Disusun oleh :
Achmad Alfian A. 3335160009
Sartika Arbantini 3335160045
Irma Qadarsih 3335160063
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
A. Pendahuluan
Sampai saat ini, pengembangan teknologi pembuatan polimer
untuk berbagai aplikasi terus dikembangkan. Pembuatan polimer
umumnya masih menggunakan bahan dasar Sintesis yang tidak bersifat
biodegradable, dan kurang ekonomis (high cost). Dalam beberapa tahun
terakhir, pengembahan biopolymer berbasis bahan alam yang bersifat
renewable, biodegradable, dan biocompatible telah banyak dikembangkan
untuk mengatasi permasalahan di atas (Mohzen, et al., 2011). Pemanfaatan
polimer berbasis bahan alami untuk berbagai aplikasi diyakini akan lebih
ekonomis (ketersediaan bahan baku di alam yang melimpah) juga lebih
ramah lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan zaman telah
menyebabkan meningkatnya permintaan untuk materi baru dan teknologi
baru dalam pengembangan. Dalam hal ini polimer sangat cocok , ada
dalam berbagai bentuk, dan juga bisa diwujudkan sebagai properti yang
diinginkan dan final aplikasi. Dalam pengertian ini kita dapat berbicara
tentang polimer alam (pati, selulosa, protein,ber, dll., sintetis (diperoleh
dengan rute berbeda dar ipolimerisasi), atau semi sintetik (untuk
pemrosesan polimer alam), sesuai dengan asal usulnya.
Dua hingga tiga dekade terakhir telah menyaksikan minat
pertumbuhan yang sangat besar pada "bahan pintar"berdasarkan polimer
dan pada nano compo polimersitus. Namun, untuk menemukan definisi
unik dari Polimer "pintar" cukup sulit, mengingat hal itu semua polimer
dapat menjadi stimuli-responsif,terlarut-tidak larut, atau peka terhadap
lingkungan didefinisikan sebagai materi "cerdas" atau "pintar" dan mereka
telah menemukan aplikasi di banyak bidang, seperti bioteknologi,
kedokteran, dan teknik. Sebagian besar perkembangan penting telah
didaftarkan dalam bidang biomedis dan menggunakan polimer pintar
dalam pemngembangan tetapi baru digunakan untuk pengobatan beberapa
penyakit atau medis canggih dengan perangkat yang dapat bereaksi karna
pengaruh lingkungan jaringan sekitarnya (pH, suhu, enzim, konsentrasi
dan analit dll). Substrat polimer yang responsive atau substrat instruktif
mengatur sel prilaku dalam menanggapi faktor-faktor eksternal dan sangat
penting dalam aplikasi teknik jaringan.
Stimuli-sensitif atau "pintar" sistem polimer adalah polimer yang
dapat mengatasi perubahan sifat dramatis menanggapi perubahan kecil di
lingkungan. Sistem yang paling penting, juga dari sudut pandang
biomedis, adalah yang peka terhadap pH atau suhu (T). Tubuh manusia
menghadirkan variasi pH di sepanjang saluran pencernaan, dan juga di
beberapa area tertentu seperti jaringan tertentu (dan area tumor) atau
kompartemen sub-seluler. Polimer termosensitif dengan T kritis dekat
dengan nilai fisiologis, mis. Poli (N-isopropil akrilamida) (PNIPAm),
menawarkan banyak kemungkinan dalam bidang biomedis,
B. Sejarah Polimer
Polimer lebih dikenal sebagai “platik” bagi orang awam. Namun
sebenarnya polimer bukanlah plastic saja. Polimer pun sebenernya sudah
dipakai sejak dahulu kala, lebih tepatnya papda penggunaan polimer alam
seperti wool, kapas, dan damar. Sejak tahun1925 dunia telah mengenal
polimer sintesis dan mulai berkembaang pesat pada tahun 1955, dimana
Staudinger berhasil mendapatkan Nobel atas hipotesis makromolekul yang
ditemukannya. Sampai saat ini konsep polimer semakin berkembang
dengan semakin majunya teknologi.
C. Smart polimer
Polimer cerdas (smart-polymer) merupakan istilah yang digunakan
untuk polimer yang mempunyai kepekaan terhadap perubahan atau
stimulus lingkungannya. Polimer cerdas (smart polymer) mungkin masih
terdengar asing di telingga kita. Kata "cerdas" disini janganlah
diintreprestasikan seperti "cerdas" yang dimiliki oleh manusia yang
cakupannya sangat luas. Kita ketahui bahwa polimer adalah benda mati,
sehingga apabila polimer tersebut mampu beradaptasi atau memberikan
respon kecil terhadap berubahnya kondisi lingkungan, sudah cukup untuk
menyebut polimer tersebut sebagai polimer cerdas.
Perubahan lingkungan internal atau eksternal yang meliputi pH,
temperatur, medan listrik, medanmagnet, cahaya, pelarut, agen biokimia
(enzim), tekanan, faktor ionik, dan sebagainya disebut stimulus. Ketika
stimulis dimasukan kedalam reseptor sensoris, stimulus akan
memengaruhi refleks melalui transduksi stimulus. Dari kondisi lingkungan
ini, dapat mengklasifikasikan jenis polimer cerdas. Untuk polimer yang
mampu merespon perubahan pH disebut polimer cerdas peka pH atau
lazim dinamakan polimer peka pH. Untuk yang mampu merespon
perubahan temperatur, dinamakan polimer peka temperatur, dan
seterusnya
Respon yang diberikan polimer cerdas terhadap berubahnya
kondisi lingkungan dapat berubah menjadi mengkerut, mengembung,
melarut, mengendap, ataupun membentuk transisi antara sol dan gel (sol-
gel) bergantung pada bentuk fisik ikatannya, bentuk fisik ini dapat
diklasifikasikan seperti sebagai berikut :
Tabel 1 Klasifikasi dari polimer cerdas dan jenis responnya.
HOMOPOLIME
R Linier
KOPOLIMER
Alternative
Random and
Statistical
Block
Gambar 1. Ikatan Linier Responsive terhadap Stimuli
2. Crosslink (hydrogel)
3. Modifikasi Permukaan
Pada modifikasi permukaan terdapat pencangkokan (grafting)
polimer pada subrate yang terdiri dari dua jenis pencangkokan yaitu :
grafting from dan grafting onto. Klasifikasi ini bisa termasuk dalam jenis
polimer ikatan linier/ratai lurus yang berjalannya waktu bisa menjadi
keriting dan memendek.
a. Grafting From
Grafting from merupakan jenis pencangkokan antara
polimer yang masih berbentuk monomer dilekatkan pada subrate,
dan dengan berjalannya waktu, monomer tersebut akan berubah
menjadi polimer keriting. Sehingga ikatannya lebih kuat.
Persyaratan pertama untuk reaksi “grafting from” yang
berhasil adalah makromolekul preformed dengan fungsi inisiasi
terdistribusi.
b. Grafting Onto
Grafting onto merupakan jenis pencangkokan antara
polimer yang dilekatkan pada subrate, dan dengan berjalannya
waktu polimer tersebut akan berubah menjadi keriting. Akan tetapi
jenis pencangkokan ini ikatannya kurang kuat karena saat
dilekatkan sudah berbentuk polimer.
c. Garfting Through
Metode “grafting through” adalah salah satu cara paling
sederhana untuk mensintesis kopolimer graft mensintesis
kopolimer graft dengan rantai samping yang terdefinisi dengan
baik. Biasanya monomer dengan berat molekul lebih rendah
dikopolimerisasi secara radikal dengan makromonomer akrilat
yang difungsikan.
Metode ini memungkingkan penggabungan makromonomer
yang telah disiapkan oleh proses polimerisasi terkontrol lainnya ke
dalam tulang punggung yang disiapkkan oleh CRP.
Makromonomer seperti etilena, polisiloksan,poli etilena oksida,
polycaprolakton, telah dimasukan ke dalam tulang punggung
polistirena atau poliakrilat.
D. Berdasarkan Stimuli
Stimulsi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Stimulsi Fisik (suhu, ultrasound, cahaya, mechanical stress)
b. Stimulsi Kimia (pH and kekuatan ionic)
c. Stimulsi Biologi (enzyme dan biomolekul)
Gambar 4. Hidrogel yang saling bertautan karna ada nya pemicu (a)karna adanya
temperature, pH, cahaya ; (b)karna adanya ikatan silang dengan antigenic (c)
rantai polimer dengan RGD yang dihubungkan dengan persilangan.
Contoh smart polymer yang lain dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Poly(L-lysine) Peka Ph
Poly(N-isopropylacrylamide) (PNIPAAM) Peka Temperatur
E. Aplikasi
Polimer cerdas telah dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, seperti
sebagai berikut :
a. Drug Delivery
Pemanfaatan polimer cerdas di bidang medis terutama
dalam aplikasi pada sistem drug delivery (penyampai obat), gen
carier, sensor glukosa, tes diagnosis, kontak lensa mata, pemisahan
membran, mempertinggi biokompaktibel permukaan, penyerapan
air (water-sorption), dan lain-lain.
Cara kerja dari drug delivery ini adalah dengan
memanfaatkan variasi pH yang terdapat pada gastrointestinal tract
(GIT) atau lambung perut yang mempunyai variasi pH anatara 2
(pada perut) dan 10 (pada usus besar). Dimana dalam lingkungan
asam, drug delivery menahan obat yang dikandungnya untuk tidak
terdegradasi dengan cara mengkerut, dan ketika telah tiba pada
lokasi spesifiknya yang bermedium basa akan menggembung
sekaligus melepas obat yang dikandungnya ke target.
Respon diatas umumnya bersifat reversible (dalam artian
dapat bolak-balik). Sebagai contoh polimer cerdas adalah hidrogel
poli Asam Akrilat (AA) yang mampu beradaptasi sesuai perubahan
pH lingkungannya. Pada pH rendah hidrogel AA akan mengkerut
(Unswell/Shrinking) dan apabila pH bertambah naik (tinggi), AA
akan menggembung(swelling).
b. Starlite
Komposit starlite terbuat dari 21 jenis polimer, sejumlah
kopolimer keramik dan bahan aditif. Komposit biasanya
merupakan campuran dua macam polimer, yaitu matrix dan serat.
Bahan matriks biasanya dari jenis polyester, polyuerethane atau
epoxy. Sedang seratnya berupa serat karbon, atau Kevlar. Didalam
pembuatan starlite dipergunakan kopolimer yang mampu
mendorong polimer plastic itu membentuk sejumlah besar gugus
radikal, kemudian gugus radikal itu yang membuat ikatan menjadi
lebih kukuh dan tahan suhu tinggi.
Komposit polimer yang tahan terhadap sinar laser.
Mampu menahan sengatan suhu sampai 10.000 C.
Starlite telah diakui NATO untuk digunakan landasan
pesawat induk.
NASA akan sebagai pelapis pesawat ulak-alik atau tangki
roket pendorongnya.
NASA juga melakukan uji coba simullasi penggunaan
Starlite dapat digunakan sebagai pelapis dinding bangunan
reactor PLTN.
c. Pakaian Olahragawan
Tekstil juga telah mengalami peningkatan besar melalui
penggabungan dari beberapa jenis polimer cerdas untuk formulasi
mereka. Suhu, pH, kelembapan atau cahaya yang bertanggung
jawab atas variable banding estetika (Hu et al., 2012). Sebut saja
untuk baju olahragawan pada Olimpiade Beijing 2008, telah
memanfaatkan polimer peka temperature untuk mengatur suhu
tubuh atlet. Begitupun dengan produk plastik kemasan yang juga
telah memanfaatkan berbagai jenis polimer cerdas. Selain sebagian
kecil pemanfaatan diatas, polimer cerdas juga telah dikembangkan
sebagai biomaterial dalam bidang medis.
d. Kemasan Makanan/Minuman
Polimer cerdas dalam industri kemasan makanan mikro
pintar atau nanopartikel telah digunakan untuk menggabungkan
bahan-bahan aktif (missal Asam karboksilat atau minyak zaitun)
dalam makanan atau polimer antimikroba seperti kitosan, yang
telah digunakan untuk membuat lapisan yang dapat dimakan.
Polimer cerdas dalam bentuk selaput yang telah ditemukan oleh
Andrea Puci dari Universitas Pisayang mempunyai kemampuan
peka tekanan (pressure) sekaligus peka temperatur. Polimer ini
dapat dimanfaatkan dalam produk plastik kemasan
makanan/minuman yang rentan terpapar tekanan dan temperatur
yang berlebihan.