Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH SUHU REAKSI TERHADAP KONVERSI, KONSTANTA LAJU REAKSI, ARAH

REAKSI PADA PROSES ESTERIFIKASI METIL ASETAT

Andhika Mannix, Anna Kristin*), Shara Maurina, Teguh Papra Ezsa


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jalan Prof. H.Soedarto, SH,
Tembalang, Semarang, 50275, Telp/Fax: (024)7460055
Abstrak

Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan alkohol. Produk reaksi
berupa ester dan air. Tujuan dari percobaan esterifikasi adalah untuk mempelajari pengaruh suhu reaksi
terhadap konversi yang didapat, menghitung konstanta kesetimbangan dan konstanta laju reaksi. Dalam
industri, metil asetat merupakan pelarut untuk senyawa: cellulose acetate butyrate, nitrocellulose, vinyl
copolymers, acrylics, epoxies, polyamides, phenolics, alkyds, dan polyesters. Variabel tetap yang
digunakan pada percobaan ini adalah katalis HCl 0,25 N, NaOH 0,53 N, volume total 275 ml,mol asam
asetat : mol etanol = 1:4. Sedangkan variabel berubah yang digunakan adalah suhu reaksi 53°C dan 63°C.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, semakin tinggi suhu maka konversinya semakin besar, konstanta laju
reaksi semakin meningkat, dan reaksi bergeser kearah produk. Selain itu semakin lama waktu reaksi maka
konversi semakin besar.

Kata kunci :Esterifikasi, konversi, konstanta kesetimbangan, konstanta kecepatan reaksi.

Abstract

Esterification is an ester forming reaction from carboksilat acid and alcohol. Product from the reaction
are ester and water. The purpose of the esterification experiment was to study the effect of reaction
temperature on the obtained conversion, to calculate the equilibrium constant and constant of the reaction
rate. In industry, methyl acetate is a solvent for cellulose acetate butyrate, nitrocellulose, vinyl copolymers,
acrylics, epoxies, polyamides, phenolics, alkyds, and polyesters compounds. Independent variable that used
in this experiment are catalyst HCl 0,25 N, NaOH 0,53 N, total volume 275 ml, rasio of mol of acetic acid :
mol of methanol = 1:4. While, the dependent variable that used is the temperature of reaction 53°C and
63°C. As the result, the increasing of the temperature makes the conversion higher, the constant of the
reaction rate increases, and the reaction toward the product. In addition, the longer time of the reaction
makes the conversion increases.

Keywords : Esterification, conversion, equilibrium constant, reaction rate constant.

PENDAHULUAN
Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu dapat ditentukan sebagai berikut: R-COOH + HO-
pengetahuan dan teknologi pada bidang R* ↔ R-COOR* + H2O.
perindustrian di Indonesia, beragam industri Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis,
terus melakukan inovasi dan perkembangan bersifat reversibel dan umumnya berjalan sangat
salah satunya adalah industri kimia. lambat sehingga memerlukan katalis agar
Perkembangan tersebut memacu kebutuhan diperoleh ester yang maksimal sehingga perlu
produksi industri kimia yang terus meningkat, dipelajari faktor-faktor menurut berbagai tinjauan
baik itu kebutuhan baku maupun bahan dan melakukan berbagai percobaan guna
penunjang lainnya. Bahan baku maupun bahan mengetahui berbagai variabel proses yang
penunjang di industri kimia sangatlah beragam. berpengaruh terhadap proses esterifikasi tersebut
Salah satu bahan yang digunakan adalah etil (Haritsah, 2013).
asetat yang merupakan salah satu jenis pelarut
yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5
(Haritsah, 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester *)Penulis Korespondensi
dari asam karboksilat dan alkohol. Produk reaksi Email: kristinanna4@gmail.com
berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini No HP: 082369115805
METODOLOGI PERCOBAAN
Bahan dan Alat
Bahan: Asam asetat , etanol, katalis HCl 0,25N,
NaOH 0,53N, indikator PP.
Alat: Labu leher tiga, pendingin balik, kompor
listrik, magnetic stirrer, pengaduk, thermometer,
buret, statif, klem dan erlenmeyer.
Variabel Percobaan
Variabel tetap: Jenis alkohol (etanol), volume total
(275 ml), volume sampel diambil (5 ml), waktu
Gambar 1.Hubungan suhu terhadap konversi
pengambilan sampel (10 menit), jenis katalis (HCl),
perbandingan mol asam asetat dan etanol (1:4). Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa
o o konversi pada suhu 63°C lebih besar daripada
Variabel berubah: Suhu operasi (53 C dan 63 C).
Prosedur Percobaan konversi pada suhu 53°C selama waktu reaksi 40
Merangkai alat hidrolisa. Mencampurkan asam menit. Selama waktu 40 menit bereaksi, pada suhu
asetat 5,76 ml dan katalis HCl 0,92 ml, panaskan 53°C menghasilkan konversi 0,694, sedangkan
o pada suhu 63°C konversi yang dihasilkan sebesar
sampai suhu 53 C.Panaskan etanol 20,86 ml sampai
o 0,724.
suhu 53 C. Setelah suhu kedua reaktan sama
campurkan kedua reaktan tersebut kedalam labu Secara teoritis, Semakin lama waktu reaksi maka
leher tiga. Amati suh campuran. Setelah tercapai kemungkinan kontak antar zat semakin besar
o sehingga akan menghasilkan konversi yang besar.
suhu 50 C kembali, sampel diambil 5 ml mulai
dari t0 dengan waktu pengambilan setiap 10 menit Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka
hingga waktu mencapai 40 menit. dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
Metode analisis : menguntungkan karena tidak memperbesar hasil
Mengambil 5 ml sampel lalu ditambahkan 3 tetes (Hakim dan Irawan, 2010).
indikator PP, kemudian sampel dititrasi dengan
Pada hasil praktikum yang kami dapat, semakin
NaOH 0,53 N. Amati perubahan warna yang
terjadi yaitu dari tidak berwarna menjadi warna lama waktu reaksinya semakin besar nilai
merah muda hampir hilang. Catat kebutuhan konversinya. Hal ini sesuai dengan teori dimana
titran. Menghentikan pengambilan sampel setelah semakin lama waktu reaksinya, maka kemungkinan
mencapai waktu 40 menit. Ulangi langkah di atas kontak antar zat semakin besar sehingga
untuk variabel kedua dengan volume asam asetat menghasilkan konversi yang besar (Hakim dan
57,6 ml, volume etanol 208,6 ml, dan volume Irawan, 2010).
HCl 9,2 ml.
Pengaruh Variabel Suhu Terhadap Konversi pada
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Proses Esterifikasi
Pengaruh Waktu terhadap Konversi pada Dari data tabel 1 dan gambar 1 menunjukan nilai
Proses Esterifikasi. konversi pada variabel 2 lebih besar dibandingkan
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan data dan pada Variabel 1. Pada variabel 1, suhu reaksi 53oC,
grafik hubungan sebagai berikut : nilai konversi esterifikasi saat menit ke-0 sebesar
Tabel 1. Nilai konversi pada masing-masing
0,080 dan saat menit ke-40 sebesar 0,694. Pada
variabel suhu
variabel 2, suhu reaksi 63oC, nilai konversi
Xa Xa
t o esterifikasi saat menit ke-0 sebesar 0,080 dan saat
53 C 63oC
menit ke-40 sebesar 0,724.
0 0,080 0,080
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan
10 0,538 0,656 kontak antar zat semakin besar sehingga akan
20 0,656 0,685 menghasilkan konversi yang besar. Semakin tinggi
suhu yang dioperasikan maka semakin banyak
30 0,679 0,700
konversi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
40 0,694 0,724 persamaan Arrhenius, bila suhu naik maka harga k
semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan
hasil konversi makin besar (Hakim dan Irawan, 2010).
Persamaan Arhenius :

Keterangan :
k = kontanta laju reaksi (mol/menit) semakin tinggi suhu reaksi yang digunakan maka
A = faktor frekuensi tumbukan konstanta kesetimbangan semakin kecil (Smith, 2001).
T = suhu (K) CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
o
EA = energi aktivas (kJ/mol) ∆H f 298 = -3640 J/mol
R = konstanta gas ideal (8,314 J/mol.K) Hal inilah yang menyebabkan nilai konstanta
(Levenspiel, 1985) kesetimbangan (K) pada variabel suhu 630C lebih
Pengaruh Variabel Suhu terhadap Arah kecil dibanding variavel 2 suhu 530C.
Kesetimbangan Pengaruh Variabel Suhu terhadap Konstanta
Tabel 2. Hubungan variabel suhu terhadap arah Laju Reaksi (k)
kesetimbangan
Variabel Variabel
1 (53oC) 2 (63oC)
K
5,757 5,531
teoritis

Tabel 2 menunjukan hubungan variabel suhu


terhadap arah kesetimbangan. Kedua nilai konstanta
kesetimbangan tersebut memiliki nilai K > 1
menunjukkan bahwa reaksi kesetimbangan mengarah Gambar 2. Hubungan variabel suhu terhadap konstanta
ke produk. Nilai konstanta kesetimbangan (K) pada laju reaksi
variabel 2 suhu 63oC lebih kecil dari variabel 1 suhu
53oC. Tabel 3. Hubungan variabel suhu terhadap konstanta
Menurut persamaan : laju reaksi
k1 (mol/menit) k2 (mol/menit)
K= =
Variabel 1
2,471 x 10-3 4,292x 10-4
(53oC)
Konstanta kesetimbangan dirumuskan sebagai
Variabel 2
konsentrasi produk (Cc.CD) dibagi dengan konsentrasi 2,475 x 10-3 4,474x 10-4
reaktan (CA.CB). Apabila reaksi bergeser ke kanan (63oC)
karena meningkatnya suhu maka konsentrasi produk
yaitu konsentrasi C dan konsentrasi D juga akan Gambar 2 menunjukan hubungan variabel suhu
meningkat. Konstanta kesetimbangan berbanding terhadap konstanta laju reaksi (k1 dan k2).
lurus dengan konsentrasi produk sehingga dengan Berdasarkan tabel 3 pada Variabel 1 , suhu reaksi
meningkatnya konsentrasi produk maka konstanta 53oC, harga k1 sebesar 2,471 x 10-3 mol/menit dan k2
kesetimbangan juga meningkat. Hal tersebut sebesar 4,292x10-4 mol/menit. Sedangkan pada
disebabkan karena dengan meningkatnya suhu maka Variabel 2, suhu reaksi 63oC harga k1 sebesar 2,475 x
akan meningkatkan laju reaksi ke kanan atau ke kiri 10-3mol/menit dan k2 sebesar 4,474x 10-4 mol/menit.
dengan tanpa mengubah nilai konstanta Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi
kesetimbangan yang ada pada suatu kesetimbangan pembentukan ester akan makin besar dengan kenaikan
reaksi tertentu. Peningkatan suhu hanya akan suhu, adanya pengadukan dan penambahan katalis.
mengubah waktu yang diperlukan suatu reaksi sampai Hal ini dapat dijelaskan oleh persamaan Arrhenius
selesai atau mencapai kesetimbangan. Sehingga dapat yaitu:
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu makan reaksi
akan semakin cepat terjadi sehingga semakin cepat dengan :
reaksi bergeser ke arah produk dan mengakibatkan k = kontanta laju reaksi (mol/menit)
kesetimbangan lebih cepat tercapai (Hikmah dan A = faktor frekuensi tumbukan
Zuliyana, 2012) T = suhu (K)
Berdasarkan tinjauan termodinamika dapat EA = energi aktivas (kJ/mol)
diketahui bahwa reaksi tersebut endotermis atau R = konstanta gas ideal (8,314 J/mol.K)
eksotermis dengan meninjau perubahan entalpi. Dari (Levenspiel, 1985)
perhitungan perubahan entalpi ∆H bersifat negatif Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat
yang menandakan bahwa reaksi esterifikasi asam bahwa konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh nilai A,
asetat dengan etanol bersifat eksotermis sehingga
EA, dan T. Semakin tinggi suhu (T) maka nilai k juga Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas
semakin besar (Kibaskar, 2001). Pada reaksi Teknik Undip.
esterifikasi : Haritsah, Iftironi., 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit
CH2COOH + C2H2OH CH3COOC2H5 + H2O dan H-Zeolit Serta Uji Aktivitasnya dalam
A + B C + D Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol.
Persamaan kecepatan reaksi kimia: Yogyakarta : Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Gadjah Mada.
Dimana k1 merupakan konstanta kecepatan Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012.
reaksi ke kanan atau ke arah produk, dan k2 Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak
merupakan konstanta kecepatan reaksi ke kiri atau ke Dedak dan Etanol dengan Proses Esterifikasi dan
arah reaktan. Sehingga semakin besar nilai dari k1 Transesterifikasi. Semarang : Universitas
maka reaksi akan semakin cepat (Levenspiel, 1985). Diponegoro.
Pada hasil praktikum yang kami dapat, harga Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam
konstanta kecepatan reaksi pada variabel 1 lebih kecil Oleat dan Etanol Menjadi Biodiesel dengan
daripada pada variabel 2. Hal ini sesuai dengan teori, Metode Distilasi Reaktif. Surakarta : Universitas
bahwa semakin tinggi suhu reaksinya maka konstanta Muhammadiyah
reaksinya akan semakin besar sesuai dengan rumus Nuryoto, dkk. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi
Arrhenius. Semakin tinggi suhu reaksinya maka Gliserol dengan Asam Asetat Menggunakan
energi yang dimiliki oleh molekul-molekul mengatasi Katalisator Indion 225 Na. Yogyakarta : Universitas
energi aktivasinya. Hal ini menyebabkan tumbukan Gadjah Mada.
antar molekul meningkat, sehingga berakibat pada Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi reaksi
laju reaksi (Nuryoto dkk, 2011). Esterifikasi Asam Asetat dengan 1Heksena,
Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses
KESIMPULAN Pembuatan Etanol. Skripsi. Jakarta : Program
Dari praktikum yang telah kami lakukan Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
kesimpulan yang didapatkan adalah konversi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
pembentukan etil asetat dari asam asetat dan etanol Smith, JM, dkk. 2001. Introduction to Chemical
semakin besar seiring dengan bertambahnya waktu Engineering Thermodynamics, Sixth Edition.Mc
karena semakin lama waktu reaksi maka kontak antar Graw Hill
bahan baku semakin lama, semakin besar suhu reaksi Supardjan. 2004. Sintesis Diasetil
maka konversi pembentukan etil asetat (ester) juga Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa. J.
semakin besar karena reaksi berjalan cepat, harga Pharmacon. Vol. 5, No. 2, h.48-55
konstanta keseimbangan (K) pada suhu 530C lebih
kecil dari nilai K pada suhu 630C menunjukkan bahwa
konstanta laju reaksi ke arah produk pada suhu 63 0C
lebih besar dari konstanta laju reaksi ke arah produk
pada suhu 530C dan menunjukkan reaksi bersifat
reversible (bolak-balik) dan semakin tinggi suhu
reaksinya maka konstanta reaksinya akan semakin
besar sesuai dengan rumus Arrhenius.
Untuk praktikan yang akan melakukan praktikum
esterifikasi disarankan agar memperhatikan
keselamatan terhadap bahan berbahaya seperti HCl,
sebaiknya persediaan reagen dan alat-alat untuk
proses esterifikasi dicek terlebih dahulu dan
melakukan perawatan secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Arif Rahman dan Irawan S.. 2010.
Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak
Dedak Padi Proses Esterifikasi. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai