuan hasil tambang kemudian memasuki
proses pembersihan dari pengotor berupa tanah liat dan mineral pengganggu
lain. Mineral yang tidak diharapkan tersebut akan membuat kaca hasil produk
memungkinkan terciptanya warna pada gelas yang tidak diinginkan sebagai
gelas berwarna. Bahan-bahan pendukung lain diantaranya adalah natrium
oksida, kalsium oksida, alumunium oksida, dan potasium oksida. Bahan-bahan
tersebut kemudian dicampurkan sesuai komposisi yang sudah ditentukan dan
kemudian dilakukan proses peleburan dalam furnace dengan suhu lebih dari
2000oC.
Campuran bahan yang sudah melebur dalam furnace kemudian
dikeluarkan dan dilakukan proses pencetakan dengan proses yang cepat
dikarenakan lelehan gelas dapat dengan cepat kembali mengeras. Jika lelehan
gelas mengeras sebelum dilakukan pencetakan maka harus dilakukan peleburan
ulang. Gelas dicetak menjadi bermacam-macam produk diantaranya yaitu
peralatan laboratotium seperti gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, pipet tetes,
dll.
2.4 Jenis-jenis Gelas
1. Silika Lebur
Silika lebur atau silika vitreo dibuat melalui pirolisis silikon
tetraklorida pada suhu tinggi, atau dari peleburan kuarsa atau pasir
murni. Gelas ini mempunyai ciri-ciri nilai ekspansi rendah dan titik
pelunakan tinggi. Karena itu, kaca ini mempunyai ketahanan termal lebih
tinggi daripada kaca lain. Gelas ini juga sangat transparan terhadap
radiasi ultraviolet dan sering digunakan sebagai kuvet dalam penggunaan
alat spektrometer.
2. Alkali Silikat
Alkali silikat dibuat dari dua komponen yaitu silika dan natrium
oksida yang dilebur. Produknya disebut dengan natrium silikat atau
silikat soda. Silikat soda juga dikenal sebagai gelas larut air dan banyak
sigunakan sebagai perekat.
3. Gelas Soda Gamping
Gelas soda gamping (soda-lime glass) merupakan 95% dari
semua kaca yang diproduksi. Gelas ini digunakan untuk membuat segala
macam wadah, gelas lembaran, jendela mobil dan barang pecah belah
lainnya.
4. Gelas Timbal
Gelas timbal merupakan gelas dengan kandungan timban
mencapai 82%. Proses pembuatan gelas timbal yaitu dengan mengganti
kalsium oksida dengan timbal oksida. Gelas timbal memiliki indeks
refraksi dan dispersi yang tinggi. Timbal yang terkandung membuat
kecemerlangan pada produk dibandingkan dengan produk gelas lainnya.
Gelas jenis ini juga dipakai sebagai perisai dari radiasi nuklir.
5. Gelas Borosilikat
Gelas borosilikat dikenal dengan nama dagang Pyrex. Gelas jenis
ini mempunyai koefisien ekspansi termal rendah, lebih tahan terhadap
kejutan dan mempunyai stabilitas kimia tinggi, serta tahanan listrik
tinggi. Gelas borosilikat juga digunakan sebagai isolator tegangan tinggi,
dan lensa teleskop.
2.5 Sifat Gelas
Sifat kaca yang paling penting untuk dipahami adalah sifat saat
kaca berbentuk fasa cair dan fasa padatnya. Sifat fasa cair dari kaca digunakan
dalam proses pengambangan (floating) dan pembentukan kaca. Sedangkan untuk
sifat fasa padat dari kaca digunakan di dalam pemakaiannya
(kegunaannya).Beberapa sifat kaca secara umum yaitu
1. Merupakan padatan amorf (shortrange order).
2. Berwujud padat tapi susunanatom-atomnya seperti pada zatcair.
3. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu)
4. Mempunyai viskositas cukuptinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)
5. Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hydrogen fluoride.
Karena itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.
6. Efektif sebagai isolator.
7. Mampu menahan vakum tetapirapuh terhadap benturan.

Sedangkan beberapa sifat fisika dan kimia yang penting dari kaca antara
lain:

1. Sifat Mekanik
Tension strength atau daya tarik adalah sifat mekanik utama
dari kaca. Tension strength merupakan tegangan maksimum yang
dialami oleh kaca sebelum terpisahnya kaca akibat adanya tarikan
(fracture). Sumber fracture ini dapat muncul jika kaca mempunyai
sifat cacat di permukaan, sehingga tegangan akan terkonsentrasi pada
cacat tersebut. Kekuatan dari kaca akan bertambah cacat di
permukaan jika dihilangkan.
2. Densitas dan Viskositas
Densitas adalah perbandingan antara suatu massa bahan
dengan volumenya. Nilai densitas darikaca adalah sekitar
2.49gr/cm3. Densitas dari kaca akan menurun seiring dengan
kenaikan temperatur. Sedangkan viskositas merupakan sifat
kekentalan dari suatu cairan yang diukur pada rentang temperature
tertentu. Viskositas dari kaca adalah sekitar 4.5 x 107 poise. Harga
viskositas dari kaca merupakan fungsi dari suhu dengan kurva
eksponensial.
3. Sifat Termal
Konduktivitas panas dan panas ekspansi merupakan sifat
thermal yang penting dari kaca. Kedua sifat ini digunakan untuk
menghitung besarnya perpindahan panas yang diterima oleh cairan
kaca tersebut.
4. Optical Properties
Kaca mempunyai sifat memantulkan cahaya yang
jatuh pada permukaan kaca tersebut. Sebagian sinar dari kaca
yang jatuh itu akan diserap dan sisanya akan diteruskan. Apabila
cahayadari udara melewati medium padat seperti kaca, maka dari itu
kecepatan cahaya saat melewati kaca akan menurun. Perbandingan
antara kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya yang
lewat gelas ini disebut dengan indeks bias. Nilai indeks bias untuk
kaca adalah ±1,52. Intensitas cahaya yang masuk kedalam akan
berkurang karena adanya penyerapan sepanjang tebal kaca tersebut.
Jika kaca semakin tebal, maka energi cahaya yang diserap akan
semakin banyak sedangkan intensitas cahaya yang masuk melalui
kaca akan semakin rendah.
5. Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia adalah ketahanan suatu bahan terhadap pengaruh
zat kimia. Stabilitas kimia banyak dipengaruhi oleh bahan– bahan
pembentuk kaca.
2.6 Tabung Reaksi

Gambar 1. Tabung Reaksi


(Sumber: http://www.anm.co.id/article/detail)
Tabung Reaksi adalah sebuah tabung yang terbuat dari sejenis kaca atau
plastik yang dapat menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap reaksi
kimia. Tabung Reaksi ada yang dilengkapi dengan tutup ada juga yang tanpa
tutup. Terdiri dari berbagai ukuran tergantung kebutuhan. Tabung Reaksi
disebut juga Test Tube atau Culture tube. Culture Tube adalah tabung reaksi
tanpa bibir yang biasanya digunakan untuk pembiakan mikroorganisme dalam
medium cair (Pratiwi, 2008).
Fungsi tabung reaksi Antara lain adalah:
 Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia
 Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
 Sebagai tempat perkembangbiakan mikroba dalam media cair
Seperti dengan namanya, fungsi tabung reaksi adalah sebagai tempat
dimana kita mereaksikan bahan kimia dalam laboratorium.
Cara menggunakan tabung reaksi adalah ketika melakukan
pemanasan,tabung reaksi dijepit dengan menggunakan gegep dan diarahkan
kedepan atau ke samping ditempat tidak ada orang.
Cara pemeliharaan tabung reaksi adalah dengan menggunakan
sikattabung untuk membersihkan tabung reaksi yang telah digunakankemudian
dibilas dengan air.
Alat ini terbuat dari bahan kaca bening sehingga proses reaksi kimia
didalam tabung ini dapat terlihat jelas oleh analis. Tabung ini juga mempunyai
sifat tahan terhadap panas / api, karena seperti kita ketahui beberapa proses
reaksi kimia berjalan dengan membutuhkan panas. Beberapa macam reaksi yang
biasanya menggunakan tabung ini adalah reaksi oksidasi / reaksi reduksi.
Tabung reaksi mempunyai variasi ukuran baik dari segi panjang ataupun
diameternya, untuk itu kita harus memastikan tujuan penggunaan dari tabung ini
sebelum membelinya. (Anonim, 2015).
2.7 Pipet Tetes

Gambar 2. Pipet Tetes


(Sumber: http://www.alatlabor.com/article/detail)
Fungsi pipet tetes adalah untuk membantu memindahkan cairan dari
wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil tetesd emi
tetes. Cara menggunakan pipet tetes adalah dengan menekan bagian karet untuk
menggeluarkan udaranya terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam zat cair,
kemudian bagian karet yang ditekan dilepaskan sehingga zat cair tersebut akan
masuk kedalam pipet tetes.
Cara pemeliharaan pipet tetes adalah setelah pemakaian, dicuci
kemudiandisimpan ditempat yang aman serta hindari dari benturan. Jika pipet
tetes mengalami kerusakan seperti pecah pada kaca atau sobek pada karet,
sebaiknya diganti agar tidak terjadi kesalahan dalam praktikum. Pipet tetes
biasanya digunakan dalam praktikum respirasi atau struktur sel (Marham, 2012).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

Nama Alat dan Bahan Gambar

Tabung Gas LPG dan Tabung Oksigen

Pembakar Bunsen Burner

Pisau Pemotong Gelas

Pipa gelas
3.2 Prosedur Kerja
a. Pemotongan dan Pematahan Gelas

Meletakkan pemotong kaca tegak lurus diatas pipa kaca

Memotong kira-kira 1/4 bagian keliling pipa

Mematahkan pipa gelas dengan menekannya secara horizontal


menggunakan kedua ibu jari

b. Pembuatan Tabung Reaksi

Mematahkan pipa gelas dengan panjang tertentu

Memanaskan bagian tengah pipa gelas (hingga meleleh dan


terputus menjadi dua bagian)

Memanaskan salah satu bagian ujung pipa gelas (hingga bagian


ujungnya meleleh dan tertutup)

Meniup ujung yang lain pipa gelas sampai terbentuk lengkungan


simetri pada ujung yang dipanaskan

c. Pembuatan Pipet Tetes

Memotong pipa gelas menjadi 4 bagian

1 bagian dipanaskan pada burner tepat ditengah bagian untuk


dijadikan 2 pipet tetes

Menarik bagian tengah gelas yang lembek hingga putus, untuk


dijadikan pipet tetes

Bentuk gelas yang ditarik tadi akan membentuk pipet tetes

Potong ujung pipet gelas untuk memperindah bentuk dan lubang


pada ujung pipet tetes
d. Membengkokkan pipa gelas
Patahkan pipa gelas sesuai yang diinginkan. Panaskan ujung patahan
sehingga tidak tajam. Pegang kedua ujung pipa dengan kedua tangan. Sambil
diputar-putar panaskan pipa dengan api\burner sampai merah. Setelah agak
lunak dengan hati-hati lengkungkan pipa sesuai yang dikehendaki sambil ditiup
salah satu ujungnya. Peniupan ini dimaksudkan agar diameter lengkungan relatif
sama.

3.3 Keselamatan Kerja


1. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) terutama kacamata pelindung
dan sarung tangan tahan panas jika diperlukan.
2. Mengarahkan pipa gelas ke bawah pada saat mematahkan pipa gelas dan
gunakan kaca mata, karena bahan gelas mudah melenting bisa terjadi
pecahan atau serpihan gelas dapat terkena mata atau wajah.
3. Berhati-hati pada saat menyalakan burner, jangan buka katup (valve) gas
burner sebelum menyalakan api, agar gas tidak menyebar kemana-mana
yang dapat membahayakan saat menyalakan api.
4. Jangan bermain-main dengan gelas beberapa saat setelah pembakaran
karena masih memiliki suhu yang cukup tinggi.
5. Membersihkan ruang kerja setelah praktikum karena memungkinkan
adanya pecahan gelas yang dapat menimbulkan kecelakaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Raden Sukmawati
Percobaan pembuatan dilakukan dengan menggunakan material gelas.
Gelas merupakan benda yang transparan, cukup kuat, tidak bereaksi dengan
bahan kimia, dan tidak aktif secara biologi yang bisa dibentuk
dengan permukaan yang sangat halus dan kedap air sehingga material gelas
banyak digunakan sebagai reaktor kimia dan memungkinkan produk yang
dihasilkan murni sesuai yang diharapkan. Komponen utama penyusun
gelas/kaca adalah SiO2. yang mana akan melebur pada suhu kurang lebih
2000oC, oleh karena itu digunakan burner untuk melunakannya (Elandi. 2017).
Proses yang dilakukan itu ada pemotongan, pelelehan dan pembentukan gelas.
Proses pertama yang dilakukan yaitu pemotongan, yang bertujuan untuk
memperoleh panjang gelas sesuai yang diinginkan dan untuk mempermudah
dalam pembuatan produk yang dikehendaki, karena apabila terlalu panjang,
pemanasan yang dilakukanpun tidak akan merata. Pemotongan dilakukan
dengan alat pemotong yang berbentuk seperti penjepit dengan salah satu
bagiannya terdapat roda baja tajam. Roda tersebutlah yang menyebabkan
terjadinya goresan atau keratan pada bagian permukaan gelas. Gelas dikerat 1/3
sampai 1/2 keliling lingkaran pipa. Pemotongan yang tidak terlalu tajam akan
menyebabkan hasil pemotongan yang tidak rata.
Proses selanjutnya yaitu proses pembuatan tabung reaksi. Potongn gelas
untuk tabung reaksi memiliki ukuran atau diameter yang lebih besar
dibandingkan gelas untuk pipet tetes. Panjang tabung reaksi yang dibentuk
berukuran sekitar 25cm. Untuk membuat tabung reaksi, pertama lelehkan salah
satu ujung potongan gelas dengan cara memanaskannya pada burner. Posisi
pelelehan gelas dilakukan dengan arah vertikal dan sedikit menyerong terhadap
api yang keluar dari burner, dan sambil diputar-putar dengan arah horizontal, hal
ini dilakukan agar distribusi panas yang diterima gelas pada titik tersebut sama.
Setelah mengalami pemanasan, material gelas akan mengalami pelelehan atau
pelunakan, disinilai mulai pembentukan. Ujung gelas yang telah meleleh
dibentuk untuk menutupi bagian ujung gelas dengan bantuan batang pengaduk.
Ujung gelas akan menyatu dengan batang pengaduk, dan tidak ada lubang lagi
pada salah satu bagian ujung gelas. Setelah bagian ujung gelas menutup, maka
tarik ujung gelas dengan batang pengaduk secara hati-hati untuk memperbaiki
bentuk.
Untuk meratakan ujung gelas tersebut, dilakukan pemanasan ujung gelas,
setelah itu dilakukan peniup untuk membuat ujung tabung reaksi cembung atau
melengkung membentuk setengah bolah. Peniupan dilakukan saat ujung tabung
reaksi telah panas atau lunak, dan juga peniupan harus dilakukan sesegera
mungkin di karenakan material gelas akan cepat dingin dan akan sulit untuk
membentuk tabung reaksi dengan ujung yang cembung. Peniupan dilakukan
tidak terlalu besar, karena akan merusak bentuk dari tabung reaksi tersebut. Api
yang terlalu besar juga akan melelehkan lebih banyak material gelas, sehingga
tabung reaksi akan sulit untuk dibentuk. Oleh karena itu, pemanasan pada
matrial gelas dilakukan pada api di tepi burner, dimana suhu api pada tepi burner
lebih kecil dibandingkan pada bagian tengah burner.
Hal lain yang membuat tabung reaksi kurang sempurna adalah saat
penyatuan ujung gelas, dimana batang pengaduk menempel pada bagian ujung
tabung reaksi yang menyebabkan material batang pengaduk meleleh dan
menempel pada bagian ujung tabung reaksi, yang membuat sulit untuk dibentuk.
Dan juga peniupan yang terlalu besar akan menyebabkan bentuk yang tidak
maksimal.

Gambar 1. Tabung Reaksi


Proses selanjutnya yaitu pembuatan pipet tetes. Pembuatan pipet tetes
dilakukan dengan memanaskan atau melelehkan material gelas pada bagain
tengah gelas. Pelelehan gelas dilakukan dengan memutar-mutar gelas secara
vertikal. Saat bagian tengah gelas sudah mulai terasa melukan, tarik sisi kanan
dan kiri gelas secara bersamaan dan perlahan, sehingga sisi tengah gelas,
memiliki volume atau ukuran yang lebih kecil menyerupai pipet. Apabila
panjangnya telah sesuai, panaskan kembali sisi tengah gelas tersebut sampai
gelas terpotong menjadi dua buah pipet tetes dari satu bagian material gelas.
Pada saat penarikan sisi kanan dan sisi kirigelas, dilakukan pemanasan dengan
api kecil, jangan sampai gelas sangat meleleh atau terlalu panas, karena akan
sulit dilakukan penarikan dan pembentukan, dan akan menyebabkan bagian
tengah gelas patah.
Apabila sisi ujung pipet tetes yang dibuat tidak memiliki lubang, maka
dapat dipotong dengan pisau, dan dilakukan dengan hati-hati agar ujung gelas
tidak retak, setelah itu bagian ujung pipet tetes diratanya menggunakan kertas
abrasive. Jika pada bagian ujungnya menjadi retak, dilakukan kembali
pemanasan pipet tetes pada burner dengan memutar-mutar ujung pipet tetes
secara menyerong kea rah horizontal sampai ujung permukaan rata dan halus.

Gambar 2. Pipet Tetes

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembuatan


tabung reaksi dan pipet tetes yaitu :
1. Intensitas api atau lamanya proses pemanasan
2. Proses pemanasan yang tidak merata ke seluruh bagian permukaan
3. Ketelitian dan ketepatan
4. Diameter pipa gelas
5. Besar kecilnya peniupan

Rani Husna Syamdhiya (171411058)

Tabung reaksi adalah sebuah tabung yang terbuat dari kaca yang berfungsi
sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil. Tabung reaksi jga
dapat berfungsi sebagai tempat perkembangbiakkan mikroba dalam media cair. Pada
praktikum ini dilakukan pembuatan tabung reaksi dari pipa kaca.

Pertama pipa kaca dipotong sesuai dengan kebutuhan. Pemotongan pipa kaca
dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama yaitu dengan memotong ¼ keliling pipa
dengan pemotong pipa, lalu pipa dipatahkan menggunakan tangan dengan cara menekan
bagian kaca yang sudah dipotong ¼ nya. Cara kedua yaitu mengiris keliling pipa
dengan pemotong pipa kaca. Lalu memanaskan ujung batang gelas sampai meleleh,
setelah itu bagian ujung batang kaca ditempelkan dengan bagian pipa kaca yang telah
diiris, pipa kaca akan terpotong mengikuti garis yang telah dibuat. Pada praktikum yang
dilakukan, hasil pemotongan dengan cara kedua tidak menghasilkan pipa yang
diinginkan. Hasil yang didapat adalah pipa tidak terpotong mengikuti garis yang telas
dibuat sebelumnya. Hal ini dikarenakan irisan yang dibuat terlalu tipis sehingga pipa
tidak terpotong mengikuti garis.

Pipa kaca yang telah dipotong di panaskan bagian ujungnya lalu dengan bantuan
batang kaca, ujung pipa tutup. Setelah bagian ujung tertutup, dari bagian yang lain, pipa
ditiup sehingga membentuk lengkungan setengah bola. Hasil yang didapatkan saat
praktikum, ujung pipa tidak terbentuk setengah bola dengan sempurna. Terdapat
benjolan kaca, sehingga bentuknya tidak simetri. Hal ini dikarenakan pemanasan yang
dilakukan tidak merata. Sehingga kaca yang meleleh juga tidak merata dan saat ditiup
tidak terbentuk setengah bola yang sempurna. Berikut adalah hasil praktikum tabung
reaksi yang telah dilakukan.
Gambar 4.1 Hasil Praktikum Tabung Reaksi

Pipet tetes adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan cairan dalam jumlah
kecil, tetes demi tetes. Pipet tetes berbentuk pipa dengan bagian ujungnya semakin
meruncing agar dapat terbentuk tetesan. Bagian ujung lainnya terdapat karet yang
berfungsi untuk menghisap dan mengeluarkan cairan yang akan dipindahkan. Pada
praktikum ini, selain dilakukan pembuatan tabung reaksi juga dilakukan pembuatan
pipet tetes.

Pipa kaca dipotong untuk membentuk 2 buah pipet tetes. Kemudian pipa
dipanaskan pada bagian tengahnya sehingga meleleh. Lalu dari kedua ujungnya ditarik
sehingga bagian yang telah meleleh diameternya semakin kecil. Setelah itu pipa
didinginkan dan kemudian dipatahkan menggunakan tang. Lalu bagian ujungnya
dipanaskan kembali agar tidak tajam. Hasil dari praktikum pembuatan pipet tetes yang
telah dilakukan, pada saat menarik pipa yang telah dipanaskan, pipa terputus. Sehingga
bagian ujung pipa yang meruncing pendek. Hal ini dikarenakan penarikan yang
dilakukan terlalu cepat sehingga pipa terputus. Berikut adalah hasil dari pembuatan
pipet tetes.

Gambar 4.2 Hasil Praktikum Pembuatan Pipet Tetes


Risa Nurlaili Qodariah (171411060)

Gelas memiliki sifat yang dapat dibentuk sesuai keinginan pada temperatur
tinggi, salah satu pemanfaatan sifat digunakan untuk perbaikan peralatan laboratorium
berbahan gelas yang pecah atau rusak.

Pada praktikum kali ini akan dilakukan pembuatan tabung reaksi dan pipet
tetes dari bahan gelas. Langkah awal yang dilaksanakan untuk pembuatan tabung reaksi
dan pipet tetes adalah dengan melakukan pemotongan bahan sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Pemotongan pipa kaca dapat dilakukan dengan cara yang pertama dengan
pemotong gelas yang kemudian dilakukan penekanan sedangkan yang kedua
menggunakan bantuan panas. Prinsip kerja dari alat pemotong ini adalah dengan
menggoreskan alat pemotong pada permukaan gelas. Pemotongan dilakukan dengan
memutar gelas yang berada dalam alat pemotong sehingga akan terbentuk jalur akibat
goresan, setelah dirasa goresan yang dibuat cukup dalam pegang pipa dengan keadaan
horizontal dan tempatkan jalur goresan diantara dua ibu jari dengan arah yang berbeda
lalu tekan sampai pipa terbagi dua. Pada saat pembuatan goresan jalur yang dihasilkan
harus lurus agar hasil potongan rapih. Pemotongan yang tegak akan memberikan
potongan yang lurus dan lebar pemotongan yang tidak tepat akan memberikan patahan
yang tidak teratur. Pada saat melakukan penekanan gunakan kaca mata pelindung
karena ditakutkan ada serpihan kaca dari hasil pemotongan yang tidak rapih mengenai
mata. Sedangkan pada cara kedua yang menggunakan bantuan panas prinsipnya sama
dengan cara pertama yaitu dengan membuat garis disekeliling pipa kaca, kemudian
menempelkan titik panas di salah satu titik pada garis tersebut. Resiko kegagalan pada
cara kedua adalah saat garis yang dibuat tidak cukup dalam sehingga hasil pemotongan
tidak rapih. Pada praktikum ini proses pemotongan dilakukan dengan cara kedua.

Apabila seluruh bahan yang diperlukan telah disiapkan, langkah selanjutnya


adalah menyalakan bunsen burner dengan terlebih dahulu memastikan bahwa gas LPG
dan kompresor sudah dialirkan menuju burner. Burner dinyalakan menggunakan
pemantik api yang didekatkan ke ujung chimney/burner tube.

Produk yang pertama kali dibuat yaitu tabung reaksi. Pipa kaca yang
digunakan untuk pembuatan tabung reaksi ini memiliki panjang sekitar 20-25 cm.
Untuk proses pembentukan, salah satu ujung pipa dipanaskan dan harus menerima
panas secara merata hal tersebut dilakukan dengan cara memutar pipa kaca. Setelah
mengalami pemanasan, pipa kaca akan melunak. Menggunakan bantuan batang kaca,
pipa kaca yang melunak tersebut dibentuk untuk menutupi bagian ujung pipa kaca. Pada
proses pembentukkan diusahakan didapatkan permukaan yang datar. Setelah salah satu
bagian ujung pipa kaca tertutup, dilakukan pemanasan kembali pada bagian tersebut
dengan tujuan yang sama yaitu pelunakan. Setelah dirasa cukup panas (ditandai dengan
warna merah pada bagian kaca), pipa ditiup di sisi lainnya sehingga membentuk
lengkungan setengah bola. Pada produk yang dihasilkan saat pelaksanaan praktikum
bagian ujung tabung reaksi yang seharusnya berbentuk setengah bola tidak terbentuk
secara sempurna (lihat gambar 4.3). Bentuk yang dihasilkan asimetri. Hal tersebut
dikarenakan pada proses penutupan tidak dihasilkan permukaan yang datar dan
cenderung miring ke salah satu ujung sehingga pada saat proses peniupan dihasilkan
bentuk yang asimetri. Selain dari proses penutupan gelas, pada proses pelunakan kedua
distribusi panas tidak merata sehingga bagian kaca yang melunak pun tidak merata dan
saat ditiup akan menghasilkan bentuk yang asimetri.

Gambar 4.3 Hasil Praktikum Berupa Tabung Reaksi

Produk kedua yang dibuat yaitu pipet tetes. Pipet tetes berbentuk pipa dengan
salah satu bagian ujung yang meruncing sehingga pada saat fluida cair dikeluarkan
dapat terbentuk tetesan. Sedangkan ujung lainnya dilengkapi dengan karet yang
berfungsi untuk menghisap dan mendorong fluida cair yang akan dipindahkan.

Proses pembuatannya dilakukan dengan memanaskan pipa pada bagian


tengahnya hingga melunak, kemudian dilakukan penarikan secara perlahan sehingga
bagian yang melunak akan memiliki diameter yang lebih kecil. Pada saat proses
penarikan dilakukan pipa kaca tidak boleh dalam kondisi terlalu panas karena akan
mempersulit proses penarikan, selain kondisi panas Gerakan penarikan pun harus
diperhatikan agar menghasilkan bentuk yang simetris. Setelah dirasa didapatkan ukuran
dan panjang yang cukup, pipa kemudian dipotong. Kemudian ujung yang meruncing
tersebut dihaluskan menggunakan kertas abrasive.

Gambar 4.4 Hasil Praktikum Berupa Pipet Tetes


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Langkah membuat tabung reaksi dan pipet ialah pemotongan material gelas,
pelelehan/pelnakan dan pembentukan.
2. Panas yang berlebih akan menyebabkan pipet patah dan pada ujung tabung
reaksi yang dibuat tidak akan membentuk cekungan atau setengah bola yang
bagus.
3. Pemutaran pipa gelas terhadap panas yang tidak sama dalam melunakkan
pipa, maka akan menyebabkan ujung pipet tidak di tengah dan terbentuk
tonjolan pada tabung reaksi.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil praktikum yang lebih baik, penulis menyarankan:
1. Proses ini harus dilakukan dengan ketelitian dan kesabaran.
2. Pemanasan harus diatur dengan benar agar hasil yang didapatkan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. Shreve's Chemical Process Industries. Shreve's Chemical


Process Industries. Singapore : McGraw Hill Book Company, Singapore, 1984
Donald R. Uhlmann, Norbert J. Kreidl, ed. 1991. Optical properties of glass.
Westerville, OH: American Ceramic Society.

Elandi. 2017. Cara membuat Gelas Kaca serta Bahan-bahannya.


https://elandipakpahan.kimiaku.com/2017. (Diakses 01 Desember 2019 pukul
17.03)
Koesmadji.Wirjosoemarto, dkk. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung : FMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia.

M. Jeremy Ashcraft, General Manager, Lake Charles Manufacturing. 2007 . Test Tube
Molding Process: A discussion on the molding of plastic test tubes. Lake Charles
Manufacturing.
Pelatihan Teknik Gelas Laboratorium Logam dan Gelas Jurusan Fisika Teknik ITB
Scholze, Horst .1991. Glass – Nature, Structure, and Properties. Springer.
Stocchi, E.Industrial Chemistry Vol. 1.Industrial Chemistry Vol. 1.England : EllisHorwood,
1990.

Anda mungkin juga menyukai