Anda di halaman 1dari 4

Mengenal Polimer Cerdas (Smart Polymer)

Kata Kunci: cerdas, polimer


Ditulis oleh Sinly Evan Putra pada 08-09-2008

Istilah polimer cerdas (smart polymer) mungkin masih terdengar asing


di telingga kita. Kata "cerdas" disini janganlah diintreprestasikan seperti "cerdas" yang
dimiliki oleh manusia yang cakupannya sangat luas. Di sini karena polimer adalah benda
mati, sehingga apablia polimer tersebut mampu beradaptasi atau memberikan respon kecil
terhadap berubahnya kondisi lingkungan, sudah cukup untuk menyebut polimer tersebut
sebagai polimer cerdas.

Kondisi lingkungan pada polimer biasanya meliputi pH, temperatur, medan listrik, medan
magnet, cahaya, pelarut, agen biokimia (enzim), tekanan, faktor ionik, dan sebagainya. Dari
kondisi lingkungan ini, kita dapat mengklasifikasikan jenis polimer cerdas. Untuk polimer
yang mampu merespon perubahan pH disebut polimer cerdas peka pH atau lazim dinamakan
polimer peka pH. Untuk yang mampu merespon perubahan temperatur, dinamakan polimer
peka temperatur, dan seterusnya.

Respon yang diberikan polimer cerdas terhadap berubahnya kondisi lingkungan dapat berupa
dengan menjadi mengkerut, mengembung, melarut, mengendap, membentuk misel ataupun
membentuk transisi antara sol dan gel (sol-gel) bergantung pada bentuk fisik ikatannya,
bentuk fisik ini dapat dilihat secara makroskopis.

Tabel 1. Bentuk fisik ikatan pada polimer cerdas dan jenis responnya.

Bentuk Fisik Ikatan Jenis Respon


Ikatan linear bebas tanpa Melarut/Mengendap, Transisi
crosslink (Konjugat) Sol-Gel
Kopolimer block dan graft Terbentuk Misel
amphiphilic (tanpa crosslink)
Crosslink Kimia (Hidrogel) Menggembung/Mengkerut
Modifikasi Permukaan Respon Interface (antarmuka)

Sumber: Aguilar et al (2007)

Respon diatas umumnya bersifat reversible (dalam artian dapat bolak-balik). Sebagai contoh
polimer cerdas adalah hidrogel poli Asam Akrilat (AA) yang mampu beradaptasi sesuai
perubahan pH lingkungannya. Pada pH rendah hidrogel AA akan mengkerut
(Unswell/Shrinking) dan apabila pH bertambah naik (tinggi), AA akan menggembung
(swelling).

Gambar ilustrasi respon hidrogel poli asam akrilat terhadap pH.

Untuk beberapa contoh polimer cerdas lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Contoh-contoh polimer cerdas.

Nama Polimer Cerdas Klasifikasi


Polyacrylic acid (PAA) Peka pH
Polmethacrylic acid (PMAA) Peka pH
Poly(ethylene imine) Peka pH
Poly(L-lysine) Peka pH
Poly(N-isopropylacrylamide) (PNIPAAM) Peka
Temperatur
Poly(N,N-diethylacrylamide) (PDEAAM) Peka
Temperatur
Poly(ethylene oxide) (PEO) Peka
Temperatur
Poly(ethylene glycol) (PEG) Peka Cahaya
Poly(Vinyl alcohol) (PVA) Peka Cahaya
Diblock copolymer (PEO-PPO) Peka Cahaya
Poly(D,L-lactide) Peka Phase
Poly(amino acid) Peka Phase

Aplikasi Polimer Cerdas


Dewasa ini polimer cerdas telah dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Sebut saja untuk baju
olahragawan pada Olimpiade Beijing 2008, telah memanfaatkan polimer peka temperatur
untuk mengatur suhu tubuh atlet. Begitupun dengan produk plastik kemasan yang juga telah
memanfaatkan berbagai jenis polimer cerdas. Selain sebagian kecil pemanfaatan diatas,
polimer cerdas juga telah dikembangkan sebagai biomaterial dalam bidang medis.

Pemanfaatan polimer cerdas di bidang medis terutama dalam aplikasi pada sistem drug
delivery (penyampai obat), gen carier, sensor glukosa, tes diagnosis, kontak lensa mata,
pemisahan membran, mempertinggi biokompaktibel permukaan, penyerapan air (water-
sorption), dan lain-lain. Semua pemanfaatan ini didasarkan pada sifat kepekaan dari polimer
cerdas. Sebagai contoh untuk sistem drug delivery digunakan polimer yang mempunyai
kemampuan dalam hal peka pH ataupun temperatur.

Cara kerja dari drug delivery dari polimer cerdas ini adalah dengan memanfaatkan variasi pH
yang terdapat pada gastrointestinal tract (GIT) atau lambung perut yang mempunyai variasi
pH antara 2 (pada perut) dan 10 (pada usus besar). Dalam lingkungan asam, drug delivery
(polimer cerdas) menahan obat yang dikandungnya untuk tidak terdegradasi dengan cara
mengkerut, dan ketika telah tiba pada lokasi spesifiknya yang bermedium basa, polimer
cerdas akan mengembung sekaligus melepas obat yang dikandungnya ke target. Variasi pH
ini, juga terdapat pada lokasi spesifik lainnya seperti pada jaringan (termasuk pada jaringan
tumor) atau pada sub-sub sel. Polimer peka temperatur dengan T kritis juga ideal untuk
digunakan sebagai drug delivery pada daerah fisiologis ini.

Pada beberapa tahun belakangan, pengembangan polimer cerdas mulai dikembangkan kearah
polimer yang mempunyai dua kepekaan sekaligus. Umumnya metode yang digunakan adalah
dengan pencangkokan atau dikenal dengan istilah grafting. Beberapa peneliti telah sukses
mengrafting seperti Leung et al (2005) yang telah mempreparasi mikrogel kulit-inti (core-
shell) cerdas bebasis PNIPAAm, MBAAm, dan kitosan (Polyethyleneimine) yang
menghasilkan mikrogel yang dapat peka pH sekaligus peka temperatur. Kurata dan Dobashi
(2004) yang telah berhasil membuat kopolimer baru dari N,N-
dimethylaminoethylmethacrylate (DMAEM) dan asam akrilat (AA) yang mampu peka pH
dan temperatur. Begitupun dengan Gonzalez et al (2005) yang telah menemukan polimer
baru turunan dari ethylpyrrolidine yaitu N-ethylpyrrolidine methacrylate (EPyM) yang juga
peka pH dan temperatur.

Polimer yang mempunyai dua kepekaan sekaligus ini juga sangat potensial dikembangkan
baik sebagai drug delivery maupun pemanfaatan di bidang lain. Sebagai contoh polimer
cerdas dalam bentuk selaput yang telah ditemukan oleh Andrea Puci dari Universitas Pisa
yang mempunyai kemampuan peka tekanan (pressure) sekaligus peka temperatur. Polimer ini
dapat dimanfaatkan dalam produk plastik kemasan makanan/minuman yang rentan terpapar
tekanan dan temperatur yang berlebihan.

Penutup

Pengembangan polimer cerdas di Indonesia masih sangat terbatas sekali. Untuk di Indonesia,
penelitian lebih mengarah pada material cerdas (smart-material) yang ditekuni oleh
sekelompok peneliti di Universitas Gadjah Mada yang membentuk kluster material cerdas.
Material cerdas ini cakupannya lebih luas dibandingkan polimer cerdas (smart poymer). Dari
literatur yang penulis peroleh, khusus untuk pengembangan polimer cerdas, telah coba
dikembangkan oleh Irwan Ginting Suka, peneliti dari Universitas Lampung yang
memanfaatkan polimer alam yang berasal dari selulosa onggok. Diharapkan akan diperoleh
polimer cerdas yang mampu peka pH dan temperatur. Walaupun masih dalam tahap
penelitian, prospek pengembangan dari riset tersebut cukup menjanjikan terutama dalam hal
pemanfaatan selulosa onggok yang selama ini, tidak mempunyai nilai tambah secara
ekonomis.

Pustaka

 Alian S. Hoffman and Patrick S. Stayton. 2003. Smart Polymer-Smart Protein


Bioconjugates. University of Washington, Seattle, WA 98195
 Andrew Whittaker. Polymer Hidrogels and Biopolymers. Centre of Magnetic
Resonance Gerhmann Lab. University of Queensland.
 Aquilar, M.R, C.Elvira, A. Gallardo, B. Vazquez, and J.S. Roman. 2007. Smart
Polymer and Their Applications as Biomaterials. Topic in Tissue Enginering, Vol
3, 2007. Eds. N. Ashammakhi, R.Reis and E Chiellini.
 Gonzalez N, Elvira C, San Román J. 2005. Novel dual-stimuli-responsive polymers
derived from ethylpyrrolidine. Macromolecules 2005;38:9298-9303
 Irwan Ginting Suka. 2008. Pengembangan Polimer Cerdas (Smart Polymer)
Berbasis Selulosa Onggok dan Uji Aktivitasnya. Research Report dari
LAPTUNILAPP. Lampung University Library.
 Khaled Al-Tahami and Jagdish Singh. 2007. Smart Polymer Based Delivery
Systems for Peptides and Proteins. Recent Patents on Drug Delivery and
Formulation 2007, I, 65-71. Bentham Science Publishers Ltd.
 Kurata K and Dobashi A. 2004. Novel temperature and pH-responsive linear
polymers and crosslinked hydrogels comprised of acidic L-α-amino acid
derivatives. J Macromol Sci Part A- Pure Appl Chem 2004;41:143-164
 Leung MF, Zhu J, Li P, Harris FW. 2005. Novel synthesis and properties of smart
core-shell microgels. Macromol Symp 2005;226:177-185
 Malcolm Butler. 2008. Smart Polymers and New Polymer Concepts. Paper Science
Parafack Lab Product. www.parafackpolymers.com
 Samarth Kulkarni. 2006. Smart Polymer Nanoparticles for Diagnostics. The Center
For Nanotechnology. University of Washington.
 Sebastian Mendrek. 2006. Synthesis and Characterization of Stimuli-Responsive
Microgels Based on Poly(Glycidol) Block Copolimers. Dissertation. Tehnischen
Universitat Dresden.

Anda mungkin juga menyukai