Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI BIOKERAMIK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

ANNA KRISTIN 21030115120102

MUHAMMAD SYARIFUDDIN 21030115130195

TEGUH PAPRA ESZA 21030115120092

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam dunia kedokteran kebutuhan bahan rehabilitasi terutama bagian tulang dan
gigi mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kasus patah tulang
dan kerusakan gigi. Sehingga memicu berbagai upaya untuk mencari alternatif yang baik
menggantikan struktur jaringan tulang yang rusak tanpa menimbulkan efek yang negatif
serta terjangkau masyarakat. Bahan tulang pengganti tradisional yang sudah umum
seperti autografts, allogratfs dan xenogratfts, tidak tahan lama dan dapat menyebabkan
resiko infeksi dan pengurangan kekebalan tubuh, sehingga mempengaruhi kualitas tulang
pengganti tersebut (Mondal et al, 2010). Sebagai alternatif ada berbagai bahan sintetik
komposit yaitu biokeramik, polimer atau logam (Ylinen, 2006) 10). Sebagai alternatif
ada berbagai bahan sintetik komposit yaitu biokeramik.
Biokeramik telah berhasil digunakan untuk memperbaiki, merekonstruksi, dan
mengganti bagian yang sakit atau bagian tubuh yang rusak terutama tulang dibandingkan
dengan polimer atau logam (Kusrini dan Sontang, 2012). Bahan biokeramik tidak bersifat
beracun, memiliki biokompatibilitas, dan ikatan tulang atau sifat regenerasi tulang yang
baik (Mollazadeh et al, 2007). Biokeramik mampu diaplikasikan untuk berbagai
kehidupan sehari hari khususnya untuk bidang kedokteran. Oleh karena itu, dalam
makalah ini kami akan membahas tentang biokeramik dan aplikasinya agar kita lebih
memahami mengenai biokeramik serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Bahan Rekayasa tentang biokeramik dan aplikasi
biokeramik dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biokeramik
Keramik adalah material logam dan non logam yang memiliki ikatan atom ionik
atau ikatan ionik dan ikatan kovalen. Sedangkan pengertian biokeramik adalah keramik
yang digunakan untuk kesehatan tubuh dan gigi pada manusia (Billote, 2003). Sifat
biokeramik antara lain tidak beracun, tidak mengandung zat karsinogenik, tidak
menyebabkan alergi, tidak menyebabkan radang, memiliki biokompatibilitas yang baik
dan tahan lama.
Kelebihan biokeramik adalah biokeramik memiliki biokompatibilitas yang baik
dengan sel-sel tubuh dibandingkan dengan biomaterial polimer atau logam (Billote,
2003). Oleh karena itu, biokeramik digunakan untuk tulang, persendian, dan gigi
(Billote, 2003). Biokeramik juga digunakan untuk melapisi biomaterial logam (Desai
et. al, 2008). Selain itu, biokeramik juga digunakan sebagai penguat komponen
komposit, dengan menggabungkan kedua sifat material menjadi material baru yang
memiliki sifat mekanis dan biokompatibilitas yang baik. Struktur keramik juga dapat
dimodifikasi dengan tulang alami dengan tingkat porositas yang beragam (Hench dan
Wilson, 1993). Biokeramik juga memiliki kelemahan, antara lain sangat rapuh,
kekuatan rendah, dan kerap dipandang material yang lemah. Biokeramik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Keramik Bioaktif
Keramik bioaktif adalah keramik yang dapat menciptakan respon biologi di
permukaan material, yang akan menghasilkan suatu ikatan antara sel dan material.
Pada prosesnya terjadi reaksi kimia tetapi hanya dipermukaan saja (Billote, 2003).
Kelemahan material ini antara lain sifat mekanisnya lebih buruk dibandingkan
dengan keramik bioinert. Oleh karena itu, keramik bioaktif tidak dapat
diaplikasikan untuk implant yang menahan beban seperti implant sendi.
Kinerja biokeramik bioaktif di dalam tubuh yaitu saat implantasi, permukaan
keramik bereaksi membentuk ikatan dengan sel-sel terdekat. Permukaan implant
bereaksi terhadap perubahan pH sekitar dengan melepas ion Ca2+, Na+, dan K+ dan
membentuk ikatan permukaan dengan sel-sel sekitar (Hench dan Wilson, 1993).
Reaksi pertukaran antara implant bioaktif dengan cairan tubuh disekitar implant
pada beberapa kasus dapat membentuk lapisan CHA (Carbonated Hidroxyapatite)
yang menyerupai mineral yang terkandung dalam tulang pada implant (Ben –
Nissan, 2004).
Contoh material jenis ini antara lain hidroksi apatit, bioglass, ceravital, keramik A-
W glass. Sedangkan aplikasinya adalah untuk pembedahan tulang dan pengisi cacat
tulang.
b. Keramik Bioinert
Keramik bioinert adalah material keramik yang interaksi dengan sel-sel
disekitarnya sangat sedikit di dalam tubuh manusia. Reaktifitas kimianya rendah,
pada waktu yang cukup lama ikatan antar muka dengan sel tubuh juga sedikit
(Bhat, 2005). Biokeramik jenis ini memiliki kelebihan yaitu relatif stabil di dalam
tubuh manusia, tidak berbahaya, tahan korosi dan tahan lama. Kinerja keramik
bioinert dalam tubuh dijelaskan sebagai berikut:
Kapsul serabut terbentuk disekitar permukaan implant bioinert dan tidak membuat
ikatan dengan tulang. Ketebalan kapsul tergantung dari kompatibeitas sel material
bioinert. Semakin baik kompatibilitas sel maka semakin tipis kapsul serabut yang
terbentuk. Dengan demikian, fungsi biokeramik ini tergantung pada intergrasi sel
dengan implant yang ditanam (Ben – Nissan, 2004).
Contoh keramik jenis ini antara lain keramik single oxide, alumina, zirconia,
karbon termasuk ke dalam jenis keramik bioinert. Sedangkan aplikasinya adalah
biasa digunakan untuk pelat tulang, sekrup tulang, sendi buatan, katup jantung
buatan, dan komponen ujung tulang paha (Billote, 2003; Li dan Hastings, 1998).
c. Keramik Bioresterable
Keramik bioserorable adalah material yang akan berbaur dan lama-lama
tergantikan oleh sel-sel baru yang tumbuh di dalam tubuh manusia. Atau dengan
kata lain, implant restorable didesain untuk terdegradasi perlahan dan tergantikan
oleh sel-sel tubuh yang baru tumbuh. Kelebihan material jenis ini antara lain dapat
menghilangkan implant dan digantikan oleh tulang yang dapat berfungsi dengan
baik, sehingga dapat mengurangi efek masalah biokompatibilitas. Kinerja keramik
bioresorbable yaitu tingkat peresapan material implant harus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan sel tubuh karena adanya kemungkinan kapasitas penahanan beban
implant melemah dan gagal (Hench dan Wilson, 1993).
Contoh material jenis ini antara lain β-trikalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium
sulfat, carbonate apatite. Aplikasi material jenis ini adalah untuk membantu
penyembuhan tulang karena penyakit atau trauma, pengisi cacat tulang, obat
(Billote, 2003).
2. Aplikasi Biokeramik
a. Dental implant

Dental implant adalah gigi buatan dari bahan sintetik yang dipasang ke dalam
mulut pasien melalui tindakan pembedahan sehingga gigi palsu ini tertanam ke
dalam tulang rahang. Dental implant dapat dikatakan tertinggal jauh dari implan
tubuh bagian lainnya, ambil saja pembanding secara acak yaitu implan katup
jantung, begitu pula dengan perkembangan material implan untuk pinggul dan sendi
mengalami perkembangan jauh lebih cepat daripada dental implan. Adapun material
yang digunakan pada dental implant terbagi berdasarkan 3 bagian utama dari
struktur dental implan, dimana 3 struktur utama dental implant adalah crown,
abutment, dan implan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Struktur dental implan

Crown adalah bagian kepala gigi yang bentuknya menyerupai mahkota gigi.
Selanjutnya bagian tengah merupakan bagian penghubung antara crown dan implan
yang disebut abutment. Bagian implan adalah material yang ditanamkan di dalam
tulang mandibula (rahang bawah) yang berinteraksi langsung dengan jaring tulang.
Untuk masing-masing bagian, material yang umum dipakai adalah sebagai berikut.
Gambar 2. Material penyusun dental implan
Untuk material implan, titanium merupakan pilihan yang paling sering
digunakan. Selain sifatnya yang inert titanium memiliki sifat mekanik yang cukup
baik sebagai implan walaupun dalam kasus dental implan ini titanium kurang bisa
beroseointegrasi dengan jaringan tulang dimana ia ditanamkan. Untuk itu biasanya
titanium dilapisi dengan suatu jenis keramik hidroksiapatite (Ca10(PO4)6(OH)2)
atau disingkat HA. Sedangkan untuk pilihan material lainnya adalah komposit yang
terdiri dari implant keramik dan karbon yang dipasang dalam tulang bersama
kristal tunggal safir dan grafit pirolitik. Untuk jenis titanium yang dilapisi
hidoksiapatit, metode pelapisannya merupakan salah satu dari aplikasi teknologi
keramik yang berbasiskan sputtering.
Beralih pada material abutment. Dua variasi material penyusun abutment
adalah zirkonia dan titanium, namun untuk hasil yang menarik secara penampilan
biasanya dipilih material titanium yang dilapisi dengan zirkon oksida (ZrO2),
dimana oksida zirkon akan memberikan suatu hasil lapisan yang memiliki warna
sealami warna enamel gigi. Teknik yang digunakan untuk menghasilkan lapisan
zirkon oksida pada logam titanium adalah plasma spray coating.
Sedangkan untuk crown sendiri biasanya terbuat dari komposit berupa campuran
metal, keramik, dan porselen untuk material sintetik. Untuk material alami
biasanya terbuat dari tulang hewan.
Keistimewaan pemakaian keramik hidroksiapatite (Ca10(PO4)6(OH)2) pada
abutment di dental implant adalah dapat membentuk ikatan fisik dengan tulang
setelah diimplant ke dalam tubuh dan memungkinkan pertumbuhan tulang pada
sepanjang permukaannya.
b. Femorals heads for hip replacement
Tindakan hip replacement diambil pada kasus-kasus tertentu, terutama pada kasus
osteoarthritis. Pembuatan prostesis tiruan untuk kasus ini sudah banyak
dikembangkan mengarah pada penggunaan biokeramik seperti alumina atau
zirconia. Pada mulanya, prostesis tiruan ini lebih banyak menggunakan bahan dari
metal seperti titanium atau stainless steel.
Pembuatan alumina untuk membuat protesis tiruan femoreal head banyak dipilih
karena memiliki beberapa keunggulan antara lain
 Ketahanan pemakaian yang baik. Dibandingkan dengan polyethylene
acetabularcups yang reduksi pemakaiannya mencapai lebih dari 50%
dibandingkan alumina.
 Ketahanan kontak. Dari penelitian klinis didapatkan hasil bahwa reduksi
pemakaian kontak ceramic-on-ceramic adalah kurang dari 2 mikrometer per
tahun
 Ketahanan dalam synovial fluid. Synovial fluid berguna sebagai lubrikasi,
dan alumina memiliki ketahanan yang baik dalam cairan ini.
 Ketahanan gores. Alumina memiliki permukaan yang ter-polish dengan
baik sehingga tahan goresan.
 Biokompabilitas. Alumina bersifat bioinert dan memiliki ketahanan korosi
yang baik.
c. Wear plates for knee replacement
Total knee replacement, atau sering juga disebut total knee arthroplasty, adalah
sebuah prosedur operasi dimana terjadi trauma, keadaan patologis, atau kerusakan
yang terjadi pada permukaan sendi lutut sehingga sendi lutut harus diambil dan
digantikan oleh prostesis tiruan. Material yang digunakan untuk membuat prostesis
tiruan ini harus memiliki kekuatan yang baik, ketahanan pemakaian yang baik, dan
dapat berfungsi secara optimal sebagai sendi dengan menghasilkan gaya gesek
serendah mungkin.
Prostesis tiruan pada dasarnya mempunyai 2 buah komponen, yang pertama
berfungsi sebagai wear plates biasanya dibuat dari bahan metal atau biokeramik,
yang kedua adalah bantalan sendi yang biasanya dibuat dari polyethylene
Pemilihan alumina sebagai bahan pembuatan prostesis ini didasarkan pada
keunggulan material ini dibandingkan bahan metal, yaitu memiliki sifat bioinert dan
biokompabilitas yang lebih baik, kekuatan terhadap stress yang baik, kemudahan
dalam proses fabrikasi, ketahanan korosi yang baik, dan bahannya lebih ringan
dibandingkan dari bahan metal.
BAB III
PENUTUP

biokeramik adalah keramik yang digunakan untuk kesehatan tubuh dan gigi pada
manusia. Biokeramik dapat diklasifikasikan menjadi biokeramik aktif, biokeramik inert,
biokeramik resterable. Biokeramik dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari khususnya
dalam dunia kedokteran yaitu untuk dental implan, Femorals heads for hip replacement,
Wear plates for knee replacement.
DAFTAR PUSTAKA

Brunski, B. John. Biomaterials and Biomechanics in Dental Implant Design, 1997

Callister, William. 2007. Materials Science and Engineering. New York: Wiley & sons
http://www.matter.org.uk/matscicdrom/manual/pm.html/keramik, tanggal akses: 3
Maret 2011

F.J . Klug, S. Prochazka, and R. H. Doremus,“Alumina–Silica Phase Diagram in the Mullite


Region,”J. Am. Ceram. Soc.,70 [10] 758 (1987).

Kuroda, Seiji, et.al. Warm Spraying- A Novel Coating Process Based on High Velocity Impact
of Solid Particle, IOP Publishing, 2008.

Park, Joon, et.al. Biomaterials an introduction 3rd edition. Springer , 2007.

Anda mungkin juga menyukai