TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Etil Asetat
Etil
organik dengan
rumus
Etil
asetat
sering
disingkat
EtOAc,
dengan
Et
mewakili gugus etil dan OAc mewakili asetat. Dalam skala besar,
etil asetat digunakan sebagai pelarut. Etil asetat disintesis melalui
reaksi esterifikasi
dari asam
hasilnya
CH3COOH + CH3CH2OH
CH3COOC2H5 + H2O
Sifat Fisika
Sifat Kimia
3
Tidak Beracun
Tidak Higroskopis
5
obat-obatan. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern.
Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting. (Nunuk, 2012)
Tabel II.2. Sifat Fisika Etanol
Karakteristik
Satuan
Nilai
Densitas
gr/cm3
0.790
Massa molar
gr/mol
46.07
Titik didih
78.4
6
asam lemah. Asam asetat murni disebut asam asetat glasial.
(Nunuk, 2012)
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan
CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan
baku
industri
dalam produksi
asetat,
yang
penting.
Asam
dan polivinil
asetat,
asetat
digunakan
tereftalat, selulosa
maupun
berbagai
Karakteristik
Satuan
Nilai
Densitas
gr/cm3
1.05
Massa molar
gr/mol
60.05
Titik didih
117,9
II.3. Katalis
Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat
mempercepat proses reaksi kimia dan banyak digunakan dalam
industri. Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi
kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan
yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu
jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama:
katalis homogen dan katalis heterogen.
8
1. Katalis Homogen
Katalis homogen berada dalam fase yang sama dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya. Umumnya bereaksi
dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk
akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya.
2. Katalis Heterogen
Katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi
dalam reaksi yang dikatalisinya. Satu contoh sederhana untuk
katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu
permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk
sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi
lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk
baru. Ikatan antara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas. Keuntungan menggunakan katalis ini adalah
: mempunyai aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang ringan,
masa hidup katalis yang panjang, biaya katalis yang rendah,
tidak korosif, ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit
masalah pembuangan dapat dipisahkan dari larutan produksi
sehingga dapat digunakan kembali.
Viswanathan dalam papernya berjudul Selection Of
Solid Heterogeneous Catalysts For Transesterification
Reaction menyebutkan beberapa perbandingan katalis
homogen dan katalis heterogen dalam produksi biodiesel
sebagai berikut:
Tabel II.4 Perbandingan penggunaan katalis heterogen dan
homogen
Faktor
Katalis Homogen
Katalis Heterogen
Laju reaksi Cepat dengan konversi Konversi moderat
Treatment
yang tinggi
Katalis tidak dapat di
setelah
reaksi
dinetralisasi sehingga
Dapat di-recovery
9
menimbulkan limbah
cair dalam jumlah
Metodologi
besar
Terbatas untuk
Dimungkinkan
proses
pengoperasian secara
pengoperasian
kontinyu
menggunakan
Sensitif
proses kontinyu
Tidak sensitif
Bebas
Re-use
Tidak mungkin
Mungkin
katalis
Biaya
Bersaing
Potensial untuk
Keberadaa
n air/Asam
Lemak
menjadi lebih
murah
Untuk mendapatkan suatu katalis yang baik maka harus
diperhatikan beberapa faktor, diantaranya:
1. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk
mengonversikan reaktan menjadi produk yang
diinginkan.
2. Selektivitas, yaitu kemampuan mempercepat suatu reaksi
diantara beberapa reaksi yang berlangsung dengan
demikian yang akan diperoleh adalah produk yan
diinginkan dan produk samping yang dihasilkan dapat
ditekan seminimal mungkin.
3. Kestabilan, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan
selektivitas pada keadaan seperti semula. Untuk
memperoleh katalis yang memiliki kestabilan yang tinggi,
10
diantaranya katalis harus bersifat tahan terhadap racun,
perlakuan panas, dan erosi.
4. Yield, yaitu massa produk dibanding dengan massa bahan
baku yang digunakan.
5. Kemudahan regenerasi, suatu katalis akan menurun baik
aktivitas maupun selektivitasnya setelah digunakan pada
beberapa reaksi. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
racun katalis yang menutupi sebagian sisi aktif katalis,
seperti misalnya dengan adanya kokas atau arang.
Pada pembuatan Etil asetat ini katalis yang digunakan
adalah Asam sulfat. Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Senyawa ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan
tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya
yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan
komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur
dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran
bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung
sulfur (belerang). (Adistyaiu, 2011)
Asam sulfat digunakan sebagai katalis dalam esterifikasi
etil asetat karena merupakan agen pengoksidasi yang kuat, larut
dalam air pada semua kepekatan, reaksi antara asam sulfat dan air
adalah reaksi eksoterm yang kuat, konsentrasi ion H+ nya
berpengaruh terhadap kecepatan reaksi, dan korosivitasnya
rendah terhadap logam.
Tabel II.5 Sifat Fisika H2SO4
Karakteristik
Satuan
Nilai
Densitas
gr/cm3
1.84
Massa molar
gr/mol
98.08
11
Titik didih
335
(MSDS Asam Sulfat, 2012)
12
adalah katalis penukar ion fluoropolimer dengan gugus sulfonic.
Reaksi ini berlangsung pada fase gas pada suhu 100 oC . Konversi
yang didapat sekitar 60%. Reaksi yang terjadi :
CH3COOH + C2H4 CH3COOCH2CH3
Proses ini diklaim menghasilkan limbah yang lebih
sedikit daripada proses yang menggunakan alumunium klorida
sebagai katalis sehingga lebih ramah terhadap lingkungan. Karena
reaksi ini berlangsung lambat maka dibutuhkan reaktor yang
berukuran besar.
4. Proses Krupp
Proses Krupp merupakan esterfikasi dengan
menggunakan katalis resin asam. Proses ini pada dasarnya sama
dengan proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat, namun pada
proses Krupp memakai katalis resin asam berupa solid. Reaksi
pada proses ini berlangsung pada tekanan atmosferis dan suhu 99100oC dengan kemurnian yang dapat dihasilkan sebesar 99,8%.
CH3 COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
(Pongkydjaya, 2014)
13
mensistesis senyawa-senyawa yang muda menguap atau volatile.
Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut
akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip
dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan
kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Kondensor yang digunakan adalah pendingin bola, bukan
pendingin Liebig, tujuannya untuk menghalangi uap pelarut tetap
ada. Apabila menggunakan Liebig, kemungkinan senyawa yang
akan disintesis tidak ada hasilnya, karena kesemuanya sudah
menguap. (Styaningrum, 2013)
Reaksinya pembentukan etil asetat sebagai berikut:
14
15
II.5.2 Ester
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti
gugus OH dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau
aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat netral, tidak
bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester termasuk salah satu
turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan
suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol. Rumusnya:
RCOOR dimana R dan R adalah gugus organik.
Ester yang terrdiri dari asam-asam yang berat
molekul rendah dan alkohol merupakan senyawa-senyawa cair
yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan bau
semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam
karboksilat dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di
dalam lemak,lilin, dan minyak.
16
Tabel II.6 Rumus Umum dan Struktur As.Karboksilat dan Ester
Kelompok Senyawa
Gugus Fungsi
Rumus Umum
Asam Karboksilat
-COOH
R-COOH
Ester
-COOR-COOR
(Jhon dkk, 2013)
Sifat-sifat Fisika Ester
1. Senyawa cair yang tidak berwarna
2. Sedikit larut dalam air
3. Bau semerbak
4. Mudah menguap
Sifat Kimia Ester
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai
bau buah-buahan
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau
alkohol pembentuknya
4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
Contoh :
RCOOR + H2O R COOH + ROH
6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni
dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol
Contoh :
RCOOR + 2H2 R CH2 OH + R OH
7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa
membentuk garam sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal
dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
8. Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam
membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis
merupakan kebalikan dan pengesteran. Hidrolisis lemak atau
minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak.
Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan
asam stearat.
17
18
Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran,
sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat. Pada saat
ekivalen, penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan
titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam
proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan
indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidialkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam
kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari
asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah. (Anonim,
2010)
Larutan standar adalah larutan yang diketahui
konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis titrimetri.
Titran pada umumnya adalah larutan standar dari elektrolit kuat
seperti natrium hidroksida dan asam klorida. Sejauh ini, relatif
sedikit reaksi kimia yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk
titrasi. Sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan
sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan :
1. Reaksi tersebut harus diproses sesuai persamaan kimiawi
tertentu. Seharusnya tidak ada reaksi sampingan.
2. Reaksi tersebut harus diproses sampai benar benar
selesai pada titik ekivalensi. Konstanta kesetimbangan
dari reaksi tersebut besar sehingga terjadi perubahan yang
besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik
ekvalensi.
3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan
titik ekivalen tercapai. Harus tersedia beberapa indikator
atau metode istrumental agar analis dapat menghentikan
penambahan dari titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi
dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
(Dedi, 2009)
19
Larutan standart yang digunakan sebagai titran dalam
percobaan ini adalah larutan asam HCl. Sifat Fisika dan kimia
HCl adalah sebagai berikut.
Tabel II.7 Sifat Fisika dan Kimia HCl
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Korosif
Beracun
Sifat Fisika
Sifat Kimia
20
Berbentuk solid
Korosif
Beracun
21
berubah warna apabila pH larutan berubah. Indikator yang
digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan
titrat.
2.
Perubahan warna telah terjadi mendadak
3.
Titik akhir tegas dan tajam.
Indikator yang akan digunakan untuk menunjukkan titik akhir
titrasi harus memiliki trayek pH yang mencakup pH pada saat
titik ekivalen dan trayek indikator tersebut harus memotong
bagian yang sangat curam dari kurva titrasi. (Panji, 2010)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
22
16. Kuning alizarin R
10,1 12,0
Kn Vi
17. 1,3,5 Trinitrobenzen
12,0 14,0
TB Ji
Keterangan :
pKi =- log konstan pengionan
Kn = kuning
A = warna asam
Mr = merah
B = warna basa
Pr = purpur
TB = tidak berwarna
Br = biru
Vi = violet
Ji = jingga
Jadi, di luar trayek pH, indikator hanya menampakkan
warna asam atau warna basa tanpa tergantung dari pH
sesungguhnya, sedang di dalam trayek terlihat warna yang
berbeda-beda sesuai dengan pH sebenarnya. Dengan perkataan
lain kita dapat menentukan pH suatu bahan berdasar warna
indikator asal nilainya terletak dalam trayek pH indikator yang
dipakai. Untuk fenolftalein, warnanya tampak semakin tua bila
pH semakin tinggi (mendekati 9,6) dan makin muda bila semakin
kecil (mendekati 8,0). Letak trayek ff diantaranya 8,0 dan 9,6;
sehingga pada pH di bawah 8,0 larutan tak berwarna dan di atas
9,6 warna merahnya tidak berubah intensitasnya. (Panji, 2010)
d C A
= k.CAm
dt
23
r=
d C A
=k C A
dt
Hasil integrasi dari waktu t=0 hingga t=t dengan CA=CA 0 hingga
CA=CA adalah sbb.:
-ln
CA
=kt
C A0
C A =C AoC Ao X =C Ao (1x)
C
ln A =1x
C Ao
Maka persamaan dapat dapat dinyatakan:
ln(1 x) = kt
Apabila dibuat grafik hubungan
ln
CA
C Ao
versus t
dC A
=k C 2A
dt
C A 0 d (1x )
=k { C AO (1X ) }
dt
d (1x)
=k C A 0 dt
(1x)2
r A=
Hasil integrasi dari waktu t=0 hingga t=t dengan x=0 hingga x=x
adalah sbb.:
24
x
=k C A 0 t
(1x )
Apabila dibuat grafik hubungan
x
versus CA0 t maka
(1x )
d C A
= k.CAn
dt
log
(a)
k 1 1
1
= 2+
dC A k 1 k 1 C A
dt
atau :
k 1 1
1
= 2+
r A k 1 k 1 C A
25
(b)
dC A
dC A k 1 1 dt
= +
dt
k2 k2 C A
k 1 1 (r A )
r A= +
k2 k2 C A
Harga
dC A
dt
atau :
log
( dCdt ) vs logC
A
dC
dt
= k0
CA = konsentrasi zat pada waktu t
CA0 = konsentrasi zat mula mula pada waktu 0 detik
26
Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada
permukaan katalis.
2. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi orde satu, kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi reaktan, dimana perubahan konsentrasi
pereaksi 2 kali menyebabkan laju reaksi lebih cepat 2 kali.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :
dC
- dt
= k1 [CA]
dC
- C
C
- ln C
= k1 dt
A 0 = k (t t )
1
0
Bila t = 0 CA = CA0
ln [CA] = ln [CA0] - k1 t
[CA] = [CA0] e-k1t
1
1
k1 = t1/2 ln 1 / 2
0,693
k1 = t1 / 2
3. Reaksi Orde Dua
Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :
dC
-
dt
= k2 [CA]2
27
dC
C
= k2 t
C A - C A0 = k2 (t t0)
Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai :
1
= k 2 [C A0 ]
t1/2
Dimana laju perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali menyebabkan
laju reaksi lebih cepat 4 kali.
k =k 0 eE / R T
Dimana k adalah konstanta laju reaksi, k0 adalah faktor
eksponensial, dan E adalah energi aktivasi reaksi. Pada
konsentrasi yang sama tetapi dengan dua temperatur yang
berbeda, Arrhenius menyatakan :
ln
r2
k E 1
1
=ln 2 = ( )
r1
k1 R T 1 T 2
28
29
Gelis Tarihi
(2001)
Kinetic of
Esterification of
Ethyl Alcohol
by Acetic Acid on
A Catalytic Resin
Nuryoto
(2008)
Studi Kinerja
Katalisator Lewatit
Monoplus s-100
Nada S
Ahmed
Zeki, Maha
H. AlHassani,
Haider A.
Al-Jendeel.
(2010)
pada Reaksi
Esterifikasi antara
Etanol dan Asam
Asetat
Kinetic Study of
Esterification
Reaction
30
Ayca
Hasanoglu,
Yavuz Salt,
Sevinc
Keleser,
Salih
Dincer.
(2009)
The Esterification
of Acetic Acid with
Ethanol in a
Pervaporation
Membrane Reactor
31