Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE ANALISIS UREUM

MENGGUNAKAN SENSOR BERBASIS KERTAS

OLEH:

ANDREAS F.NGGAJA

(1506070067)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ureum merupakan hasil utama dari metabolisme protein dalam tubuh.Kadar ureum
dalam serum darah bergantung pada katabolisme (pemecahan)protein di dalam hati yang
disekresikan ke dalam ginjal kemudian diekskresikanmelalui urin (Doxey,1983).
Urea bersifatracun sehingga dapat membahayakan tubuhapabila menumpuk di dalam
tubuh. Meningkatnya urea dalam darah dapat menandakan adanya masalah pada ginjal.
Peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dapat disebabkan oleh prerenal (dekompensasi
jantung, dehidrasi yang berlebihan, peningkatan katabolisme protein dan diet tinggi protein),
penyebabrenal (glomerulonephritis akut, nefritiskronis, penyakit ginjal polikistik, dannekrosis
tubular ) dan penyebab postrenal(semua jenis obstruksi pada saluran kemih,seperti batu
ginjal, kelenjar rostat yangmembesar dan tumor).
Penentuan kadar urea telah banyak dilakukan antara lain dengan menggunakan metode
spektrofotometri.Penentuan dengan metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa
kompleks berwarna kuning yang berasal dari reaksi antara urea dengan diasetilmonoksim,
yang selanjutnya diukur nilai absorbansinya. Metodeinicukupteliti,
akantetapimembutuhkanwaktu yangrelatif lama danbahankimia yang sulitdidapat.
Selainmetodespektrofotometri,para ahlikimia juga
telahmencobabeberapametodesederhanauntukpenentuanureayaitudenganmetodepotensiometri
menggunakanelektrodaselektifmolekul (ESM).Metode ESM yang
dikembangkanuntukpenentuankadar urea adalahdenganmenggunakan biosensor urea
berbasisenzim (Khopkar, 1990).Khairi (2005) telahmengembangkan biosensor urea berbasis
membrane kitosansebagaimatriksimmobilisasi urease padaelektroda pH secarapotensiometri..
Panpae et al. (2006) mengembangkan biosensor potensiometri ureadenganmenggunakan
gelatin sebagaimatriks imobilisasi.Nazaruddin (2007) juga telahmengembangkan biosensor
urea denganmenggunakan biopolymer khitinsebagaimatriksamobilisasienzim urease
padaelektrodapH. Biosensor merupakansuatu sensor kimia yang
mempunyaisensitifitasdanselektivitas yang tinggi, namunstabilitasdanwaktuhidupnya (life-
time) terbatas(Ursula, 1998). Penggunaanenzimsebagai biosensor memerlukanbiaya
yangtinggi. Selainituenzimmemilikiumur yang pendeksehingga biasacepattrusak.

Berdasarkan hal tersebut, dikembangkansuatumetodeanalisis yang lebihpraktisyaitu


sensor berbasiskertas. Pengembangan sensor inidimulaioleh Martinez, dkk., (2007) dalam
menentukankadarasam urea danglukosadalamurin, Yu, dkk., (2011)
menggunakanbahankertasdenganmetodechemiluminescent
untukmendeteksiguladanasamuratsertapenentuankadanitrat, nitrit (Jayawardane, dkk., 2014)
danamoniak (Jayawardane, dkk., 2015) dalamsampel air,Nur Rista (2010) Pengembangan
LDK (Lab Dalam Kepingan) berbasis ketas untuk deteksi kreatinin dan pH pada sampel urin
serta Urea dan protein pada sampel darah secara simultan serta Fahmi.,2015 Performansi
analitik sensor urea terimobilisasi reagen Diasetil monoksim (DAM) dan Tiosemikarbazida
( TSC) secara adsorpsi pada plat silika gel Jenis sensor
inimemilikibeberapakeunggulandiantaranyamudahuntukdigunakan, murah, analisisnyacepat,
mudahdiaplikasikan di lapangandanmenggunakansampelmaupunreagendengan volume yang
sangatkecil (Mao and Huang, 2012). Di sampingitu,
dalamupayamenambahkeakuratandankereaktifan sensor berbasiskertasini,
digunakantelepongenggamsebagai detector seperti yang telahdilakukanTambaru, 2013
dalammendeteksiDibuthil Amino Ethanol (DBAE) danRupilu.,dkk 2016 dalam
Pengembangan sensor berbasis kertas untuk penentuan kadar kreatininserta Martinez, dkk.,
2008 untukmendeteksiglukosadan protein. Digunakansebagai detector
dikarenakanmemenuhisyaratsebuah detector yang terjangkau, sensitive, spesifik,
mudahdigunakan, sertacepat (Martinez,2008). Intensitaswarna yang
terukurpadatelepongenggamselanjutnyadiolahmenggunakanMicrosoft Visual c# 2010
Expresssehinggadapatdihitungkadarureumdalamsampelberdasarkanhukum Lambert Beer.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitan dengan judul


“Pengembangan Metode Analisis Ureum Menggunakan Sensor Berbasis Kertas”
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mendesain sebuah sensor ureum berbasis kertas?


2. Bagaimana pengaruh konsentrasi Diasetil Monoxim(DAM), Tiosemikarbazide (TSC)
dan Asam sulfat serta pengaruh interaksi antara Diasetil Monoxim-Tiosemikarbazide
(DAM-TSC)-Asam sulfat terhadap intensitas warna?
3. Bagaimana karakteristik sensor ureum berbasis kertas?
4. Apakah metode yang digunakan efektif dalam menganalisis ureum?

1.3 Tujuan Penelitian

Melihat pada rumusan masalah diatas,maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui desain sensor ureum berbasis kertas


2. Mengetahui pengaruh konsentrasi Diasetil Monoxim (DAM),
Tiosemikarbazide (TSC) danAsam sulfat serta pengaruh interaksi antara
Diasetil Monoxim-Tiosemikarbazide(DAM-TSC) – Asam sulfat terhadap
intensitas warna
3. Mengetahui karakteristik sensor ureum berbasis kertas
4. Mengetahui apakah metode yang digunakan efektif dalam menganalisis
ureum.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk aplikasi


penelitian dan tugas akhir sebagai syarat memeperoleh gelar sarjana kimia di
Universitas Nusa Cendana
2. Menambah ilmu pengetahuan tentang penelitian ilmu kimia dan sebagai referensi
dalam pembuatan laporan kimia
3. Sumber informasi analisis dengan biaya murah dan mudah diperoleh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urea

Urea adalah biomolekul yang penting bagi manusia. Urea yang terbentuk merupakan
hasil dari siklus srea dalam tubuh yang berasal dari ammonia atau dari asam amino.
Kemudian diekskresikan melalui urin atau cairan tubuh pada manusia. Cairan tubuh kita
terdiri dari sebagian urea. Ketika berada pada level tidak normal mungkin akan menjadi
beracun bagi kita. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan teratur yang digunakan untuk
tujuan klinis (Fatima dan Mishra, 20011).Setiap asam amino setidaknya terdiri dari satu
gugus amino, oleh karena itu setiap jalur degradasi asam amino mempunyai langkah utama
dimana gugus amino dipindah. Pada katabolisme asam amino singkat menghasilkan ammonia
dan jaringan otak sangat sensitive terhadap ammonia. Kebanyakan asam amino dikatabolis
atau di pecah di liver atau hati. Beberapa produk ammonia pada proses katabolisme asam
amino digunakan untuk sintesis nitrogen bimolekul seperti nukleotida. Kelebihan ammonia
dirubah menjadi urea untuk proses ekskresi (Miles, 2003).

Urea atau karbamida merupakan suatu senyawa organik dengan rumus kimia (NH2)2CO.
Molekul urea memiliki dua gugus amina (-NH2) yang digabungkan oleh gugus fungsi
karbonil. Urea pertama kali ditemukan dalam urin pada tahun 1773 oleh kimiawan perancis
Hilaire Roulle. Pada tahun 1828, seorang kimiawan Jerman Friedrich Wohler memperoleh
urea dengan mereaksikan perak tiosianat dengan ammonium klorida dalam sebuah percobaan
yang gagal untuk memperoleh ammonium tiosianat. Urea memiliki peran penting dalam
metabolisme senyawa yang mengandung nitrogen pada hewan mamalia. Urea berbentuk
padat, tidak berwarna, bersifat netral, sangat larut dalam air dan relatif tidak beracun. Urea
disintesis didalam tubuh berbagai organisme sebagai bagian dari siklus urea, yang dapat
berasal dari oksidasi asam-asam amino ataupun ammonia (Shanmugam dkk, 2010).Urea
merupakan molekul kecil yang mudah mendifusi kedalam cairan ekstrasel, tetapi akhirnya
dipekatkan dalam urin dan diekskresikan. Jika keseimbangan nitrogen dalam keadaan normal,
ekskresi urea kira-kira 25 mg per hari (Widman K, 1995). Urea adalah produk akhir
metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang disintesis dari ammonia, karbon
dioksida dan nitrogen amida aspartat (Murray dkk, 1999).

Rumus struktur dari urea adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Molekul Urea

2.2 Sensor berbasis kertas

Kertas merupakan media yang bagi reaksi kalorimetrik.kertas yang digunakan sebagai media
utama dalam reaksi ini adalah kertas saring Whatman.Kertas saring Whatman bnayak
digunakan dalam berbagai teknik penyaringan.Parameter penting dalam kertas saring ini
adalah memiliki daya serap yang kuat, retensi partikel dan kecepatan menyaring.kecepatan
menyaring yaitu berhubungan dengan seberapa cepat kertas menahan retensi partikel
sedangkan kekuatan serap berhubungan dengan ukuran porositas,dimana hal ini berkaitan
dengan pengaruh imobilisasi sampel.Komposisi utama kertas adalah selulosa.

Gambar 2.Struktur Selulosa


Penggunaan kertas pada beberapa tahun terakhir telah digunakan kembali sebagai bahan
potensial untuk sensor.Dalam pengembangannya sebagai sensor, kertas digunakan sebagai
sumbu fluida tempat berlangsungnya reaksi antara anali dan reage yang akan memberikan
signal khusus untuk kepentingan analisis.Martinez dkk.,(2007),menggunakan teknik litografi
dalam membuat saluran mikrofluida menggunakan Photoresist Hydrophobic dimana akan
dihasilkan dinding yang bersifat hidrofobik sehingga cairan terkurung didalamnya dan
mengalir melalui aliran kapiler menuju zona pendeteksian protein dan glukosa.Selaiin
itu,kertas juga digunakan sebagai pendeteksi tipe golongan darah (ABO) seperti yang
dilakukan ( Khan dkk.,2010).

Penggunaan kertas sebagai media reaksi kalorimetri dikarenakan ketas tersususn atas serat
selulosa dengan sifat kapilaritas yang baik,mudah diperoleh dan digunakan, murah, analisis
cepat serta fleksibel ( Mao and Huang,2012).

2.2.1 Metode Pabrikasi Sensor Berbasis Kertas

Dalam desain dan pembuatan sensor ada 4 metode yang digunakan yaitu :

a.Wax Patterning

Metode ini menggunakan zat lilin yang bersifat hidrofobik untuk membuat pola zona
deteksi sehingga reagen dan alnalit dapat tertahan dalam zona yang dibatasinya (Dungchai
dkk.,2011).Pola lilin digambar dengan tangan menggunakan tinta lilin kemudian zona reaksi
yang terpola dipanaskan supaya lebih meresap kedalam pori-pori kertas.Kelemahan dari
metode ini adalah banyaknya ketidakseragaman antara zona reaksi karena dibuat secara
manual.

b.Inkjet printing

Metode ini merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan,Karena selain
mudah dikontrol dengan computer,hasilnya lebih teliti,akurat dan dengan keterulangan yang
tinggi.Metode ini,dilakukan dengan membuat pola di computer kemudian dicetak dengan
printer tinta dengan sedikit modifikasi menggunakan tinta dari suatu zat hydrophobic yaitu
Alkylene Ketene Dimer (Delaney dkk.,2011),(Abe dkk.,2008).Metode ini dapat
menghasilkan puluhan bahkan ratusan sensor hanya dalam satu kali cetak.

c.Fenton
Metode Fenton menggunakan desain zona hidrofilik yang dibuat dengan menggunting
kertas sesuai dengan bentuk dan ukuran zona yang diinginkan.(Fenton dkk.,2009)

d.Photolithography

Metode ini menggunakan cahaya UV,pola yang dibuat dengan cara membuat masker
terhadap bagian yang akan dipolakan sehingga sebagian terpapar cahaya UV dan sebagiannya
terlindungi (Martinez dkk.,2008).Namun metode ini lebih kompleks dan membutuhkan
masker yang terbuat dari logam yang dapat menambah biaya produksinya.

2.2.2 Aplikasi sensor berbasis kertas

a.Diagnosa Kesehatan

Penggunaan dalam bidang kesehatan ,kertas sangat menarik dan potensial dijadikan
perangkat lab on a chip sehingga mudah dibawah untuk keperluan deteksi dan diagnosis. Ide
ini dapat meminimalkan uji pada skala laboratorium yang biasanya lebih mahal.Penggunaan
kertas sebagai media mikrofluida memenuhi syarat utama sebagai perangkat diagnostic yaitu
harganya yang murah.Analisis dengan biaya yang rendah ini membuat perangkat lab on a
chipsudah mulai diigunakan tidak hanya oleh negara maju tetapi juga negara berkembang.
Sampai saat ini, beberapa penelitian yang melibatkan sensor berbasis kertas telah dilakukan
dengan menggunakan sampel seperti glukosa ( Yu dkk.,2011),Urin dan air liur (Klasner
dkk.,2010) maupun asam urat (Dungchi dkk.,2009).

b.Pengontrol Kualitas Makanan

Dalam upaya pengontrolan kualitas makanan, kertas masih digunakan sebagai parangkat
analisis yang lebih muda serta cepat dibandingkan instrumentasi laboratorium. Penelitian
berbasis kertas telah dilakukan Hossain dkk.,(2009) untuk mendeteksi pestisida didalam
makanan dan minuman.

c.Pemantauan Lingkungan

Dalam pemantaun lingkungan, deteksi dari logam-logam berat maupun polutan lainnya
sangat diperlukan.Telah dilakukan untuk penentuan kadar nitrat, nitrit (Jayawardane
dkk.,2014) dan amoniak (Jayawardane dkk.,2015) dalam sampel air.

2.3 Detektor
Sebuah detector diperlukan untuk meningkatkan keakuratan serta sensitifitas sebuah
sensor dengan cara merekam signal yang dapat memberikan informasi analitik.Beberapa
detector yang biasa digunakan seperti scanner,kamera digital serta kamera HP.

Martinez dkk.,2008 menggunakan kamera digital untuk mendeteksi glukosa dan protein
dengan bantuan aplkasi Adobe Photoshop untuk mengkonversi gambar menjadi
Grayscalleuntuk analisis glukosa serta warna Cymk untuk pendeteksian protein yang mana
nilai dari rata-rat a piksel memiliki korelasi dengan konsentrasi sampel yang digunakan.

Pada sensor berbasis kertas ini,detector Portable seperti telpon genggam yang telah
banyak mengalami kemajuan fitur seperti Pencitraan Digital sehingga tidak hanya dapat
menjalankan fungsi deteksi tetapi tetapi juga fungsi kuantisasi kadar suatu sampel.Detektor
jenis ini telah diaplikasikan pada pengukuran system elektrolumisen maupun biomarker
malaria (Lileheij.,2013).

2.4 Metode pencitraan digital

Metode ini merupakan pengembangan metode analisis kalorimetri tanpa menggunakan


instrument seperti spektrofotometer UV-Vis,kemudian melibatkan kamera HP maupun
kamera digital.Keduanya dapat digunakan untuk fungsi kuantitas kadar dengan cara
mentrasfer gambar ke komputer dan dengan bantuan aplikasi Microsoft Visual c# 2010
Express gambar dikonversi ke sistem warna Red Green dan Blue yang mana ketiganya
(RGB) merupakan warna pokok karena memiliki rentang warna yang paling lebar.Warna
yang dapat diterima oleh mata dari sebuah objek ditentukan oleh objek itu sendiri
(Wong.,2009).Warna sinar yang oleh mata adalah sinar tampak (visible spectrum) dengan
panjang gelombang berkisar dari 400 nm (biru) samapi 700 nm (merah).Pengembangan
metode ini telah dilakukan oleh Firdaus dkk.,(2013) untuk menganalisis kadar kromium dan
besi dalam sampel air menggunakan kamera digital untuk memotret sampel kemudian
gambar yang diperoleh ditransfer ke komputer agar dapat dianalisis menggunakan Adobe
Photoshop CS4.

Kelebihan dari metode ini yaitu tidak memerlukan peralatan yang canggih,membutuhkan
sedikit sampel,tidak memerlukan biaya yang tinggi serta tidak memerlukan tenaga ahli untuk
menganalisis sampel.

Tablel 1. Kombinasi warna RGB


Warna yang Komponen nilai
dihasilkan
R G B

Abu-abu 128 128 128

Biru 0 0 255

Emas 255 215 0

Hijau 0 255 0

Hitam 0 0 0

Kuning 255 255 0

Merah 255 0 0

Orange 255 165 0

Perak 192 192 192

Putih 255 255 255

Ungu 102 0 153

Sumber : Penggunaan Warna, FMIPA-IPB,2006

2.5 Metode Kolorimetri

1. Analisis Urea dengan Diasetil Monoksim

Metode ini telah menjadi dasar dari berbagai metode penentuan kadar urea dalam cairan-
cairan biologis. Penentuan urea dilakukan secara langsung tanpa deproteinisasi (Wybenga
dkk, 1971). Reaksi langsung antara urea dan diasetil atau turunan diasetil yaitu diasetil
monoksim akan menghasilkan warna yang dapat digunakan untuk menentukan urea secara
kuantitatif. Akan tetapi reaksi antara urea dengan diasetil monoksim (DAM) tidak begitu
mudah difahami (Rho, 1972). Salah satu kesulitan dalam menggunakan metode DAM adalah
pada sensitivitas blanko dan stabilitas warna yang terbentuk sehingga memungkinkan untuk
memakai reagen tambahan (Beale and Croft, 1961) .Reaksi antara urea dengan diasetil
monoksim dan tiosemikarbazida dengan adanya ion Fe(III) dalam medium asam pada kondisi
panas akanmenghasilkan senyawa berwarna merah muda. Ion Fe(III) diberikan oleh FeCl3
dan medium asam disumbangkan oleh adanya asam sulfat dan asam ortofosforat dalam
reagen asam. Reagen asam digunakan untuk mengkondensasi urea dengan diasetil monoksim
untuk membentuk kompleks berwarna kuning dan selanjutnya warna tersebut berubah
menjadi merah muda karena adanya reaksi dengan tiosemikarbazida. Pembentukan produk
berwarna merah muda kemudian diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang
540 nm (Shanmugam dkk,2010). Hasil kondensasi antara urea dan diasetil monoksim
membentuk 3-hydroxy-5,6-dimethyl-1,2,4,-triazine:

Reaksi urea dengan reagen DAM-TSC Reaksi terjadi dalam medium asam yang sangat kuat,
sehinggapembentukan hidroxylamine dapat saja terjadi sebagai reaksi samping yang dapat
menurunkan sensitivitas analisis. Berbagai oksidator telah diuji dalam reaksi untuk
efektivitasnya dalam menghilangkan hydroxylamine, sehingga warna yang timbul tidak
terganggu. Tiosemikarbazida dalam kombinasinya dengan FeCl3yang digunakan Marsh, dkk
dalam prosedur telah terbukti menghasilkan reaksi antara urea dengan diasetil monoksim
yang lebih sensitif dengan kebutuhan asam kuat yang lebih sedikit. Coulombe dan Favreu
menyatakan bahwa asam sulfat memberikan hasil warna yang lebih tinggi daripada asam
fosfat akan tetapi dengan pencampuran dua jenis asam tersebut, warna yang dihasilkan lebih
baik daripada penggunaan satu asam saja, dengan jumlah optimum 100 ml sampai 300 ml per
liter dari asam fosfat dan asam sulfat pekat (Rho, 1971).Penggunaan asam sulfat dan asam
fosfat didasarkan pada penelitian Rahmatullah dan Boyde (1980), yang memvariasi reagen
asam dan reagen lain ( Shanmugam,2010).

Adanya ion Fe(III) akan menstabilkan warna yang terbentuk antara reaksi urea dengan
reagen DAM-TSC.Ion Fe(III) lebih efektif digunakan sebagai reagen karena hanya mampu
menurunkan kestabilan warna sebesar 20% setelah 1 jam dengan kebutuhan yang sedikit
yaitu 33 mg dari FeCl3 per 100 mL dibandingkan dengan logam lain seperti Sb3+,Cu2+ atau
ion manga (Mn2+) yang mampu menurunkan stabilitas warna sebesar 10% setelah 1 jam
yaitu 160 mg dari MnCl2 per 100 Ml (Wybenga dkk,1971).
2.2 Immobilisasi

Immobilisasi reagen merupakan pengikatan reagen kimia pada material padat

untuk membuat sensor kimia sehingga ketika sensor yang terbentuk dapat

terhubung dengan transducer dengan baik. Secara garis besar teknik

immobilisasi dibagi menjadi dua yaitu immobilisasi fisika dan immobilisasi

kimia. Immobilisasi fisika meliputi proses penyerapan (adsorpsi),

pemerangkapan (entrapmen), pengkapsulan (encapsulasi), dan interaksi

elektrostatik. Sedangkan immobilisasi kimia meliputi pembentukan ikatan

kovalen dan croos linking (Kuswandi,2010).

Teknik immobilisasi adalah suatu cara bagaimana mengikat reagen pada suatu

matriks dengan syarat aktifitas dari reagen tersebut masih tetap ada. Teknik

immobilisasi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu (Firmansyah, 2012):

1. Cara fisik yang meliputi teknik secara penjebakan (entrapment) yang

merupakan suatu cara immobilisai dimana reagen yang akan digunakan

diperangkap dalam suatu matriks, encapsulation dan adsorpsi pada

penyangga padat.

2. Cara kimia yaitu meliputi teknik pengikatan baik secara kovalen, non

kovalen dan teknik ikatan silang (crosslinking). Teknik kovalen

membutuhkan waktu yang sangat lama dan seringkali memerlukan

beberapa tahapkiamia.

3. Kombinasi cara fisik dankimia.

Immobilisasi suatu zat dapat dilakukan dengan mencampurkan senyawa dengan

suatu adsorben. Senyawa dapat teradsorbsi secara fisika atau kimia dan tertahan

bersama adsorben dengan stabil. Immobilisasi pada KLT yang paling umum

adalah menambahkan agent fluorosense sehingga KLT dapat berpendar di


bawah lampu ultraviolet (Sholecha dan Kuswandi, 2002).

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari-April 2019 di Laboratorium


Kimia,Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana.

1.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan gelas,pipet mikro,botol
semprot,smartphone Samsung (kualitas kamera 13 megapiksel) dan pelubang kertas.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Diasetil Monoxim (DAM),
Tiosemikarbazide(TSC), Asam Sulfat,kertas saring dan aquades.
1.3 Tahapan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan penelitian yang dapat dilihat pada gambar I.

Desain Sennsor

Pembuatan Zona Reaksi dan Pabrikasi

Pengaruh Konsentrasi DAM-TSC-Asam


Sulfat

Optimasi waktu pembentukan warna

Karakterisasi Sensor dan Pengukuran Sampel

Validasi Metode

Analisis Data

Gambar I.Tahapan Penelitian

1.4 Prosedur Kerja

3.4.1Desain Sensor

Sensor model ini,kertas saring berlapis tunggal yang telah digunting dengan diameter
0,6 cm sebagai zona reaksi kemudian diimobilasi dengan (DAM-TSC) – Asam sulfat.

Sampel Masuk

Zona Reagen

Kamera
Kk
Gambar II.Desain Sensor Kertas

Pembuatan zona reaksi dan pabrikasi

Zona reaksi dibuat dengan metode Fenton (Fenton dkk.,2009)dengan ukuran 0,6 cm.Metode
ini selanjutnya diaplikasikan pada sensor.Setelah sensor dibuat menurut Gambar
5,selanjutnya diimobilisasi dengan reagen.

3.4.2 Pengaruh Konsentrasi (DAM-TSC) – Asam sulfat

Penentuan pengaruh konsentrasi (DAM-TSC),Asam sulfat dilakukan dengan


Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan masing-masing 2 kali pengulangan (Tabel 2)
dimana kertas saring yang digunting dengan diameter zona reaksi 0,6 cm diimobilisasi
dengan variasi konsentrasi Diasetil Monoxim(DAM) 140 mmol/L,160 mmol/L dan 180
mmol/L, Tiosemikarbazide (TSC) 6 mmol/L,8mmol/L dan 10 mmol/L,kemudian dibiarkan
mengering selama 5 menit,setelah kering,pada area hidrofilik yang sama diimobilisasian juga
dengan variasi konsentrasi asam sulfat yaitu 0,01 M,0,02 M dan 0,03 M dan diberi perlakuan
sama seperti pada Diasetil Monoxim(DAM) Tiosemikarbazide(TSC).Selanjutnya,sensor
diinjeksikan dengan ureum sintetik 114 ppm.Intensitas warna yang terukur kemudin dihitung
menggunakan apikasi Microsoft visual c# 2010 express,Intensitas warna tertinggi merupakan
konsentrasi Diasetil Monoxim-Tiosemikarbazide(DAM-TSC) dan asam sulfat optimum.

Tabel I.Rancangan acak lengkap optimasi [Diasetil Monoxim-


Tiosemikarbazide(DAM-TSC) ] dan [asam sulfat]

[(DAM-TSC) ] [Asam Sulfat](B)


(A)
B1=0.01 B2=0.02 B3=0.03

A1=140mmo/L:6mmol/L A1B1 A1B2 A1B3


A2=160mmol/L:8mmol/L A2B1 A2B2 A2B3
A3=180 mmol/L:10mmol/L A3B1 A3B2 A3B3

3.4.3 Optimasi waktu pengembangan warna

Optimsi waktu pengembangan dilakukan dengan tujuan utuk mengetahui lama waktu
yang diperlukan untuk menghasilkan warna yang baik.Interval waktu optimasi warna dibuat
dari 0 sampai 60 menit dimana intensitas warna tertinggi dan konstan akan menjadi waktu
pengembangan warna optimum.Pada prosedur ini dilakukan 2 kali pengulangan.

3.4.4 Karakterisasi sensor dan pengukuran sampel sintetik

Sensor yang telah didesain secara baik dan yang telah dioptimasi,selanjutnya diuji
linearitasnya sesuai hukum Lambert Beer.Prosedur ini dicobakan pada larutan standar Ureum
dengan konsentrasi 20 ppm; 40 ppm; 60 ppm; 80 ppm;100 ppm; 120 ppm; dan 140
ppm.Intensitas warna yang tampak kemudian diukur menggunakan aplikasi Microsoft Visual
c# 2010 Express.Kurva standar dibuat dengan memplotkan nilai intensitas warna dengan
konsentrasi Ureum.Dilakukan pengulangan sebnyak 5 kali.

3.4.5 Validasi Metode

Validasi metode analisi ureum menggunakan sensor berbasis kertas yaitu dengan cara
menentukan nilai presisi, akurasi, perolehan kembali dan limit deteksi.

Uji Presisi

Uji presisi dilakukan dengan membuat pengukuran pada konsentrasi yang telah
divariasikan yaitu 20-140 ppm untuk mengetahui kedekatan antara hasil pengukuran tiap
individual yang dibandngkan dengan nilai rata-rata hasil pengukuran.Pengukuran dilakukan
sebanyak 5 kali pegulangan untuk membandingkan kedekatan nilai presisi tiap pengulangan.

Untuk memperoleh nilai presisi digunakan persamaan :

S
% RSD = x 100 %

Dimana :

S = Standar Deviasi,x́ =Mean ( rata-rata), RSD = Relative Standar Deviation

Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan unuk mengetahui kedekatan nilai konsentrasi yang terukur dengan
nilai yang sebenarnya.Dengan memperoleh kurva standar kalibrasi suatu pengukuran maka
dapat diambil salah satu titik dari sebaran pengukuran standar untuk diukur dan kemudian
dibandingkan dengan nilai sebenarnya pada pengukuran standar.

Nilai akurasi ditentukan dengan persamaan :


−Ct
% Error = 100 % x 100 %
Cs

Dengan :

C t = konsentrasi hasil pengukuran

C s = konsentrasi sebenarnya

Perolehan Kembali

Perolehan kembali ditentukan dengan menggunakan persamaan :

( C s−C u )
% Perolehan Kembali = × 100 %
Ca

Dengan :

C s = Konsentrasi hasil pengukuran saat dispike

C u = Konsentrasi sampel murni

C a = Konsentrasi ureum yang ditambahkan

Limit Deteksi

Limit deteksi menyatakan batas terendah suatu analit yang mampu terukur oleh suatu
metode.

Penentuan limit deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan :

(3 X Sb)
Q=
Sl

Dengan :

Sb = Sy/x

Q = Batas Deteksi

Sb = Simpangan Baku Blanko

Sl = Slope
DAFTAR PUSTAKA

Akyilmaz, E, & Din`ckaya, E. 2005. An Amperometric Microbial BiosensorDevelopment


Based on Candida Tropicalis Yeast Cells for Sensitives Determination of Ethanol. Biosensors
and Bioelectronics, 20, 1263–1269.

Arifin, Z. 2006. Validasi Metode Analisis Logam Copper (Cu) Dan Plumbum (Pb) Dalam
Jagung Dengan Cara Spektrofotometer Serapan Atom. Seminar Nasional Peternakan Dan
Veteriner. Jakarta: Universitas Pancasila

Armenente. 2010. The Principles of Ion-Selective Electrodes and of Membrane.

Beale, R. N. and Croft, D. 1961. A sensitive method for the colorimetric determination of
urea. J. GUn. Pathol. 14, 418.
Budianto, H. 2002. Pengenbangan Sensor Optik Praktis Untuk Pengukuran Ion Hg (II) Dalam
Air Berbasis Pipa Kapiler [Skripsi]. Universitas Negri Jember: Jember.

Croof, P. L. dan Hunter, A. 2012. Determination of Fe(II) and total iron in natural waters
with 3-(2-pyridyl)-5,6-diphenyl-1,2,4-triazine (PDT). Analytical Chimical Acta. Vol. 406:
289 – 302.

Camman, K., Knoll, M., & Spener, F. 1999. A Disposable Biosensor for Urea Determination
in Blood Based on an Ammonium-Sensitive Transduce. Biosensors & Bioelectronics 14: 33-
41.

Fatima, I, & Mishra, S., 2011. Development of Potentiometric Urea Biosensor For Clinical
Purpose, Indo Global Journal of Pharmaceutical Sciences, ISSN 2249 – 1023, India.

Fatkhiyah, N. 2013. Analisa Pewarna Pada Minuman Dengan Menggunakan

Kamera Digital. Skripsi. Universitas Jember Fearon, W. R., The carbamido diacetyl reaction:
A test for citrullin. Biochem. J. 33, 902 (1939).

Fauziyah, B. 2012. Optimasi Parameter Analitik Biosensor Urea Berbasis Immobilisasi


Urease Dalam Membran Polianilin.Saintis.Volume 1. Nomor 1: 65-76.
Fatmawati, I., Prasetyawan, S., dan Roosdiana, A. 2013. Optimasi Imobilisasi Urea dari
Schizzosaccharomyces pombe Menggunakan Matrik Kitosan-Natrium Tripolifosfat. Student
Journal. Vol. 2. No. 1. Universitas Brawijaya Malang.

Fitriani, W. 2013. Metode Penelitian Fenilpiruvat Pada Urine Menggunakan FeCl3Yang


Diimmobilisasi Pada Plat Silika Gel. Skripsi. UIN Malang.

Hulanicki, A. Stanislaw, G. dan Folke, I. 1991. Chemichal Sensor Definition And


Classification. Pure and Appl Cham. Vol 63. No 9. Hal 1247-1250.

Khairi. 2005. Perbandingan Metode Potensiometri Menggunakan Biosensor UreaDengan


Metode Spektrofotometri Untuk Penentuan Urea. Jurnal Sains Kimia. Vol 9, No.2. Hal. 68-
72.

Kuswandi, B. 2010. Sensor. Jember: Universitas Jember Press.

Anda mungkin juga menyukai