ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI
MODUL 04
NIM : 10519084
2021
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan tingkat kepekaan analisis dan daerah konsentrasi tembaga pada λ = 324,7
nm
- Menganalisis pengaruh gangguan terhadap absorbansi Ca 2+ pada analisis Ca2+
- Menentukan kadar Ca2+ pada sampel air sumur
Diukur absorban
Cu2+ pada λ = 324,7
nm di mana laju alir Pada suatu grafik,
udara = 10 L/menit nilai absorbansi Ditentukan laju alir
dan laju aliran dialurkan terhadap yang optimum
asetilena bervariasi laju alir asetilena
antara 1,5 hingga
3,5 L/menit
4.4. Kepekaan dan Daerah Konsentrasi
Campuran
25 mL air sumur Pada labu takar,
diencerkan dengan
dipipet ke dalam ditambahkan Sr2+
aqua DM hingga 100
labu takar 100 mL 50.000 ppm 10 mL
mL
V. DATA PENGAMATAN
5.1. Konsentrasi Cu2+ terhadap Absorbansi
Larutan Absorbansi
Ca 10 ppm 0.059
Ca 10 ppm + PO4 200 ppm 0.035
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm 0.16
Ca 10 ppm + PO4 200 ppm + Sr 5000 ppm 0.207
Ca 10 ppm + Al 100 ppm 0.002
Ca 10 ppm + Al 100 ppm + Sr 5000 ppm 0.15
Ca 10 ppm + KCl 100 ppm 0.181
Ca 10 ppm + KCl 100 ppm + Sr 5000 ppm 0.176
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm + Matriks Fe 0.087
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm (nyala reduksi) 0.05
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm (nyala oksidasi) 0.063
5.3. Larutan Standar Ca2+ dan Sampel Air Sumur terhadap Absorbansi
0.8
Absorbansi
0.6
0.4
y = 0.0877x - 0.0019
R² = 0.9967
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
[Cu2+] (ppm)
𝑦 = 0.0877𝑥 − 0.0019
tan ∝ = 𝑚 = 0.0877
𝟎.𝟎𝟎𝟒𝟒 𝟎.𝟎𝟎𝟒𝟒
𝑲𝒆𝒑𝒆𝒌𝒂𝒂𝒏 (𝑺) = = = 𝟎. 𝟎𝟓𝟎𝟏𝟕𝟏
𝒕𝒂𝒏∝ 𝟎.𝟎𝟖𝟕𝟕
Absorbansi ~ 0.2
𝐴×𝑆 0.174×0.050171
𝐶 = 0.0044 = = 1.984035
0.0044
Absorbansi ~ 0.8
𝐴×𝑆 0.706×0.050171
𝐶= = = 8.050165
0.0044 0.0044
Larutan Absorbansi
Ca 10 ppm 0.059
Ca 10 ppm + PO4 200 ppm 0.035
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm 0.16
Ca 10 ppm + PO4 200 ppm + Sr 5000 ppm 0.207
Ca 10 ppm + Al 100 ppm 0.002
Ca 10 ppm + Al 100 ppm + Sr 5000 ppm 0.15
Ca 10 ppm + KCl 100 ppm 0.181
Ca 10 ppm + KCl 100 ppm + Sr 5000 ppm 0.176
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm + Matriks Fe 0.087
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm (nyala reduksi) 0.05
Ca 10 ppm + Sr 5000 ppm (nyala oksidasi) 0.063
0.15
0.1
0.059
0.05 0.035
0
Ca 10 ppm Ca 10 ppm + PO4 200 ppm Ca 10 ppm + PO4 200 ppm
+ Sr 5000 ppm
Ca^2+ terhadap Al^3+
0.16 0.15
0.14
0.12
Absorbansi
0.1
0.08
0.059
0.06
0.04
0.02
0.002
0
Ca 10 ppm Ca 10 ppm + Al 100 ppm Ca 10 ppm + Al 100 ppm +
Sr 5000 ppm
0.12
0.1
0.08
0.059
0.06
0.04
0.02
0
Ca 10 ppm Ca 10 ppm + KCl 100 ppm Ca 10 ppm + KCl 100 ppm
+ Sr 5000 ppm
0.1 0.087
0.08 0.063
0.059
0.06 0.05
0.04
0.02
0
Ca 10 ppm Ca 10 ppm + Sr Ca 10 ppm + Sr Ca 10 ppm + Sr Ca 10 ppm + Sr
5000 ppm 5000 ppm + 5000 ppm 5000 ppm
Matriks Fe (nyala reduksi) (nyala oksidasi)
6.3. Analisis Kadar Kalsium dalam Sampel Air Sumur
Berdasarkan data, didapatkan kurva dan regresi linear sebagai berikut:
0.2
Absorbansi
0.15
0.1
y = 0.0137x + 0.0569
R² = 0.9939
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12
[Ca2+] std (ppm)
VII. PEMBAHASAN
Pada modul praktikum ini, agenda yang dilaksanakan adalah analisis zat
menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA). SSA merupakan salah satu jenis
dari instrumen spektrofotometer, yaitu alat yang menggabungkan fungsi pemancaran
cahaya (spektro) dan pengukuran cahaya (fotometer). Pada prinsipnya, SSA mengukur
absorbansi dari uap atom. Umumnya, SSA menggunakan pembakaran (flame) atau
elektrotermal sebagai metode pemanasannya.
Prinsip kerja dari SSA pembakaran cukup sederhana, yaitu pertama larutan cair
dimasukkan ke dalam suatu wadah yang terletak di bawah tungku bakar. Kemudian,
larutan tersebut dinebulisasi menjadi aerosol yang kemudian dicampur dengan bahan
bakar dan oksidan. Selanjutnya, campuran tersebut dialirkan secara vertikal ke atas
menuju tungku bakar kemudian dibakar. Saat proses pembakaran, larutan
didekomposisi hingga tingkat atom netral. Pada saat yang bersamaan, tungku api
ditembak secara horizontal oleh sinar dengan intensitas tertentu sehingga atom-atom
tereksitasi, kemudian mengemisikan gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang tertentu yang akan ditangkap oleh monokromator. Pada monokromator
gelombang cahaya akan diseleksi dan kemudian diarahkan ke detektor untuk
pengukuran absorbansi.
Pada modul ini, cara kerja dibagi menjadi 6 bagian, yaitu mengukur waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan intensitas sinar yang stabil, menentukan tinggi bakar
optimum, menentukan tingkat kepekaan dan daerah konsentrasi Cu 2+, menganalisis
pengaruh gangguan terhadap pengukuran absorbansi Ca2+, serta penentuan kada Ca2+
dalam sampel air sumur. Akan tetapi, hanya data pada poin 4, 5, dan 6 yang tersedia
sehingga pengolahan dan pembahasan hanya dilakukan pada ketiga poin tersebut.
Pada poin selanjutnya, poin 6, dilakukan analisis kadar kalsium dalam sampel
air sumur. Cara kerja yang dilakukan adalah dengan membuat kurva standar Ca 2+
beserta persamaan regresinya, dilanjutkan dengan melarutkan sampel air sumur dengan
Sr dan juga aqua DM kemudian diukur absorbansinya. Selanjutnya, nilai absorbansi
sampel dimasukkan ke dalam persamaan regresi untuk mendapatkan kadar Ca dalam
sampel. Berdasarkan perhitungan, didapatkan konsentrasi kalsium dalam sampel
sebesar 1.467153 ppm.
Selain penjabaran mengenai tiga poin eksperimen di atas, terdapat beberapa hal
lain yang juga penting terkait dengan analisis menggunakan SSA. Terkadang, dalam
suatu campuran terdapat ion yang memiliki warna khas, di mana warna tersebut
merupakan representasi dari panjang gelombang komplementer dari ion tersebut.
Namun, warna ion tersebut tidak akan memengaruhi analisis SSA karena yang diukur
oleh SSA adalah atom bukan ion. Ada pun gangguan ionisasi terjadi karena adanya
analit yang terionisasi sehingga mengurangi kadar atom netral analit yang diuji, bukan
karena adanya ion yang ikut terukur pada SSA. Selanjutnya, pasangan bahan bakar dan
oksidan juga memainkan peranan yang penting dalam analisis SSA. Pasangan bahan
bakar dan oksidan berperan dalam menentukan suhu bakar, laju bakar, serta dapat
memengaruhi tingkat ionisasi dari analit. Pada modul ini, pasangan bahan bakar dan
oksidan yang digunakan adalah asetilena-udara. Pasangan bahan bakar-oksidan ini
dapat diganti, namun dengan syarat tidak menggunakan oksidan oksigen ataupun
oksidator kuat lainnya, dan suhu bakar yang dihasilkan tidak kurang dari suhu bakar
asetilena. Dalam hal ini, oksigen tidak baik digunakan karena Ca merupakan atom yang
mudah terionisasi sehingga dikhawatirkan jika Ca bertemu dengan oksidator kuat akan
mengalami ionisasi yang mengurangi kualitas analisis.
VIII. KESIMPULAN
Pada modul ini, didapatkan tiga kesimpulan penting dari masing-masing cara
kerja poin 4, 5, dan 6. Pada poin 4, disimpulkan bahwa daerah konsentrasi Cu2+ berada
di rentang 1.984035 ppm – 8.050165 ppm. Selanjutnya, pada poin 5, disimpulkan
bahwa Sr memiliki peranan penting dalam meningkatkan absorbansi Ca serta senyawa
PO43- dan matriks Fe dapat menjadi pengganggu dalam analisis Ca. Selanjutnya pada
poin 6, didapatkan konsentrasi kalsium dalam sampel sebesar 1.467153 ppm.