Kondisi lingkungan pada polimer biasanya meliputi pH, temperatur, medan listrik, medan
magnet, cahaya, pelarut, agen biokimia (enzim), tekanan, faktor ionik, dan sebagainya. Dari
kondisi lingkungan ini, kita dapat mengklasifikasikan jenis polimer cerdas. Untuk polimer
yang mampu merespon perubahan pH disebut polimer cerdas peka pH atau lazim dinamakan
polimer peka pH. Untuk yang mampu merespon perubahan temperatur, dinamakan polimer
peka temperatur, dan seterusnya.
Respon yang diberikan polimer cerdas terhadap berubahnya kondisi lingkungan dapat berupa
dengan menjadi mengkerut, mengembung, melarut, mengendap, membentuk misel ataupun
membentuk transisi antara sol dan gel (sol-gel) bergantung pada bentuk fisik ikatannya,
bentuk fisik ini dapat dilihat secara makroskopis.
Tabel 1. Bentuk fisik ikatan pada polimer cerdas dan jenis responnya.
Respon diatas umumnya bersifat reversible (dalam artian dapat bolak-balik). Sebagai contoh
polimer cerdas adalah hidrogel poli Asam Akrilat (AA) yang mampu beradaptasi sesuai
perubahan pH lingkungannya. Pada pH rendah hidrogel AA akan mengkerut
(Unswell/Shrinking) dan apabila pH bertambah naik (tinggi), AA akan menggembung
(swelling).
Untuk beberapa contoh polimer cerdas lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Pemanfaatan polimer cerdas di bidang medis terutama dalam aplikasi pada sistem drug
delivery (penyampai obat), gen carier, sensor glukosa, tes diagnosis, kontak lensa mata,
pemisahan membran, mempertinggi biokompaktibel permukaan, penyerapan air (water-
sorption), dan lain-lain. Semua pemanfaatan ini didasarkan pada sifat kepekaan dari polimer
cerdas. Sebagai contoh untuk sistem drug delivery digunakan polimer yang mempunyai
kemampuan dalam hal peka pH ataupun temperatur.
Cara kerja dari drug delivery dari polimer cerdas ini adalah dengan memanfaatkan variasi pH
yang terdapat pada gastrointestinal tract (GIT) atau lambung perut yang mempunyai variasi
pH antara 2 (pada perut) dan 10 (pada usus besar). Dalam lingkungan asam, drug delivery
(polimer cerdas) menahan obat yang dikandungnya untuk tidak terdegradasi dengan cara
mengkerut, dan ketika telah tiba pada lokasi spesifiknya yang bermedium basa, polimer
cerdas akan mengembung sekaligus melepas obat yang dikandungnya ke target. Variasi pH
ini, juga terdapat pada lokasi spesifik lainnya seperti pada jaringan (termasuk pada jaringan
tumor) atau pada sub-sub sel. Polimer peka temperatur dengan T kritis juga ideal untuk
digunakan sebagai drug delivery pada daerah fisiologis ini.
Pada beberapa tahun belakangan, pengembangan polimer cerdas mulai dikembangkan kearah
polimer yang mempunyai dua kepekaan sekaligus. Umumnya metode yang digunakan adalah
dengan pencangkokan atau dikenal dengan istilah grafting. Beberapa peneliti telah sukses
mengrafting seperti Leung et al (2005) yang telah mempreparasi mikrogel kulit-inti (core-
shell) cerdas bebasis PNIPAAm, MBAAm, dan kitosan (Polyethyleneimine) yang
menghasilkan mikrogel yang dapat peka pH sekaligus peka temperatur. Kurata dan Dobashi
(2004) yang telah berhasil membuat kopolimer baru dari N,N-
dimethylaminoethylmethacrylate (DMAEM) dan asam akrilat (AA) yang mampu peka pH
dan temperatur. Begitupun dengan Gonzalez et al (2005) yang telah menemukan polimer
baru turunan dari ethylpyrrolidine yaitu N-ethylpyrrolidine methacrylate (EPyM) yang juga
peka pH dan temperatur.
Polimer yang mempunyai dua kepekaan sekaligus ini juga sangat potensial dikembangkan
baik sebagai drug delivery maupun pemanfaatan di bidang lain. Sebagai contoh polimer
cerdas dalam bentuk selaput yang telah ditemukan oleh Andrea Puci dari Universitas Pisa
yang mempunyai kemampuan peka tekanan (pressure) sekaligus peka temperatur. Polimer ini
dapat dimanfaatkan dalam produk plastik kemasan makanan/minuman yang rentan terpapar
tekanan dan temperatur yang berlebihan.
Penutup
Pengembangan polimer cerdas di Indonesia masih sangat terbatas sekali. Untuk di Indonesia,
penelitian lebih mengarah pada material cerdas (smart-material) yang ditekuni oleh
sekelompok peneliti di Universitas Gadjah Mada yang membentuk kluster material cerdas.
Material cerdas ini cakupannya lebih luas dibandingkan polimer cerdas (smart poymer). Dari
literatur yang penulis peroleh, khusus untuk pengembangan polimer cerdas, telah coba
dikembangkan oleh Irwan Ginting Suka, peneliti dari Universitas Lampung yang
memanfaatkan polimer alam yang berasal dari selulosa onggok. Diharapkan akan diperoleh
polimer cerdas yang mampu peka pH dan temperatur. Walaupun masih dalam tahap
penelitian, prospek pengembangan dari riset tersebut cukup menjanjikan terutama dalam hal
pemanfaatan selulosa onggok yang selama ini, tidak mempunyai nilai tambah secara
ekonomis.
Pustaka