NIM : 10519084
Hari : Selasa
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi sampel secara kualitatif menggunakan metode kromatografi planar
V. CARA KERJA
Pada praktikum ini dilakukan serangkain prosedur untuk mengidentifikasi senyawa
sampel menggunakan metode kromatografi planar. Pertama, disiapkan alat dan bahan
yang diperlukan. Selanjutnya, pola digambar pada kertas Whatman 42. Kemudian,
larutan standar dan sampel ditotolkan sesuai dengan pola. Larutan air:asam asetat (9:1)
dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan bejana dijenuhkan selama 1 jam. Kertas
yang telah ditotol dimasukkan ke dalam bejana, namun sebagai catatan kertas
dimasukkan dalam kondisi tegak lurus terhadap dasar bejana. Bejana ditutup dan larutan
dibiarkan mengembang hingga ke batas atas.
Zat Jarak migrasi standar Nilai RF standar Jarak migrasi sampel Nilai RF sampel
Ag+ 8,6 0,717 8,7 0,725
Hg2+ 10,5 0,875 10,5 0,875
Pb2+ 9,8 0,817 9,5 0,792
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan serangkaian prosedur untuk mengidentifikasi
komponen senyawa sampel secara kualitatif menggunakan metode kromatografi planar.
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan dan analitik di mana pemisahan zat
didasarkan atas interaksi zat tersebut dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam
merupakan fasa atau komponen yang tidak bergerak dan menempel pada kolom
kromatografi. Umumnya, fasa diam yang digunakan pada kromatografi adalah tanah
diatom dan silika. Fasa gerak adalah zat pelarut yang digunakan untuk membawa zat
terlarut melewati kolom kromatografi. Fasa gerak dan fasa diam diatur sedemikian rupa
sehingga memiliki sifat kepolaran yang berkebalikan, jika fasa gerak merupakan non-
polar maka fasa diam merupakan komponen polar, dan sebaliknya.
Salah satu parameter yang dapat digunakan pada kromatografi kertas adalah faktor
retensi (RF). Secara matematis, faktor retensi didefinisikan sebagai rasio antara jarak
migrasi zat dengan jarak migrasi eluen. Pada modul ini, faktor retensi digunakan untuk
membandingkan faktor retensi ketiga sampel dengan ketiga larutan standar sehingga
sampel dapat diidentifikasi. Dua zat dikatakan mirip atau identik jika nilai RF keduanya
tidak berbeda jauh serta memiliki jumlah spot dan warna yang sama. Berdasarkan
perhitungan, didapatkan nilai RF standar dan RF sampel sesuai yang telah ditampilkan
pada bagian perhitungan dan pengolahan data. Berdasarkan data tersebut, dapat
diidentifikasi bahwa sampel dengan nilai RF 0,725 merupakan Ag+, sampel dengan nilai
RF 0,875 merupakan Hg2+, dan sampel dengan nilai RF 0,792 merupakan PB2+. Argumen
ini diperkuat dengan bukti pada dokumentasi bahwa larutan standar dan zat sampel yang
diduga identik dengan larutan standar bersesuaian memiliki warna yang mirip. Berikut
persamaan reaksi antara reagen dengan analit:
Berdasarkan interaksi zat terlarut dengan fasa diam dan fasa gerak, dikarenakan zat
terlarut sampel merupakan kation, di mana sifat zat kation lebih dekat dengan zat polar
dibandingkan dengan zat non polar, maka zat terlarut sampel lebih kuat berinteraksi
dengan pelarut yaitu air:asam asetat (9:1) (polar) dibandingkan dengan fasa diam yaitu
selulosa (non-polar).
Sebagai saran kepada praktikan selanjutnya, ada baiknya kertas Whatman 42 yang
digunakan masing-masing diberi label, begitu juga dengan wadah penampung sampel
agar saat penotolan tidak tertukar.
X. DAFTAR PUSTAKA
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry 1st Ed. Indiana. DePauw University.
Tuzimski, T. 2011. Basic Principles of Planar Chromatography and Its Potential for
Hyphenated Techniques. Polandia. Medical University of Lublin.
Shajahan, F. 2009. Planar Chromatography. Mumbai, India.
LAPORAN PRAKTIKUM
KI2221 CARA PEMISAHAN & ELEKTROMETRI
MODUL 05: KROMATOGRAFI PENUKAR ION
NIM : 10519084
Hari : Selasa
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kapasitas resin dari sistem kromatografi penukar ion.
Pada kromatografi penukar ion, fasa diam yang digunakan adalah polimer resin
yang terkait silang, umumnya cross-linked polystyrene divinylbenzene (PSDVB) yang
secara kovalen terikat pada gugus ionik. Kromatografi penukar ion dapat dibagi menjadi
empat kategori, yaitu: penukar kation asam kuat, penukar kation asam lemah, penukar
anion basa kuat, dan penukar anion basa lemah (Harvey, 2000).
Bahaya &
No. Senyawa TB(0C) TD(0C) MR Sifat Fisik
Penanganan
Berbahaya jika
terkena mata dan
1. KCl 770 1420 74,56 Padatan putih kulit, terhirup,
ataupun tertelan.
V. CARA KERJA
Pada modul ini dilakukan serangkain prosedur untuk menentukan kapasitas resin
pada sistem kromatografi penukar ion. Pertama, disiapkan alat dan bahan yang
diperlukan. Selanjutnya, kolom resin dicuci dengan aqua dm hingga pH netral dan eluat
ditampung. Kemudian, 10 mL sampel KCl dituang ke dalam kolom, dan eluat sampel
ditampung di dalam erlenmeyer. Eluat sampel diencerkan di dalam labu takar 25 mL
hingga mencapai tanda batas. 10 mL larutan diambil dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Selanjutnya, eluat dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1364 M. Kemudian,
25 mL HCl 6 M dimasukkan ke dalam kolom penukar ion (reaktivasi) dan eluat yang
keluar ditampung.
Pada kromatografi penukar ion, fasa diam yang digunakan adalah polimer resin
yang terkait silang, umumnya cross-linked polystyrene divinylbenzene (PSDVB) yang
secara kovalen terikat pada gugus ionik. Kromatografi penukar ion dapat dibagi menjadi
empat kategori, yaitu: penukar kation asam kuat, penukar kation asam lemah, penukar
anion basa kuat, dan penukar anion basa lemah (Harvey, 2000). Salah satu aplikasi dari
kromatografi penukar ion adalah analisis sampel air sungai daerah tertentu dan
menentukan unsur-unsur mineral yang umumnya ditemukan dalam bentuk ion.
Salah satu hal yang unik dari kromatografi penukar ion adalah adanya resin. Resin
adalah polimer padat yang berfungsi sebagai media penukar ion. Resin biasanya dibuat
dari senyawa organik. Salah satu parameter kuantitatif yang berhubungan dengan resin
adalah kapasitas resin. Kapasitas resin adalah suatu parameter yang digunakan untuk
memperkirakan atau menghitung banyaknya resin yang dibutuhkan untuk suatu
penetapan atau pemisahan (Riskayanti, 2014). Secara matematis, kapasitas resin dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Saat melakukan pemisahan atau analisis, diperlukan resin yang baik dan sesuai
dengan kondisi pemisahan atau analisis yang dilakukan. Terdapat beberapa syarat agar
resin dapat dikatakan sebagai resin yang baik, di antaranya kelarutan yang rendah dalam
berbagai larutan, keberulangan yang tinggi, kapasitas yang tinggi, dan kestabilan fisik
yang tinggi (Mintari, 2015).
Salah satu resin yang umum digunakan adalah resin PS-DVB sulfonat. PS-DVB
sulfonat merupakan resin yang digunakan untuk penukaran kation pada asam kuat.
Terdapat beberapa jenis resin lain yang juga digunakan, seperti PS-DVB karboksilat
untuk penukar kation asam lemah, PS-DVB amonium kwartener untuk penukar anion
basa kuat, dan PS-DVB amina untuk penukar anion basa lemah.
IX. KESIMPULAN & SARAN
Pada modul ini dilakukan serangkaian prosedur untuk menentukan kapasitas resin
dari sistem kromatografi penukar ion. Pada perhitungan, didapatkan nilai kapasitas resin
rata-rata sebesar 0,033759.
X. DAFTAR PUSTAKA
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry 1st Ed. Indiana. DePauw University.
Riskayanti. 2014. Kromatografi Kolom (Resin Penukar Ion). Samata. UIN Alaudin
Makassar.
Mintari, D. 2015. Analisa Kadar Fe dengan Metode Permanganatometri Menggunakan
Resin Penukar Ion (Ion Exchanger) Dalam Air Sungai Banjarsari. Semarang.
Universitas Diponegoro.