BAB I
PENDAHULUAN
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3% dan
larut dalam air hingga kelarutannya 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat
pada suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung asam dan basa. Etil asetat yang juga dikenal dengan nama acetic ether
adalah pelarut yang banyak digunakan pada industri cat, thinner, tinta, plastik,
farmasi, dan industri kimia organik (Fika, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ester
Pada sintesis ester, asam asetat melepaskan gugus –OH dan alkohol
melepaskan gugus H yang dikeluarkan sebagai H2O. Reaksi tersebut adalah
reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang banyak,
dilakukan dengan salah satu pereaksi berlebih, atau dapat juga dilakukan
mengeluarkan ester yang terbentuk agar kesetimbangan bergeser ke arah
produk (Cyber, 2013).
R C OR
Tabel 2.1 Rumus Molekul, Rumus Struktur dan Nama dari Ester
Rumus Molekul Rumus Struktur Nama
CH3−C−O−CH3
C3H6O2 ║ Metil etanoat
O
CH3−CH2−C−O−CH2−CH3
C5H10O2 ║ Etil propanoat
O
(Sumber : Fressenden, 1989)
1. Titik Didih
Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik didih
aldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid dan
keton, ester adalah molekul polar sehingga memiliki interaksi dipol-dipol serta gaya
dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan hidrogen sehingga
titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki atom karbon sama
(Ahfi, 2011).
Penurunan kelarutan ini disebabkan oleh fakta bahwa walaupun ester tidak
bisa berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa berikatan hidrogen dengan molekul
air. Salah satu atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air
bisa cukup tertarik ke salah satu dari pasangan elektron bebas pada sebuah atom
oksigen dalam sebuah ester sehingga sebuah ikatan hidrogen bisa terbentuk. Tentu
akan ada juga gaya dispersi dan gaya-tarik dipol-dipol antara ester dan molekul air.
rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester mulai terhindari dari
energi tersebut. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian-bagian
hidrogen ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul air
tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini kurang
menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang (Ahfi, 2011).
3. Titik leleh
Titik leleh menentukan apakah sebuah zat adalah lemak (sebuah padatan pada
suhu kamar) atau minyak (sebuah cairan pada suhu kamar). Lemak biasanya
mengandung rantai-rantai jenuh. Ini memungkinkan terbentuknya gaya dispersi van
der Waals yang lebih efektif antara molekul-molekulnya. Ini berarti bahwa diperlukan
lebih banyak energi untuk memisahkannya, sehingga meningkatkan titik leleh.
Semakin besar tingkat ketidakjenuhan molekul, semakin rendah kecenderungan titik
leleh karena gaya dispersi van der Waals kurang efektif (Ahfi, 2011).
Reaksi hidrolisis ini digunakan untuk menghidrolisa lemak atau minyak guna
menghasilkan gliserol dan suatu garam (sabun). Reaksi ini lebih dikenal dengan reaksi
saponifikasi (Clark, 2007).
O
||
R-C-OR’ + 2H2 Ni
R-CH2-OH + R’-OH
Ester Air Alkohol Alkohol
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang
sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari
essig-ather (Jerman), sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester atau
asam cuka etil (Anshory, 2003).
b. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang dihasilkan,
karena ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama
lain.Namun jika kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan
mempengaruhi reaksi.
c. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis,
reaksitransesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan
katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis
yang dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis
basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya
memerlukan suhu reaksi diatas 100ºC.
d. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung
lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester, ia bertindak sebagai pelarut
tunggalyang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistem dengan fase tunggal pun
terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi sebagaimana
sistem tunggal terbentuk, maka pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh
yang signifikan. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran
reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa.
Untuk reaksi heterogen, ini akan menyebabkan lebih banyak reaktan mencapai tahap
reaksi.
e. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol
alkohol untuk setiap mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol ester asam dan 1 mol
gliserol. Untuk mendorong reaksi transestrifikasi ke arah kanan, perlu untuk
menggunakan alkohol berlebihan atau dengan memindahkan salah satu produk dari
campuran reaksi. Lebih banyak metanol yang digunakan, maka semakin
memungkinkan reaktan untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses alkoholisis
menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-1,75 dari kebutuhan stoikiometrisnya.
Perbandingan volume antara minyak dan metanol yang dianjurkan adalah 1 : 4.
kesetimbangan kimia yang rendah.Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak
asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi.Pemisahan air
dilakukan melalui distilasi Dean -Stark atau penggunaan saringan molekul (Carey,
1993).
Alkohol yang paling umum digunakan adalah metanol dan etanol, terutama
metanol, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksinya
disebut metanolisis). Produk yang dihasilkan (jika menggunakan metanol) lebih sering
disebut sebagai metil ester asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) daripada
biodiesel, sedangkan jika etanol yang digunakan sebagai reaktan, maka akan diperoleh
campuran etil ester asam lemak (fatty acid ethyl ester/FAEE).
tekanan atmosfer. Dengan menaikkan lagi dari suhu tersebut, maka akan lebih banyak
lagi metanol yang hilang atau menguap (Herlina, 2014).
2.4 Etanol
Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi
yang paling tua (Zyza, 2010).
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau
CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4°C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna,
volatil dan dapat bercampur dengan air. Ada 2 jenis etanol, yaitu etanol sintetik atau
yang sering disebut metanol dan metil alkohol atau alkohol kayu yang terbuat dari
etilen, salah satu derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan ini diperoleh dari sintesis
kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman)
melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi) (Sri, 2013).
Asam asetat adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai
pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C (Fika, 2013).
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat yang larut dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain (Fika, 2013).
ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri
petrokimia maupun dari sumber hayati (Fika, 2013).
Asam asetat dapat dibuat dengan beberapa proses. Adapun proses pembuatan
asam asetat, adalah :
1. Oksidasi Alkohol dengan Pengaruh Bakteri
Asam asetat dengan oksidasi alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri yaitu
bakteri acetobacter dan dibuat dengan bantuan udara pada suhu 350C dengan reaksi:
acetobacter (35C)
C2H5OH + O2 CH3COOH +H2O
Dengan destilasi kayu kering. Cara pembuatnya yaitu kayu dipanaskan secara kering
dalam ruangan tertutup maka akan terjadi gas dan cairan seperti air yang mengandung
aseton, metanol dan asetat. Lalu didalam cairan itu ditambahkan kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dan akan terjadi kalsium asetat. Kemudian cairan tersebut didestilasi dan
diperoleh destilat berupa metanol, aseton, dan air, sedangkan yang tertinggal kalsium
asetat. Kalsium asetat jika ditambah asam sulfat akan menghasilkan asam asetat.
Reaksi antara etuna dengan air pada temperatur 6000C sampai 8000C dan
katalis Merkuri (II) maka akan membentuk etanol yang kemudian berubah menjadi
aldehid. Pada hasil akhir aldehida dioksidasi maka akan diperoleh asam asetat (Siti,
2010).
Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivat dan
ester asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik
dan untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak
atau penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna dan propanon
(Siti, 2010).
Asam sulfat adalah zat cair kental, tak berwarna, bersifat sangat higroskopis.
Asam sulfat dapat menarik hidrogen dan oksigen dari senyawanya dengan
perbandingan 2 : 1. Senyawa-senyawa yang mengandung H dan O seperti gula,
selulosa, dan kayu akan hangus bila dituangi asam sulfat pekat. Selain bersifat
higroskopis, asam sulfat pekat merupakan oksidator kuat (Novia, 2014).
Asam sulfat sangat korosif dan reaksi hidrasi dengan air sangat eksotermis.
Selalu tambahkan asam ini ke air untuk mengencerkannya. Asam sulfat juga sangat
kuat sebagai dehidrator dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Sifat korosif
asam sulfat dapat merusak benda-benda dari logam, karena logam akan teroksidasi
baik dengan asam sulfat encer maupun pekat (Etna, 2010).
Kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsure
kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. CaCl2 tidak berbau, tidak berwarna, solusi
tidak beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di
seluruh dunia. Berlaku sebagai ion khalida yang khas dan padat pada suhu
kamar.Sebuah senyawa yang terjadi secara alami, kalsium klorida cair dapat
ditemukan paling sering dalam air laut dan mata air mineral. Sebuah deposit alam
besar air garam bawah tanah di Alberta Utara telah memberikan Ward Chemical
dengan kualitas konsentrasi tinggi statis kalsium klorida sejak tahun 1985,
memungkinkan kita untuk menjadi salah satu produsen terbesar cairan kalsium
klorida premium di Amerika Utara (Tuwiti, 2011).
Natrium bikarbonat atau hidrogen karbonat atau asam karbonat dengan rumus
kimia Na2CO3 adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, yang
banyak dipergunakan di dalam industri makanan/biskuit (sebagai baking powder),
pengolahan kulit, farmasi, tekstil, kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan
permen, dan industri pembuatan batik. Sepanjang sejarah industri kimia, persediaan
natrium karbonat Na2CO3, soda, merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar
penting bukan hanya untuk keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk
produk industri yang lebih canggih (seperti gelas). Pada percobaan ini, Na2CO3
berperan sebagai pengestrak asam sisa dari etil asetat yang akan diubah menjadi garam
natrium yang larut dalam air. Garam natrium ini merupakan zat pengotor yang
terdapat didalam etil asetat (Ananda, 2012).
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas, yang bagian
terbesarnya terdiri dari etil asetat dengan rumus CH.gCOO CzHs dan
terutama digunakan sebagai pelarut tinta, perekat, resin. Etil asetat adalah senyawa
organik dengan rumus empiris C2H5OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari
etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma
khas. Senyawa ini di produksi dalam skala besar sebagai pelarut (Fika, 2013).
Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton,
esterifikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi
dan detonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon
positif dan eliminasi air akan menghasilkan ester. Etil asetat disintesis melalui reaksi
esterifikasi Fischer dari asam asetat dan ethanol biasanya disertai katalis asam seperti
asam sulfat. Dapat dilihat pada reaksi berikut (Fessenden, 1989):
H2SO4
C2H5OH + CH3COOHCH3 COOC2H5 + H2O……………………(2)
hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan
nitrogen.
e. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat
a. Labu didih dasar bulat
b. Penangas air
c. Kondensor Leibig
d. Hot Plate
e. Erlenmeyer (50 ml)
f. Gelas piala (100 ml)
g. Corong pisah
h. Gelas ukur (100 ml)
i. Termometer
j. Statif dan klem
k. Lemari asam
l. Corong
m. Spatula
n. Piknometer
3.2 Bahan-bahan
a. Etanol (C2H5OH 96%)
b. Asam sulfat pekat
c. Asam asetat (CH3COOH pa)
d. Na2CO3 20%
e. CaCL2 Anhidrat
Air keluar
Kondensor Masuk
Liebig
Labu Didih
Pemanas Air
Dasar Bulat
Kondensor
Erlenm
Pemanas eyer
air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Pembahasan
pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan
melepaskannya ke permukaan larutan. Tanpa batu didih, maka larutan yang
dipanaskan akan menjadi superheater pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan
mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan atau ledakan.
Setelah dingin, larutan dipanaskan pada penangas air dengan suhu 72°C
selama 70 menit dan direflukls. Pemanasaan dengan suhu ini bertujuan agar etanol
tidak menguap karena titik didih etanol 78°C. Namun apabila suhu terlalu rendah
maka reaksi tidak akan sempurna. Kemudian, larutan didestilasi pada suhu 72°C
hingga tidak ada lagi cairan yang menetes. Hasil dari destilasi adalah etil asetat dan
air. Setelah proses destilasi selesai, didapatlah destilat sebanyak 100ml. Destilat yang
didapat masih mengandung air.
Banyak etil asetat yang didapat adalah 85 ml, sehingga persentase rendemen
yang didapat adalah 99%. Hal ini menunjukkan bahwa rendemen yang didapat cukup
besar karena secara stoikiometri etil asetat yang seharusnya dihasilkan adalah 85,7 ml.
Tidak maksimalnya hasil yang dapat disebabkan karena etil asetat yang dihasilkan
mengalami penguapan pada proses pemindahan larutan atau pada saat proses destilasi
karena rangkaian alat yang kurang rapat sehingga masih ada celah untuk etil asetat
menguap.
Etil asetat yang diperoleh memiliki densitas sebesar 0,89 gram/ml. Secara
teoritis etil asetat memiliki densitas 0,89 gram/ml. Densitas yang didapat telah sesuai
dengan densitas secara teoritis. Hal ini dipengaruhi oleh suhu etil asetat yang stabil
dan proses pengerjaan pembuatan etil asetat yang baik.Etil asetat memiliki densitas
yang rendah sehingga etil asetat memiliki volume yang cukup tinggi.Sebuah benda
yang memiliki densitas rendah akan memiliki volume yang lebih tinggi daripada
benda bermassa sama tapi memiliki densitastinggi.
Viskositas etil asetat yang dihasilkan adalah sebesar 1,3034 x 10−3 Pa.S,
sedangkan viskositas referensi 1,22 x 10−3 Pa.S, ini berarti etil asetat pada percobaan
ini memiliki kekentalan yang tidak jauh berbeda dari etil asetat referensi. Hal ini
dikarenakan etil asetat yang dihasilkan masih mengandung sedikit etanol yang dapat
membuat etil asetat menjadi lebih kental.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Praktikan diharuskan menggunakan alat pelindung diri selama praktikum.
2. Agar etil asetat tidak menguap selama proses destilasi, bungkuslah setiap
sambungan pada alat dengan aluminium foil sehingga tidak ada celah.
DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, J. 2011. Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Etanol dan Asam Asetat
Kapasitas 10.000 Ton/Tahun, http://library.uns.ac.id/dglib/pengguna.Php?
mmn=detail&d_id=12893. Diakses Senin 11 Mei 2015
Setyani, Wirna. 2014. Metode Refluks. http://analisakimia.com/?p=183. Diakses
Selasa 12 Mei 2015
Siti, A.P. 2010. Asam Asetat. http://anispuadahpoenya.blogspot.com/2010/11/asam-
asetat.html. Diakses Selasa 12 Mei 2015
Sri, J. 2013. Perbedaan Antara Etanol dan Alkohol. http://www. sridianti.com
/perbedaan -antara-etanol-dan-alkohol.html. Diakses Senin 11 Mei 2015
Tuwiti. 2011. Kalsium Klorida. https://blogkimia.wordpress. com/2011/01/22
/kalsium- klorida/. Diakses Senin 11 Mei 2015
Zyza. 2010. Etanol. https://zyzaethanolchemical.wordpress.com/product/1-ethanol-
96/. Diakses Senin 11 Mei 2015
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Perhitungan Stoikiometri
C2H5OH + CH3COOH → C3H8O2 + H2O
M: 2.1875 0.875
R : 0.875 0.875 0.875 0.875
S : 1.3125 - 0.875 0.875
a. Menghitung Volume Etanol
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚
𝑛 = 𝜌 =
𝑚𝑟 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 100.625
2.1875 = 𝑣 =
46 0.18
Massa = 100.625 g V = 125,78 ml
2. Menghitung Viskositas
a. Viskositas Air
Waktu I : 0.83 s
Waktu II : 0.78 s
𝜇 = 𝜌𝑥𝑡
𝜇 = 0.9641 𝑥 0.8 = 0.77
b. Viskositas Etil Asetat
3. Menghitung Densitas
b. Densitas air
𝑚
𝜌 =
𝑣
9.641
𝜌 =
10
𝜌 = 0.9641 𝑔𝑟/𝑚𝑙
4. Mengitung Rendemen
𝑉ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑉𝑠𝑡𝑜𝑖𝑘𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖
85
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 99%
85.7
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PERCOBAAN