MODUL 1
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
KI3131 KIMIA UNSUR GOLONGAN UTAMA
MODUL 1: SINTESIS γ-Al2O3 DENGAN METODE SOL-GEL
Hari, Tanggal: Rabu, 15 September 2021
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan persen hasil γ-Al2O3 yang disintesis melalui metode sol-gel
- Menentukan ukuran kristal, luas permukaan, diameter pori rata-rata, dan volume pori γ-
Al2O3 yang dihasilkan
- Menentukan struktur mesopor γ-Al2O3
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum modul M-1: Sintesis γ-Al2O3 dengan Metode Sol-gel, dilakukan
serangkaian prosedur untuk mensintesis γ-Al2O3 dari prekursor aluminium nitrat
nonahidrat (Al(NO3)3.9H2O) menggunakan metode sol-gel. Gamma alumina (γ-Al2O3)
merupakan alumina transisi yang berbentuk smorphous. Gamma alumina banyak
digunakan sebagai katalis dan adsorben, misalnya sebagai katalisator substrat industry
otomotif, komposisi material pesawat ulang alik, dan teknologi pakaian yang memiliki
resistensi tinggi terhadap gesekan dan panas. Gamma alumina digolongkan sebagai
nanopartikel (Riyadi, 2017).
Pada modul ini, alumina yang disintesis adalah fasa gamma-alumina. Fasa alumina
sendiri memiliki banyak jenis, di antaranya alfa-alumina, chi-alumina, kappa alumina,
gamma alumina, dst. Salah satu cara praktis mendiferensiasi setiap fasa alumina adalah
dengan suhu, sebagai sontoh untuk mensintesis gamma-alumina membutuhkan suhu 5000C
s.d. 7000C. Sebagai informasi, bentuk dari alfa-alumina adalah oktahedral dan bentuk dari
gamma-alumina adalah.
Terdapat beberapa perlakuan khusus yang menjadi poin penting dalam modul
praktikum ini. Pertama, penambahan urea pada prekursor awal (aluminium nitrat
nonahidrat) bertujuan untuk membuat kelat pada senyawa aluminium nitrat nonahidrat.
Kelat ditujukan agar saat penambahan basa amonia, laju penambahan basa ke dalam
aluminium nitrat nonahidrat dapat terkontrol. Dengan laju penambahan basa yang
terkontrol, spesi gibbsite (Al(OH)3) yang berfasa gel dapat terbentuk secara maksimal dan
mengurangi potensi terbentuknya Al(OH)4- yang berfasa larutan, di mana larutan mudah
menguap saat pemanasan dan akan mengurangi hasil akhir gamma-alumina yang
terbentuk. Pada sintesis gamma-alumina, kompleks urea dapat diganti spesi lain seperti
asam oksalat dan asam sitrat.
Kelima, gibbsite dipanaskan pada suhu 800C selama 30-60 menit. Hal ini dilakukan
untuk mengubah gibbsite yang berfasa sol menjadi boehmite yang berfasa gel. Keenam,
dilakukan pemindahan dari beaker glass ke dalam cawan penguap sebelum dimasukkan ke
dalam tungku pemanasan. Pemindahan ini dilakukan karena beaker glass tidak dapat
dijadikan wadah saat kalsinasi di mana beaker glass rawan pecah dan tidak tahan terhadap
suhu tinggi. Ketujuh, dilakukan kalsinasi pada suhu 600 0C selama 4 jam. Pada tahap ini,
fasa gel boehmite diubah menjadi fasa gamma-alumina. Kedelapan, hasil sintesis padatan
gamma alumina ditimbang dan dianalisis menggunakan XRD. Pada penimbangan,
didapatkan padatan gamma alumina yang terbentuk sebanyak 0,4148 gram dan pada
analisis XRD didapatkan grafik sebagai berikut:
Pada grafik tersebut, divariasikan pembentukan gamma-alumina pada suhu 400,
500, dan 6000C. Hasil yang didapatkan adalah pola difraksi gamma-alumina berada di
rentang 20-80 satuan 2 theta. Berdasarkan pola difraksi tersebut, gamma-alumina
digolongkan sebagai material amorf karena grafik yang dibentuk terlihat bergelombang,
sedangkan material kristal berbentuk gerigi (puncak yang tajam). Selanjutnya, selain pola
difraksi didapatkan pula data fisik gamma alumina yaitu luas permukaan sebesar 216
m2g-1, diameter pori rata-rata sebesar 9.646 nm, dan volume pori sebesar 0.5212 cm3g-1.
V. KESIMPULAN
Pada modul ini, dilakukan serangkaian prosedur untuk mensintesis gamma-alumina
dari prekursor aluminium nitrat nonahidrat menggunakan metode sol-gel. Pada bagian
perhitungan, didapatkan %perolehan pada sintesis gamma-alumina sebesar 56.28%.
Berdasarkan pola difraksi XRD, disimpulkan bahwa gamma-alumina tergolong material
amorf dengan luas permukaan sebesar 216 m2g-1, diameter pori rata-rata sebesar 9.646 nm,
dan volume pori sebesar 0.5212 cm3g-1.