Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KI2221 CARA PEMISAHAN & ELEKTROMETRI


MODUL 03: TITRASI KONDUKTOMETRI

Nama : Naufal Hanif Kusuma

NIM : 10519084

Hari : Selasa

Tanggal : 1 Maret 2021

Asisten : Sunda Okto Sinurat

NIM Asisten: 10516036

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
KI 2221 CARA PEMISAHAN & ELEKTROMETRI
MODUL 03: TITRASI KONDUKTOMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan konsentrasi sampel HCl dengan titran NaOH standar, sampel HOAc
dengan titran NaOH standar, dan sampel NaOH dengan titran HOAc standar
menggunakan metode titrasi konduktometri.

II. PRINSIP PERCOBAAN


Metode titrasi pada dasarnya dibagi menjadi empat kelompok besar berdasarkan
tipe reaksi yang dilibatkan di dalamnya. Di antara metode titrasi tersebut adalah titrasi
asam-basa, titrasi senyawa kompleks, titrasi redoks, dan titrasi pengendapan (Harvey,
2000). Selain keempat titrasi tersebut terdapat pula titrasi yang berhubungan dengan
kelistrikan seperti titrasi potensiometri dan titrasi konduktometri. Secara definisi, titrasi
konduktometri merupakan metode titrasi yang menggunakan konduktansi dari larutan uji
sebagai parameter yang diukur. Pada prinsipnya, konduktometri didasarkan pada fakta
bahwa selama titrasi terjadi pertukaran ion yang menyebabkan harga konduktivitas ionik
bervariasi selama proses titrasi.

III. ALAT & BAHAN


• Buret 50 mL
• Gelas kimia 250 mL
• Gelas ukur 100 mL
• Pipet volumetri 25 mL
• Konduktometer
• Sel Hantaran
• Pengaduk magnetik
• Larutan baku NaOH 0,2 M
• Larutan baku HOAc 0,2 M
• Larutan sampel (HCl, HOAc, NaOH 0,5 M)
• Larutan KCl 0,1 M
• Aqua dm
IV. MSDS (Material Safety Data Sheets)
Bahaya &
No. Senyawa TB(0C) TD(0C) MR Sifat Fisik
Penanganan
Bahaya jika
Padatan terkena mata,
1 NaOH 318 - 39,99
putih kulit, dan
tertelan.
Berbau
2 HOAc 16,73 117,9 60,05 cuka, larutan Jika terkena
bening mata dan
kulit, bilas
dengan air
Larutan
mengalir.
3 HCl -74 53 36,50 bening,
Jika tertelan
korosif
segera
minum susu
Padatan atau air
4 KCl 770 1420 74,55
putih kelapa.

V. CARA KERJA
Pada praktikum modul ini dilakukan serangkaian prosedur untuk menentukan
konsentrasi sampel menggunakan metode titrasi konduktometri. Pertama, disiapkan set
alat dan bahan yang diperlukan. Sebelum memulai proses pengukuran, konduktometer
dinyalakan dan dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan KCl 0,1 M. Pada sistem
dimasukkan nilai 12,88 ms.cm-1 sebagai nilai hantaran jenis KCl 0,1 M. Selanjutnya,
larutan diencerkan hingga tanda batas dan dikocok dengan baik. sebanyak 25 mL larutan
sampel HCL yang telah diencerkan dipipet ke dalam gelas kimia 250 mL dan tambahkan
aqua dm sebanyak 150 mL.

Larutan tersebut ditaruh di atas pengaduk magnetik. Pengaduk magnetik


dinyalakan dan sel hantaran dicelupkan ke dalam larutan. Hentikan pengadukan dan
catan hantaran jenis larutan awal (catatan: nilai yang tertera pada konduktometer adalah
harga hantaran jenis larutan). 1 mL larutan baku NaOH ditambahkan dan larutan diaduk.
Pencatatan hantaran jenis dilakukan setiap penambahan 1 mL NaOH hingga volume
NaOH mencapai 10 mL. Kurva titrasi konduktometri dibuat dan dilakukan pengolahan
data sehingga didapatkan konsentrasi HCl dalam sampel. Hal yang sama dilakukan pada
sampel HOAc dan NaOH, namun pada sampel NaOH titran yang digunakan adalah
larutan baku HOAc.
VI. DATA PENGAMATAN
- Volume sampel setelah diencerkan = 175 mL
- M NaOH baku = 0,1972 M
- M HOAc baku = 0,2101 M

V L (µS)
(mL) HCl vs NaOH (baku) HOAc vs NaOH (baku) NaOH vs HOAc (baku)
0 2740 336 1744
1 2390 414 1553
2 2020 499 1342
3 1767 589 1106
4 1425 686 981
5 1103 777 847
6 1129 866 766
7 1227 978 748
8 1371 1140 742
9 1557 1350 744
10 1768 1560 752
11 - 1822 -

VII. PERHITUNGAN & PENGOLAHAN DATA


𝑉+𝑣
𝐻𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 (𝐿′ ) = 𝑉
×𝐿

Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapatkan tabel L’ sebagai berikut.


7.1. HCl vs NaOH baku

V (mL) L HCl vs NaOH (baku) L'


0 2740 2740
1 2390 2403,66
2 2020 2043,09
3 1767 1797,29
4 1425 1457,57
5 1103 1134,51
6 1129 1167,71
7 1227 1276,08
8 1371 1433,67
9 1557 1637,07
10 1768 1869,03

HCL vs NaOH baku sebelum TE


3000

2500
y = -317,47x + 2723
2000 R² = 0,9983

1500
L'

1000

500

0
0 1 2 3 4 5 6
Volume

HCL vs NaOH baku setelah TE


2000,00
1800,00
1600,00
1400,00
1200,00
1000,00
L'

800,00 y = 176,36x + 65,806


R² = 0,9805
600,00
400,00
200,00
0,00
0 2 4 6 8 10 12
Volume

−317,47𝑥 + 2723 = 176,36𝑥 + 65,806


𝑥 = 𝑉𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐻𝐶𝑙 = 5,381 𝑚𝐿
𝑛 𝐻𝐶𝑙 = 𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 100⁄25 = 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 × 100⁄25

𝑛 𝐻𝐶𝑙 = 0,1972 × 5,381 × 10−3 × 100⁄25 = 4,245 × 10−3 𝑚𝑜𝑙 = 4,245 𝑚𝑚𝑜𝑙

𝑀 𝐻𝐶𝑙 = 𝑛 𝐻𝐶𝑙⁄𝑉 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 4,245 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄25 𝑚𝐿 = 0,1698 𝑀

7.2. HOAc vs NaOH baku

V (mL) L HOAc vs NaOH (baku) L'


0 336 336
1 414 416,37
2 499 504,70
3 589 599,10
4 686 701,68
5 777 799,20
6 866 895,69
7 978 1017,12
8 1140 1192,11
9 1350 1419,43
10 1560 1649,14
11 1822 1936,53

HoAC vs NaOH baku


2500

2000

1500
L'

1000

500

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume

HOAc vs NaOH baku sebelum TE


1200

1000

800

600 y = 97,03x + 319,13


L'

R² = 0,9977
400

200

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Volume
HOAc vs NaOH baku setelah TE
2500,00

2000,00 y = 246,29x - 790,5


R² = 0,9965
1500,00
L'

1000,00

500,00

0,00
0 2 4 6 8 10 12
Volume

97,03𝑥 + 319,13 = 246,29𝑥 − 790,5


𝑥 = 7,434 𝑚𝐿
𝑛 𝐻𝑂𝐴𝑐 = 𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 100⁄25 = 𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 × 100⁄25

𝑛 𝐻𝑂𝐴𝑐 = 0,1972 × 7,434 × 10−3 × 100⁄25 = 5,864 𝑚𝑚𝑜𝑙

𝑀 𝐻𝑂𝐴𝑐 = 𝑛 𝐻𝑂𝐴𝑐⁄𝑉 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 5,864 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄25 𝑚𝐿 = 0,2346 𝑀

7.3. NaOH vs HOAc baku

V (mL) L NaOH vs HOAc (baku) L'


0 1744 1744
1 1553 1561,87
2 1342 1357,34
3 1106 1124,96
4 981 1003,42
5 847 871,20
6 766 792,26
7 748 777,92
8 742 775,92
9 744 782,26
10 752 794,97
NaOH vs HOAc baku
2000

1500

1000
L'

500

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume

NaOH vs HOAc baku sebelum TE


2000
y = -145,13x + 1662,1
1500 R² = 0,9495

1000
L'

500

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Volume

NaOH vs HOAc baku setelah TE


800,00
795,00
y = 9,5257x + 698,65
790,00 R² = 0,9641
785,00
L'

780,00
775,00
770,00
0 2 4 6 8 10 12
Axis Title

−145,13𝑥 + 1662,1 = 9,5257𝑥 + 698,65


𝑥 = 6,229 𝑚𝐿
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑛 𝐻𝑂𝐴𝑐 × 100⁄25 = 𝑀 𝐻𝑂𝐴𝑐 × 𝑉𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 × 100⁄25
𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,2101 × 6,229 × 10−3 × 100⁄25 = 5,235 𝑚𝑚𝑜𝑙

𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑛 𝑁𝑎𝑂𝐻⁄𝑉 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 5,235 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄25 𝑚𝐿 = 0,2094 𝑀

VIII. PEMBAHASAN
Metode titrasi pada dasarnya dibagi menjadi empat kelompok besar berdasarkan
tipe reaksi yang dilibatkan di dalamnya. Di antara metode titrasi tersebut adalah titrasi
asam-basa, titrasi senyawa kompleks, titrasi redoks, dan titrasi pengendapan. Untuk
mendapatkan hasil titrasi dengan tingkat akurasi yang tinggi, jumlah titran yang akan
diteteskan pada larutan mengandung analit harus diperhitungkan secara stoikiometris.
Tidak seperti gravimetri, di mana endapan akan muncul saat reaktan yang ditambahkan
terus-menerus hingga melebihi batas kelarutan, penentuan volume ekivalen (Veq)
memerlukan volume titran tertentu agar tercapai Veq (Harvey, 2000).

Pada metode titrasi, perhitungan dan pengolahan data didasarkan pada kurva titrasi
yang dibuat dari parameter volume titran dan pH pada umumnya. Kurva ini sangat
esensial karena dibutuhkan untuk menentukan Veq. Sebagai contoh sederhana,
pentitrasian 1 M HCl menggunakan 1 M NaOH akan terjadi saat pH larutan mencapai 7.
Untuk menentukan Veq, kita dapat menggunakan elektrode pH atau indikator pH yang
berubah warna ketika pH larutan mencapai 7.

Gambar 8.1. Ilustrasi Kurva Titrasi (Sumber: chemguide.co.uk)

Kurva titrasi menyediakan sebuah gambaran bagaimana sebuah parameter, seperti pH,
berubah seiring penambahan titran. Kita dapat mengukur kurva titrasi secara eksperimen
yaitu dengan menaruh elektrode pH dalam larutan analit selama proses titrasi. Pada
gambar 8.1., kurva titrasi tersebut menggambarkan bahwa asam yang digunakan adalah
asam monoprotik, di mana hanya ada satu titik ekivalen. Berbeda dengan asam
monoprotik, asam diprotik memiliki dua titik ekivalen, dan asam poliprotik memiliki
lebih dari dua titik ekivalen. Dalam hal ini, jumlah titik ekivalen dapat kita analogikan
sebagai jumlah pKa.

Gambar 8.2. Kurva Titrasi Asam Diprotik (Sumber: chem.libretexts.org)

Konsentrasi bukanlah satu-satunya properti sampel yang dapat diukur untuk


membuat kurva titrasi. Parameter seperti suhu dan penyerapan cahaya juga dapat
digunakan jika keduanya memberikan perubahan yang signifikan ketika titik ekivalen
tercapai. Umumnya, reaksi titrasi bersifat eksotermik, yaitu reaksi yang melepaskan
kalor.

Metode titrasi memiliki banyak variasi, umumnya hal yang divariasikan adalah
elektrodenya, seperti titrasi potensiometri dan konduktometri. Pada modul ini metode
titrasi yang digunakan adalah metode titrasi konduktometri. Menurut Munisah (2020),
Konduktansi merupakan ukuran kemampuan suatu materi dalam menghantarkan listrik.
Alat yang digunakan untuk mengukur konduktansi disebut konduktometer.
Konduktometer merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur daya hantar
listrik yang merupakan konsekuensi dari gerakan partikel di dalam sebuah larutan dan
derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air. Secara keseluruhan, konduktometri
adalah sebuah metode yang digunakan untuk menganalisis properti tertentu dari suatu
larutan berdasarkan kemampuan ion-ionnya dalam menghantarkan listrik di antara dua
elektrode.

Berdasarkan kedua definisi di atas, titrasi konduktometri adalah metode analisis


secara kualitatif dan kuantitatif yang menentukan konsentrasi sampel berdasarkan
perubahan hantaran jenis larutan sampel seiring penambahan titran. Pada prinsipnya, hal
yang menyebabkan perubahan nilai hantaran jenis adalah adanya pertukaran ion antara
ion dalam larutan dengan ion titran. Perbedaan tiap nilai hantaran jenis per penambahan
titran dapat digunakan untuk membuat kurva titrasi, di mana kurva titrasi dapat
digunakan untuk menentukan titik ekivalen. Pada akhirnya, titik ekivalen dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel.

Gambar 8.3. Foto Set Alat Titrasi Konduktometri (Sumber: leybold-shop.com)

Gambar 8.4. Ilustrasi Susunan Alat Titrasi Konduktometri (Sumber: gpatindia.com)

Pada bagian perhitungan dan pengolahan data, dilakukan analisis terhadap tabel
data volume titran (v) dan nilai hantaran jenis (L) pada sampel HCl, HOAc, dan NaOH.
Pada titrasi, ketika analit yang dianalisis bersifat asam maka titran yang digunakan harus
bersifat basa, begitupun sebaliknya. Pada sampel HCl dan HOAc titran yang digunakan
adalah larutan standar NaOH, sedangkan pada sampel NaOH menggunakan HOAc
standa sebagai titrannya.

Sebelum membuat kurva titrasi, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan harga


hantaran jenis terkoreksi (L’). Nilai hantaran jenis harus dikoreksi per penambahan
volume titran karena hantaran jenis yang diukur oleh konduktometer adalah berdasarkan
volume awal yaitu 175 mL, sedangkan volume larutan terus bertambah seiring
penambahan titran.

Pada kurva titrasi, parameter yang digunakan adalah volume titran dan nilai
hantaran jenis terkoreksi. Pada sampel HCl, didapatkan Veq sebesar 5,381 mL dan setelah
diolah didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,1698 M. Pada sampel HOAc didapatkan
Veq sebesar 7,434 mL dan konsentrasi HOAc sebesar 0,2346 M. Pada sampel NaOH
didapatkan Veq sebesar 0,2094 M.

IX. KESIMPULAN & SARAN


Pada praktikum ini dilakukan serangkaian prosedur untuk menentukan konsentrasi
sampel HCL, HOAc, dan NaOH menggunakan metode titrasi konduktometri.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,1698 M,
konsentrasi HOAc sebesar 0,2346 M, dan konsentrasi NaOH sebesar 0,2094 M.

X. DAFTAR PUSTAKA
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry 1st Ed. Indiana. DePauw University.
Munisah, L. 2020. Titrasi Konduktometri.

Anda mungkin juga menyukai