Anda di halaman 1dari 1

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Batang Faloak (Sterculia quadrifida R.

Br)
Terhadap Kadar Enzim Serum Glutamic Piruvic Transaminase pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Galur Wistar yang Terinduksi Karbon Tetraklorida

Di era industri maju dewasa ini, perhatian manusia akan kesehatan semakin meningkat.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap yang semakin selektif terhadap apa yang dikonsumsi, memilih
komoditas yang memiliki nilai kesehatan tinggi, serta lebih memilih untuk kembali
menggunakan produk berbasis alam (back to nature) (Handajani dkk, 2006). Gerakan
memanfaatkan obat alam ini timbul karena banyak dijumpainya efek samping yang tidak
dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni (Hardono, 1997). Salah satu tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat alam adalah faloak (Sterculia quadrifida R. Br).
Faloak adalah salah satu dari sekian tanaman endemik yang tumbuh dan tersebar di
daerah Nusa Tenggara Timur (NTT). Faloak merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki
kemampuan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik di kondisi alam seperti di NTT yang
tergolong wilayah kering karena hanya memiliki empat bulan basah dengan curah hujan 1.470
mm pada tahun 2008, serta suhu rata-rata di atas 270C (BPS NTT, 2009). Pemanfaatan faloak
oleh masyarakat di Provinsi NTT sampai saat ini masih bersifat pemanfaatan secara tradisional
yang didasarkan pengetahuan dan pengalaman secara turun-temurun. Pemanfaatan faloak selama
ini digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam, antara lain kulit pohon faloak
dapat menyembuhkan penyakit tifus, maag, dan lever. Faloak juga digunakan sebagai peluruh
haid, peluruh sisa-sisa kotoran setelah melahirkan, dan pemulihan setelah melahirkan.
Kandungan kimia dalam batang faloak sebagaimana yang dilaporkan oleh berbagai
sumber sangat beragam.
Fokus penelitian ini akan diarahkan untuk menemukan pengaruh pemberian ekstrak
etanol kulit batang faloak dalam upaya menangani penyakit lever.

Anda mungkin juga menyukai